Candi Surowono/Surawana
Lokasi :
Desa Canggu, Kecamatan Pare, Kabupaten Kediri, Jawa Timur, sekitar 25 km arah timur laut dari Kota Kediri.
Nama asli :
Wishnubhawanapura, dan erat kaitannya dengan Kerajaan Majapahit.
Nama ini merujuk pada pemujaan dewa Wisnu, yang merupakan salah satu dewa utama dalam agama Hindu.
Sejarah :
Candi Surowono merupakan pendharmaan dan tempat suci Bhre Wengker atau dikenal dengan nama Raja Wengker, yaitu paman sekaligus mertua, sebagai raja Bawahan, Raja Hayam Wuruk dari kerajaan Majapahit.
Struktur bangunan :
Bangunan Candi Surowono berdenah persegi, berukuran 7,8 meter X 7,8 meter dan tinggi 4,72 meter. Secara vertikal arsitekturnya terdiri dari bagian kaki dan tubuh yang juga terbuat dari batu andesit.
Hanya kaki candi setinggi sekitar 3 meter yang masih tegak di tempatnya. Untuk naik ke selasar di atas kaki candi terdapat tangga sempit yang terletak di sisi Barat. Menilik letak tangga, candi ini menghadap ke Barat.
Keberadaan kolam dan terowongan itu menjadi satu cerita dengan Candi Surowono.
Di dalam Kitab Negarakertagama diceritakan biasanya pendarmaan dilakukan setelah 12 tahun seorang raja meninggal dunia setelah upacara Srada. Raja Wengker meninggal pada tahun 1388 Masehi, atau 12 tahun sebelum dibangunnya Candi.
Pada tahun 1361 Raja Hayam Wuruk dari Majapahit pernah berkunjung bahkan menginap di Candi Surawana.
Relief Candi :
Candi ini memiliki banyak keunikan dari segi arsitektur maupun relief, yang menggambarkan cerita Arjuna Wiwaha, Bubhuksah - Gagang Aking, dan Sri Tanjung. Relief Arjuna Wiwaha begitu dominan dengan berbagai bingkai, tetapi di beberapa tempat terganggu oleh Sri Tanjung, Bubuksha dan Gagang Aking, serta cerita yang muncul di sudut pada panel vertikal.
Kisah Arjuna Wiwaha telah ditulis tahun 1035 Maseh oleh Mpu Kanwa, sejak masa Prabu Airlangga.
Relief pada Candi Surawana dipahatkan dengan gaya kaku, ciri khas masa Majapahit. Kisah Arjunawiwaha pada tersebut dipahatkan dengan apik dalam satu panil panjang seperti lukisan wayang beber. Penggambaran tokoh sangat detail, dihias dengan latar vegetasi hutan.
Selain itu, Relief di Candi Surawana menunjukkan kehidupan keseharian, adegan yang lucu-lucu, dan relief binatang/Tantri yang dipahat pada dinding lapik candi. Keunikannya setiap relief dipahat pada bingkai.
Berbeda dengan cerita burung belibis/bangau, Bubuksah-Gagang Aking bercerita tentang kakak beradik yang hidup rukun setelah berguru pada seorang Resi. Mereka berdua sepakat untuk pergi ke hutan untuk mencapai kesempurnaan hidup sebagai seorang pertapa.
Letak relief Bubuksah-Gagang Aking berada di sudut Timur Laut, sedangkan relief burung belibis terletak di sisi timur atau bagian belakang candi.
Proses Pemugaran :
Candi Surawana saat ini keadaannya sudah tidak utuh. Hanya bagian dasar yang telah direkonstruksi. Pemugaran candi itu sudah dilakukan oleh D.M. Verbeek dan J. Knebel tahun 1908 dan diselesaikan oleh P.J. Perquin tahun 1915.
Sumber : Wikipedia, dll.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar