[11/2 15.06] rudysugengp@gmail.com: *Apakah kisah Roro Jonggrang nyata?*
Kisah Roro Jonggrang adalah mitos atau legenda, bukan fakta sejarah. Legenda ini diciptakan oleh masyarakat Jawa untuk menjelaskan asal-usul Candi Prambanan.
Penjelasan :
1. Legenda Roro Jonggrang menceritakan kisah cinta antara Roro Jonggrang, putri Prabu Baka, dengan Pangeran Bandung Bondowoso.
2. Legenda ini dikaitkan dengan asal-usul Candi Prambanan, Candi Sewu, dan Situs Ratu Baka.
3. Legenda ini diduga berkembang pada masa Mataram, setelah Candi Prambanan selesai dibangun.
4. Arca Durga di ruang utara candi utama Prambanan diyakini sebagai perwujudan Roro Jonggrang.
5. Candi Prambanan sendiri dibangun pada abad ke-9 pada masa pemerintahan Rakai Pikatan dari Kerajaan Mataram Kuno.
[11/2 22.13] rudysugengp@gmail.com: SEJARAH PANTAI DRINI
Tugas input 2 14 Maret 2017 13:00:32 WIB
Sejarah Pantai Drini ini dikisahkan oleh Mbah Mandung seorang sesepuh dan tokoh masyarakat yang berada di Pantai Drini. Dikisahkan, "Pada waktu itu Raja Majapahit beserta Ratu Selirnya di dalam pelarian kejaran musuh, singgah di wilayah Tanjung (sekarang kec. Tanjungsari), ditengah pelarian Raja dan Ratu selirnya terpisah dikarenakan adanya pengejaran dari pihak musuh pada waktu itu, sedangkan pada saat itu kondisi selir Raja sedang dalam keadaan hamil. kemudian Sang Ratu melanjutkan pelariannya ke arah selatan dan sampailah di Padukuhan Jambu. Sesampainya di Padukuhan Jambu Sang Ratu melahirkan namun sangat disayangkan, anak yang dilahirkan Sang Ratu tidak dapat diselamatkan kemudian dimakamkan di padukuhan Jambu hingga sampai saat ini tempat dimana anak Sang Ratu tersebut dikenal dengan sebutan "makam cilik".
Setelah pemakaman selesai, dan beristirahat sejenak Sang Ratu-pun kembali meneruskan perjalanan ke arah selatan, pada saat fajar menyingsing Sang Ratu tiba di suatu kampung kecil yang kemudian diberi nama "Padangan". Sang Ratu memutuskan untuk beristirahat sejenak, Sang Ratu kebingungan dan sangat merasa sedih atas kejadian yang menimpanya. Sang Ratu-pun melanjutkan perjalanan ke arah selatan hingga sampailah Beliau dipesisir Pantai, Sang Ratu masih sangat sedih hingga tanpa sadar Ia menitihkan air mata di bebatuan yang ada disekitar pantai. Ajaibnya, dari tetesan air mata Sang Ratu pada bebatuan tersebut dapat tumbuh tanaman yang sangat subur walaupun tidak ada tanahnya sama sekali. Kemudian oleh nenek moyang tanaman tersebut dinamai pohon Drini, yang kemudian pada Tahun 1958 Bupati Gunungkidul yang pada saat itu adalah Darmakum (Darmo Kusumo) bersama Lurah Desa Banjarejo melakukan babat alas/membuka lahan untuk kepentingan rakyatnya dan jadilah sekarang "Pantai Drini" sebagai salah satu objek pariwisata unggulan Desa Banjarejo yang dapat membantu menunjang kesejahteraan masyarakat.
Namun, pada saat ini keberadaan tanaman drini ini sudah langka. Menyadari hal ini warga sekitar pantai mulai banyak yang membudidayakan tanaman ini, sehingga suatu saat anak cucu dapat mengetahui yang namanya pohon Drini dan juga Pantai Drini tidak kehilangan salah satu bukti identitasnya. Demikian sejarah singkat Pantai Drini yang dapat kami sampaikan, apabila kedepannya terdapat bukti-bukti lain ataupun sumber yang lain dapat ditambahkan.
Bagi wisatawan yang penasaran dengan Pantai Drini silahkan berkunjung, Pantai Drini sendiri dapat ditempuh dalam waktu kurang lebih 30 menit dari kota Wonosari dengan akses jalan yang mudah.
[12/2 11.48] rudysugengp@gmail.com: "Arca Dwarapala: Teka-Teki Abadi di Singosari...
Di Desa Candirenggo, Kecamatan Singosari, Kabupaten Malang, terdapat dua arca Dwarapala yang masih menyisakan misteri. Posisi hadap yang berbeda, ukiran yang belum detail, dan ukuran yang besar membuat ahli purbakala penasaran. Apa yang terjadi di masa lalu?
Arca Dwarapala adalah peninggalan Kerajaan Singasari yang masih kokoh berdiri. Namun, posisi hadap kedua arca ini tidak seperti biasanya. Arca Dwarapala yang berada di utara menghadap ke timur, sedangkan pasangannya di selatan menghadap utara. Ini membuat ahli purbakala bertanya-tanya, apa yang menyebabkan perbedaan posisi hadap ini?
Untuk mencari jawaban, Balai Pelestarian Cagar Budaya (BPCB) Jawa Timur melakukan penggalian atau ekskavasi terhadap arca Dwarapala. Penggalian ini bertujuan untuk memperoleh data mengenai posisi awal kedua arca. Ahli purbakala berharap dapat menemukan jawaban atas teka-teki ini dengan melakukan penggalian.
Selain posisi hadap yang berbeda, arca Dwarapala juga memiliki ukiran yang belum detail. Ukiran pada arca ini masih polos dan belum memiliki sisik pada bagian ular. Ini membuat ahli purbakala berpikir bahwa arca ini belum selesai dipahat. Apa yang menyebabkan arca ini belum selesai?
Ukuran arca Dwarapala juga sangat besar, dengan tinggi 3,7 meter, ketebalan 1,98 meter, dan lebar 2,25 meter. Ini membuat ahli purbakala bertanya-tanya, apa yang menyebabkan ukuran arca ini sangat besar? Apakah ini karena kebijakan penguasa waktu itu atau sebagai penanda khusus?
Penggalian yang dilakukan hingga 4 Juli mendatang ini diharapkan dapat mengungkap sisa-sisa bangunan yang masih terkait dengan arca Dwarapala. Ahli purbakala berharap dapat menemukan jawaban atas teka-teki ini dan memahami lebih baik tentang sejarah dan budaya Kerajaan Singasari.
#ArcaDwarapala #Singosari #Misteri #Purbakala #Sejarah #Budaya"
[12/2 11.52] rudysugengp@gmail.com: Kisah Trunojoyo Pahlawan dari Madura
*TRUNOJOYO* bagi Raja-Raja Jawa kala itu, tokoh ini tidak ubahnya seperti Ronggolawe dan Aria Wiraraja, mereka sama-sama tokoh asal Madura yang membahayakan kelangsungan dan kedudukan Raja-Raja Jawa kala itu.
Trunojoyo merupakan tokoh populer di Madura dan sebagian daerah di Jawa Timur. Namanya melegenda setelah keberaniannya melakukan pemberontakan terhadap Kesultanan Mataram.
Trunojoyo adalah cucu penguasa Madura bernama Raden Prasena atau Cakraningrat I. Ayahnya adalah Raden Demang Melayakusuma, putra Cakraningrat dari istri selir. Sedangkan Cakraningrat I merupakan menantu Sultan Agung, Raja Mataram.
Dari silsilah tersebut, bisa dikatakan, Trunojoyo adalah seorang bangsawan dan masih cicit Sultan Agung Hanyokrokusumo Raja Mataram yang termasyhur itu. Namun demikian, Trunojoyo menaruh dendam dengan pemerintahan Mataram pasca Sultan Agung saat di bawah kekuasaan Prabu Amangkurat I.
Dalam sejarah mengatakan, ada banyak alasan Trunojoyo begitu dendam dengan pemerintahan Amangkurat I. Trunojoyo juga menilai kekuasaan Mataram.
Dia mempunyai cukup banyak alasan untuk membenci Amangkurat I. Ayahnya dibunuh di istana pada tahun 1656 oleh Amangkurat I dan jiwanya sendiri terancam oleh suatu persekongkolan istana.
Karena itu, Trunojoyo kemudian melarikan diri ke daerah Kajoran. Dalam pelariannya itu, Trunojoyo kemudian menikahi salah satu puteri Raden Kajoran yang masih keturunan Sunan Sembayat.
Mertuanya Raden Kajoran kemudian mempertemukannya dengan putra mahkota Kesultanan Mataram Raden Mas Rahmat (Amangkurat II).
Dalam pertemuan itu, putra mahkota (Amangkurat II) menawari Trunojoyo bersekongkol untuk memberontak terhadap Amangkurat I, ayahnya sendiri karena konflik pribadi dan putranya tidak begitu suka kepemimpinan ayahnya yang arogan, diktator dan bersekutu dengan VOC Belanda.
Tawaran itu tentu saja diterima senang hati oleh Trunojoyo yang memang antipati dengan pemerintahan Amangkurat I selama ini.
Jika pemberontakan berhasil, disepakati Raden Rahmat akan naik menjadi susuhanan (raja) dan Trunojoyo akan diberi kekuasaan di wilayah Jawa Timur.
Dari berbagai sumber
#sejarahindonesia #history #kesultanan #wawasan #share
[12/2 11.54] rudysugengp@gmail.com: Artefak peninggalan Majapahit yang terbilang awet
Hindari Bahan Kayu, Gunakan Batu hingga Perunggu
Kriya Majapahit terbukti mampu bertahan hingga berabad-abad. Melintasi generasi, arca hingga relief masih bisa ditemukan di zaman sekarang. Lantas apa yang membuat arca kerajaan dari abad ke-13 sampai abad ke-16 Masehi ini bisa begitu awet?
”Arca dibuat dari batu utuh dan logam, agar bisa bertahan lama,” kata Kepala Sub Bagian Koleksi Pusat Informasi Majapahit (PIM) Tommy Raditya Dahana, kemarin. Bahan dengan kekuatan yang terukur dan memiliki kualitas pilihan adalah jawaban paling masuk akal kenapa artefak-artefak tersebut memiliki daya tahan yang hebat.
Tommy menjelaskan, pada masa Majapahit, arca merupakan salah satu sarana pemujaan. Ini layaknya kerajaan Hindu-Buddha pada umumnya. Karena itu, arca dibuat sedemikian rupa agar mampu bertahan dalam waktu lama. Sebagian besar patung dewa dari era 700 tahun silam tersebut ditemukan terbuat dari bahan batu andesit yang utuh.
Arca-arca ini untuk pemujaan dengan batu utuh diukir sedemikian rupa. Jadinya, benar-benar awet dan tak gampang patah atau rusak,” jelasnya.
Selain batu, ada pula arca berbahan perungggu yang dibuat para ahli metalurgi Majapahit. Logam itu pun didatangkan langsung dari kampung bengkel di Sulawesi yang terkenal memiliki kualitas tinggi. ”Bagi masyarakat saat itu, arca adalah manifestasi sosok Tuhan, sehingga harus berkualitas bagus,” tandasnya.
Di sisi lain, lanjut Tommy, jarang sekali ditemukan arca berbahan kayu. Menurutnya, hal ini sengaja dilakukan supaya kriya yang dibuat bertahan lintas generasi. ”Karakter dasar kayu mudah lapuk. Jadi, banyak dihindari,” imbuh dia.
Selain arca, artefak peninggalan Majapahit lainnya yang bertahan selama ratusan tahun adalah relief. Dinding bergambar yang tersusun dalam rangkaian batu andesit, bata, marmer, hingga kapur tersebut biasanya menunjukkan aktivitas masyarakat sehari-hari.
[12/2 11.54] rudysugengp@gmail.com: Mbah Rajek Wesi
Tumenggung Rajekwesi adalah salah satu Tumenggung dari Kerajaan Mataram yang diamanahi oleh Tumenggung Bahurekso Kendal untuk memimpin rapat rahasia bersama 26 Tumenggung lainnya untuk mengatur serangan ke Batavia (Jakarta) pada tahun 1628 dan 1629.
Tumenggung Bahurekso Kendal yang pada waktu itu menjadi panglima perang Kerjaan Mataram mandat mandat langsung dari Sultan Agung Mataram agar segera menyerang Belanda ke Batavia, dengan alasan Belanda sudah hampir menguasasi semua perdagangan di Wilayah Kerajaan Mataram. Dengan demikian Bahurekso meminta kepada Rajekwesi untuk segera memimpin rapat rahasia yang akan dihadiri oleh para petinggi Kerajaan Mataram. Ditunjuknya Rajekwesi oleh Tumenggung Bahurekso tidak serta-merta tanpa alasan, namun beliau paham betul kemampuan Rajekwesi. Dia adalah sesorang yang memiliki kemampuan ilmu kanuragan dan kebatinan yang sangat mumpuni.
Atas perintah Tumenggung Bahurekso, Rajekwesi segera menjalankan tugasnya, namun sebelum melaksanakan rapat rahasia tersebut, beliau bermunajad kepada Allah SWT untuk meminta petunjuk agar saat melaksanakan rapat bisa berjalan lancar sesuai harapan. Akhirnya beliau mendapatkan petunjuk (Ilham) untuk mengambil 5 batang besi yang kemudian diberi doa dan dipasang di sekeliling area tempat rapat. Pemasangan 5 batang besi itu bertujuan sebagai tameng atau banteng yang memagari supaya pada saat rapat digelar tidak ada satu pun prajurit atau mata-mata Belanda yang mengetahui rencana strategi untuk menyerang ke Batavia.
Pada waktu pelaksanaan rapat yang bertempat di hutan pesisir pantai Kemangi, tepatnya di Padepokan Laduni Faqoh yang tak lain adalah Padepokan milik Rajekwesi, akhirnya rapat tersebut dapat berjalan dengan lancar. Hal itu berkat doa yang dipanjatkat, dan kemampuan Rajekwesi yang mampu memanggil para prajurit jin dari alam gaib untuk memperketat penjagaan saat berlangsungnya rapat.
Kemudian usai rapat, beberapa hari kemuadian puluhan ribu prajurit dari Kerajaan Mataram pun dikerahkan menuju ke Kabupaten Kendal untuk menambah manuver penyerangan ke Batavia, karena pada waktu itu Kendal menjadi pusat pertahanan kekuatan kerajaan Mataram. Pada hari penyerangan yang sudah disepakati tiba, para Tumenggung Mataram pun lansung bergerak cepat menyisir pos pos prajurit belanda. Ditengah perjalanan Tumenggung Rajekwesi bersama dengan Tumenggung lainnya banyak mengalami kendala, selain harus berhadapan dengan para prajurit Belanda, prajurit yang beliau komandoi banyak yang terserang penyakit dan kehabisan perbekalan makanan. Tidak hanya itu, tetapi juga dikarenakan jarak tempuh dari Kendal ke Batavia sangatla jauh, sehingga misi penyerangan untuk mengusir para penjajah tersebut belum berhasil.
Atas ketidak berhasilan dalam mensukseskan misi kerajaan, ke 27 Tumenggung tersebut tidak mau kembali ke Kerajaan Mataram, jiwa kesatria yang melekat dalam jiwanya terus berkobar, sehingga mereka memilih untuk tinggal di Kendal dan memperkuat Kabupaten Kendal dalam berbagai bidang, termasuk Temenggung Rajekwesi sendiri lebih memlih menekuni bidang ilmu agama dan ikut serta menyebarkan agama islam di penjuru wilayah Kabupaten Kendal. Sehingga sampai sekarang ini Kendal menjadi kabupaten yang agamis dengan slogan Kendal Beribadat.
Seperti halnya disampaikan oleh juru kunci makam Kemangi, Kiai Kasturi Warga Desa Jungsemi, Kecamatan Kangkung mengatakan bahwa Tumenggung Rajekwesi atau yang mempunyai nama asli Sokerto Wongso Dikromo juga menguasai strategi perang, salah satunya beliau pernah melakukan kegiatan telik sandi sendiri dengan cara menyamar sebagai pedagang yang berjualan makanan untuk para prajurit Belanda, sehingga pada waktu penyerangan dilakukan bisa langsung mengetahui diamana saja pos pos yang mereka singgahi.
Selain itu, Menurut Kiai Kasturi, Paseban Kemangi adalah sebuah Aula atau Pendopo yang dahulunya digunakan untuk rapat rahasia yang kini telah menjadi tempat pemakaman bagi masyarakat Desa Njungsemi, Kecamatan Kangkung, Kabupaten Kendal. Makam tersebut dikenal sebagai makam yang dikeramatkan oleh masyarakat setempat atau pun masyarakat umum di luar daerah Kabupaten Kendal, dengan berbagai fenomena yang tidak bisa dinalar oleh akal sehat manusia. Hal itu menjadi bukti sejarah bahwa Tumenggung Rajekwesi adalah salah satu Tumenggung dari Kerajaan Mataram yang berjasa untuk Kabupaten Kendal
[12/2 11.57] rudysugengp@gmail.com: TARI BEDHAYA KISAH CINTA
KANJENG RATU KIDUL DAN
SULTAN AGUNG HANYOKROKUSUMO
sultan agung hanyakrakusuma
raja kerajaan mataram islam
ditakuti musuhnya dimana mana
bertemu dengan kanjeng ratu kidul
penguasa makhluk halus laut selatan
yang parasnya sangat cantik jelita
mereka saling jatuh cinta
suatu saat dalam pertemuan mereka
ratu kidul mempersembahkan tarian
yang indah penuh hormat dan cinta
tarian lembut yang oleh sultan agung
direkonstruksi sebagai tarian sakral
tarian yang ditarikan turun temurun
yang diberi nama tarian bedhaya
tari sebagai pertunjukan kebesaran
raja raja kerajaan Mataram Islam
juga sebagai tanda cinta dan dukungan
kanjeng ratu kidul terhadap
kelanggengan raja-raja Mataram
yang secara mistis adalah
suami kanjeng ratu rara kidul
tari ini diwariskan ke para pewaris
juga diteruskan kekesunanan solo
dan kasultanan yogyakarta
oleh Sri Sultan Hamengku Buwono I
diberi nama tarian bedhaya semang
dipentaskan sebagai tarian teringgi
sebagai tarian beksa pusaka
tari sakral Bedhaya Semang
mesti ditarikan oleh sembilan orang
merupakan simbol keseluruhan
jumlah lubang pada tubuh manusia
terkait filosofi ‘babahan hawasanga’ mengandung arti tuntunan hidup menuju jati diri yang positif
sejatinya tari Bedhaya Semang
lahir karena dorongan gejala politik yang besar sehingga memunculkan kata semang yang mengandung arti sumelang, atau was-was
juga simbol puncak romantisme pertemuan Kangjeng Ratu Kidul dengan Raja Mataram.
tari ini peristiwa sakral atau suci.
beberapa penari atau penonton merasakan kehadiran penari lain
diluar kesembilan penari Bedhaya
yang memberikan ruh kepenarian
tanda hadirnya Kangjeng Ratu Kidul
bersama penari penarinya
sesungguhnya ini adalah gambaran
hubungan pertemuan asmara
antara sultan dan kanjeng ratu kidul
diwujutkan dalam bedhaya semang
sebagai simbol kesuburan dan
untuk menjaga keselarasan antara
raja istana dan pemerintahannya
dengan makro kosmos atau jagad raya
08122020
[12/2 11.58] rudysugengp@gmail.com: ISTANA GENTONG GROWAH
Adalah peninggalan bersejarah yang terletak di puncak Gunung Arjuno, Jawa Timur. Situs ini berbentuk kompleks yang menyerupai istana dengan tangga-tangga luas yang mengarah ke sebuah area yang diduga sebagai singgasana. Beberapa sumber menyebutkan bahwa situs ini dulunya merupakan tempat pertapaan bagi para bangsawan dan memiliki struktur tangga yang luas.
Untuk mencapai Situs Gentong Growah, pendaki biasanya melalui jalur pendakian Sumbergondo. Namun, hingga saat ini, jalur tersebut belum diresmikan secara resmi, sehingga disarankan untuk menggunakan jasa pemandu lokal yang memahami medan. Perjalanan menuju situs ini memakan waktu sekitar 13 jam pendakian.
Situs ini pertama kali diekskavasi pada 23 Agustus 2018, dengan pemolesan tangga menuju area singgasana selesai pada 10 Oktober 2018. Karena penemuannya yang relatif baru, banyak pendaki yang belum mengetahui keberadaan situs ini.
Selain nilai sejarahnya, Situs Gentong Growah juga dikaitkan dengan cerita mistis. Beberapa orang percaya bahwa situs ini merupakan istana "tak kasat mata" yang masih eksis di dimensi lain. Meskipun demikian, keindahan arsitektur dan pemandangan di sekitar situs ini menjadikannya destinasi menarik bagi para pendaki dan pecinta sejarah.
Menurut hasil analisis arkeologi yang diterbitkan oleh Departemen pendidikan dan kebudayaan republik Indonesia tahun 1991 melalui hasil sidang data penelitian dan ilmiah di Triwulan 8-11 November 1988, situs Gentong Growah ini dibangun saat akhir atau sesaat setelah Majapahit runtuh akibat serangan dari patah demak.
Rahayu 🍂
#fyp #fypfoto #jangkauan #gunungarjuno #arjuno #gunung #istanagentonggrowah #gentonggrowah #jatim #malang #malanghits #mountains #situs #pasuruan #pasuruanhits #jawatimur #jatim
foto ig erzarian
[12/2 11.58] rudysugengp@gmail.com: KISAH CERITA RAKYAT NUSANTARA 🇮🇩🔥
Roro Mendut: Kisah Cinta dan Keberanian👰♀️
Pada zaman Kesultanan Mataram, di sebuah desa pesisir Jawa Tengah, hiduplah seorang gadis cantik bernama Roro Mendut. Ia berasal dari daerah pesisir yang dikuasai oleh Adipati Pragola dari Kadipaten Pati. Kecantikannya begitu memikat, hingga banyak pemuda yang jatuh hati padanya.
Pada saat itu, Sultan Agung dari Mataram ingin menaklukkan Kadipaten Pati. Pasukannya dipimpin oleh seorang panglima bernama Tumenggung Wiraguna, seorang pria berpengaruh di istana Mataram. Setelah Kadipaten Pati kalah, banyak penduduk yang dijadikan tawanan, termasuk Roro Mendut.
Saat melihat kecantikan Roro Mendut, Tumenggung Wiraguna langsung tertarik dan berniat menjadikannya selir. Ia membawa Roro Mendut ke Mataram, tetapi gadis itu menolak mentah-mentah keinginan Tumenggung.
Di Mataram, Tumenggung Wiraguna mencoba membujuk Roro Mendut dengan berbagai cara, termasuk memberikan harta dan menjanjikan kehidupan mewah. Namun, Roro Mendut tetap menolak karena hatinya tidak pernah mencintai pria tua itu.
Karena merasa dipermalukan, Tumenggung akhirnya menggunakan cara lain. Ia memaksa Roro Mendut untuk membayar pajak yang sangat tinggi jika ingin tetap hidup di Mataram. Roro Mendut yang cerdik tidak menyerah begitu saja. Ia menjual rokok linting buatannya sendiri dan ternyata banyak orang yang menyukainya. Dari hasil penjualan rokok itu, Roro Mendut mampu membayar pajak yang ditetapkan Tumenggung.
Di Mataram, Roro Mendut bertemu dengan seorang pemuda gagah bernama Pronocitro, seorang prajurit muda yang tampan dan baik hati. Keduanya saling jatuh cinta dan berencana untuk melarikan diri dari Mataram agar bisa hidup bersama.
Namun, kabar tentang hubungan mereka akhirnya sampai ke telinga Tumenggung Wiraguna. Ia marah besar dan menganggap Pronocitro sebagai penghalang. Tumenggung pun mengirim orang-orangnya untuk menangkap mereka.
Dalam pelarian mereka, Roro Mendut dan Pronocitro akhirnya tertangkap. Tumenggung yang penuh amarah memberi dua pilihan kepada Pronocitro: meninggalkan Roro Mendut atau mati. Namun, Pronocitro yang setia memilih mati daripada mengkhianati cintanya.
Melihat itu, Roro Mendut menjadi sangat sedih. Ia pun akhirnya ikut mengorbankan dirinya demi cinta sejatinya. Dalam beberapa versi cerita, Roro Mendut dibunuh oleh pasukan Tumenggung, sementara dalam versi lain, ia memilih mengakhiri hidupnya sendiri agar tidak menjadi selir Tumenggung.
Makna Cerita ☝📌
Kisah Roro Mendut adalah simbol cinta, keberanian, dan keteguhan hati seorang wanita. Ia berani melawan keinginan seorang penguasa demi mempertahankan kehormatannya. Selain itu, kisah ini juga menunjukkan bahwa cinta sejati tidak bisa dipaksakan, dan seseorang harus berjuang untuk kebebasannya sendiri.
#Cerita rakyat kisah tutur Tinular
#CeritaRakyat #LegendaNusantara #DongengIndonesia #BudayaIndonesia
#KisahRakyat #MalinKundang #CeritaTradisional #WarisanBudaya #KearifanLokal #CeritaAnakBangsa #FolkloreIndonesia #MitosDanLegenda #SejarahIndonesia #HikmahCeritaRakyat @sorotan Semuaorang pengikut #fyp #jqngkauanluas #viral
[12/2 12.00] rudysugengp@gmail.com: Penemuan kerangka manusia di Gua Shandingdong (China) pada penggalian tahun 1933 dan 1934, telah membuat para ilmuan kebingungan.
Selengkapnya:
https://kanzunqalam.com/2016/01/26/misteri-keberadaan-leluhur-nusantara-di-gua-shandingdong-china-sekitar-10-000-tahun-yang-silam/
Di dalam gua dari masa sekitar 10.000 tahun yang lalu, ditemukan kerangka 3 ras manusia, yaitu Cromagnons (Daratan Eropa), Eskimoid (Kutub Utara) dan Melanesian (Asia Tenggara/Pasifik).
Bagaimana cara mereka bisa bertemu di China ?
[12/2 13.27] rudysugengp@gmail.com: Fragmen kembang Wijaya Kusuma Nusakambangan yang terdiri dari bagian ranting, daun dan kembang. Pohon ini tumbuh di atas batu karang bandung di sebelah timur Pulau Nusakambangan. Kembang Wijayakusuma biasanya di ambil oleh para utusan raja sebagai syarat setelah raja Mataram (Solo-jogja) dinobatkan.
Agak cukup sulit mencapai lokasi karang bandung, Medan cukup berat, jalan yang naik turun, kalau musim hujan mending nggak usah. Belum lagi mencapai posisi pohon kembang Wijaya Kusuma yang berada ditengah laut dengan ombak yang cukup berbahaya.
Aku pernah kesana dan gak bisa menghampiri pohonnya, makanya aku gagal jadi raja Jawa. Tapi minimal sudah berhasil menaklukkan hati puluhan wanita 🤣🤣🤣🤣🫢
[12/2 13.29] rudysugengp@gmail.com: Kerajaan Kediri bisa dihancurkan oleh tiga gabungan pasukan Mongol, pasukan Raden Wijaya, dan Arya Wiraraja, dari Madura. Langkah selanjutnya yakni bagaimana caranya mengusir tentara Mongol dari Pulau Jawa. Sekali lagi Raden Wijaya dan Arya Wiraraja menggunakan strategi licik dan cerdik.
Kemenangan peperangan melawan Kediri ini konon membuat pasukan Tartar Mongol begitu senang. Selayaknya kemenangan perang, maka diadakanlah pesta yang melibatkan seluruh pasukan Mongol, Raden Wijaya, dan Arya Wiraraja. Tapi menariknya di sela-sela pesta itu Raden Wijaya dan pasukannya pamit pulang.
Alasannya mereka kembali ke Desa Tarik, untuk mempersiapkan diri menyerahkan dirinya ke tentara Mongol. Dikisahkan pada "Sandyakala di Timur Jawa (1042 - 1527 M) : Kejayaan dan Keruntuhan Kerajaan Hindu dari Mataram Kuno II hingga Majapahit" pulangnya Raden Wijaya dan pasukannya ke Tarik disetujui oleh pimpinan pasukan Mongol.
Bahkan pimpinan pasukan Mongol secara khusus mengutus sekitar ratusan pasukannya untuk mengawal kepulangan rombongan Majapahit ini. Pengawalan ini sebagai bentuk bagian dari skema penyerahan diri yang disepakati antara Raden Wijaya dengan pasukan dari Kekaisaran Mongol dari Cina.
Sejarah Cina kemudian mencatat bahwa sebulan kemudian setelah penaklukan itu, Raden Wijaya yang kembali ke Tarik membunuh 200 orang prajurit Mongol yang mengawalnya ke Majapahit. Penumpasan pertama rombongan Mongol itu dilakukan oleh Sora dan Ranggalawe, dua panglima perang Majapahit yang merupakan paman dan keponakan tersebut.
Setelah rombongan yang jadi penghalang itu telah habis, Raden Wijaya dan para panglimanya menyusun rencana lanjutan, yaitu untuk menyerang balik pasukan Mongol yang sedang dilanda 'mabuk kemenangan'. Dengan membawa pasukan yang lebih besar, Raden Wijaya menggerakkan pasukannya menuju markas utama pasukan Mongol dan melancarkan serangan tiba-tiba.
Pasukan Mongol yang masih larut dalam pesta pora usai menang perang tak menyangka bakal menerima serangan balasan, dari pasukan yang turut serta berperang melawan Kediri di Daha. Alhasil serangan gabungan Majapahit dan pasukan Madura dari Arya Wiraraja ini mampu membunuh banyak prajurit Mongol di markas utama.
Sisanya berusaha untuk lari ke kapal mereka. Tapi mereka terus dikejar oleh pasukan gabungan Jawa-Madura.
Setelah mencapai sebuah candi, tentara Mongol disergap oleh tentara Jawa yang telah menunggu. Raden Wijaya tidak menyerang Mongol secara langsung, sebaliknya ia menggunakan semua taktik yang memungkinkan untuk mengacaukan dan mengurangi pasukan musuh sedikit demi sedikit.
Selama pelarian itulah pasukan Mongol juga kehilangan semua rampasan perang yang ditangkap sebelum dari Kediri. Mereka terpaksa harus memikirkan nyawa masing-masing agar bisa selamat kembali ke kapal, dan cabut dari tanah Jawa.
Sumber: Okezone
[12/2 13.34] rudysugengp@gmail.com: Nama Dyah Halayudha ternyata bukan tokoh fiktif yg hanya ada di Sandiwara radio atau sinetron saja.
Namun Nama Dyah Halayudha benar benar muncul di prasasti Tuhanyaru yang berangka tahun 1245 Saka. Prasasti Tuhanyaru ditemukan di Desa Sidoteko Mojokerto, diresmikan sendiri oleh Sri Maharaja Parameswara Wiralandagopala.
Pada prasasti tersebut jelas ditulis Dyah Halayudha sebagai Mapatih di Majapahit.
Salah satu yg sangat terkenal adalah isi dari prasasti tersebut menyebutkan 24 nama-nama pejabat Majapahit dengan sanga jelas, yaitu :
1. Paduka Sri Maharaja Raja Dhiraja Parameswara Sri Wiralandagopala bergelar Sri Sundarapandyadewa Dhiswara Wirakramattunggadewa
2. Sang Mantri Katrini, Rakyan Mantri Hino, Dyah Rangganatha
3. Rakyan Mantri Sirikan, Dyah Kameswara
4. Rakyan Mantri Halu,Dyah Wiswanatha
5. Rake Tuhan Mapatih Ring Daha, Dyah Purusiswara
6. Rake Tuhan Mapatih Ring Majapahit, Dyah Halayuda
7. Rakyan Demung, Pu Samaya
8. Rakyan Kanuruhan, Pu Anekakan
9. Rakyan Rangga, Pu Jalu
10. Rakyan Mapatih Ring Kapulungan, Pu Dedes
11. Rakyan Mapatih Ring Matahun, Pu Tanu
Sang Wedhamantri,
12. Sang Aryya Patipati, Pu Kapat
13. Sang Aryya Wangsaprana, Pu Menur
14. Sang Aryya Rajaparakrama, Mapanji Elam
15. Sang Aryya Jayapati, Pu Pamor
16. Sang Aryya Sundaradhirajadasa, Pu Kapasa
17. Sang Aryya Rajadhikara, Pu Tanga
18. Sang Pawget i Irwan, Dang Acaryya Ragawijaya, Mapanji Sahasa
19. Sang Pawget i Kamuhi, Dang Acaryya Wiswanatha, Mapanji Paragata
20. Sang Pawget i Manghuri, Dang Acaryya Mahanatha
21. Sang Pawget i Pamwatan, Dang Acaryya Dharmmaraja
22. Sang Pawget i Jambi, Dang Acaryya Siwanatha
23. Dharmmadhyaksa Ring Kasaiwan, Sang Pawget i Ranukabayan, Dang Acaryya Smaranatha
24. Dharmmadhyaksa Ring Kasogatan, Pungku i Padelegan, Dang Acaryya Kanakamuni
[12/2 13.45] rudysugengp@gmail.com: PANTANGAN BANGSA JAWA & TEWASNYA TRUNOJOYO
Oleh Raja-Raja Jawa kala itu, tokoh ini tidak ubahnya seperti Ranggalawe dan Aria wiraraja, sama-sama Tokoh Asal Madura yang membahayakan kelangsungan dan kedudukan Raja-Raja Jawa kala itu. Bagi orang Jawa betatapun mempunyai sifat dewanya seseorang, jika dia bukan berdarah Jawa kemudian menduduki tahta dan memerintah Jawa hal tersebut merupakan aib bangsa Jawa. Oleh karena itu, bagamanapun caranya demi harga diri bangsa Jawa, Trunojoyo harus dimatikan.
Sama seperti pendahlunya Ranggalawe dan Aria Wiraraja, Trunojoyo adalah sosok orang Madura yang melakukan pemberontakan, bahkan Pemberontakannya cukup merepotkan sebab berhasil menduduki Keraton dan memaksa Raja Mataram kala itu (Amangkurat I) melarikan diri dan akhirnya wafat dalam pelarian (Wafat di Tegal).
Sebagai Putra Mahkota, Amangkurat II, kemudian berusaha membangkitkan harkat martabat orang Jawa yang kala itu sedang dicengkeram oleh kekuatan asing yang ingin menghancurkan, yaitu gabungan para pemberontak yang dikomandoi dan didanai oleh orang-orang Madura, Makkasar dan Sunda (Cirebon & Banten).
Cara Amangkurat II dalam menghadapi aliansi bangsa asing yang ingin menduduki tahta Jawa itu adalah dengan cara bersekutu dengan VOC. Persekutuan ini hasilnya memuaskan, sebab walaupun Mataram pada akhirnya menyerahkan imbalan beberapa daerah kepada VOC namun pada akhirnya yang menjadi Raja atas tanah Jawa adalah orang Jawa itu sendiri, bukan orang Madura, Makkasar ataupun Sunda.
Menurut ahli, bahwa andai saja Trunojoyo memenangkan pertempuran hingga akhir, maka ia kemungkinan besar akan menjadi Raja di Jawa. Namun karena ia berhasil dikalahkan dan kemudian ditangkap, maka rencana tersebut gagal.
Dalam catatan kolonial, setelah ditangkap oleh VOC, sebetulnya Trunojoyo akan diamnfaatkan oleh VOC, karenanya selepas ditangkap ia diperlakukan tidak ubahnya seperti Raja oleh VOC, meskipun begitu, hal ini rupanya dapat dibaca oleh Amangkurat II, sehingga ia kemudian buru-buru membunuh Trunojoyo dengan tangannya sendiri. Trunojoyo wafat saat melakukan kunjungan seremonial ke kediaman bangsawan di sebuah desa bernama Payak, Jawa Timur, pada 2 Januari 1680. Ia ditusuk oleh Amangkurat II dengan tangan dan kerisnya sendiri.
Oleh : Sejarah Cirebon
[12/2 13.48] rudysugengp@gmail.com: PENAKLUK PETIR..
"Kisah kiageng selo" Sang Penangkap Petir.
Makamnya ada di Daerah Purwodadi, Grobogan, Jawa Tengah, Yg sekarang Wilayah itu juga bernama Selo. Ia terkenal dengan kisah legendanya, menangkap petir.
Menurut silsilah, Ki Ageng Selo adalah cicit atau buyut dari Brawijaya terakhir. Ia moyang (cikal bakal-) dari pendiri kerajaan Mataram yaitu Sutawijaya. Termasuk Sri Sultan Hamengku Buwono X (Yogyakarta) maupun Paku Buwono XIII (Surakarta).
Dalam Babad Tanah Jawi (Meinama, 1905; Al-thoff, 1941), diceritakan,1 Prabu Brawijaya terakhir beristri putri Wandan kuning dan berputra Bondan Kejawan/Ki Ageng Lembu Peteng yang diangkat sebagai murid Ki Ageng Tarub. Ia dinikahkan dengan putri Ki Ageng Tarub yang bernama Dewi Nawangsih, dari ibu Bidadari Dewi Nawang Wulan.
Dari perkawinan Lembu Peteng dengan Nawangsih, lahir lah Ki Getas Pendowo (makamnya di Kuripan, Purwodadi). Ki Ageng Getas Pandowo berputra tujuh dan yang paling sulung Ki Ageng Selo.
Ki Ageng gemar bertapa di hutan, gua, dan gunung sambil bertani menggarap sawah. Dia tidak mementingkan harta dunia. Hasil sawahnya dibagi-bagikan kepada tetangganya yang membutuhkan agar hidup berkecukupan. Salah satu muridnya tercintanya adalah Mas Karebet atau Joko Tingkir yang kemudian jadi Sultan Pajang Hadiwijaya, menggantikan dinasti Demak.
Putra Ki Ageng Selo semua tujuh orang, salah satunya Kyai Ageng Enis yang berputra Kyai Ageng Pamanahan. Ki Pemanahan beristri putri sulung Kyai Ageng Saba, dan melahirkan Mas Ngabehi Loring Pasar atau Sutawijaya, pendiri kerajaan Mataram menggantikan Pajang.
Kisah menangkap petir"
Kisah mrenangkap petir terjadi pada jaman ketika Sultan Demak Trenggana masih hidup. Syahdan pada suatu sore sekitar waktu ashar, Ki Ageng Sela sedang mencangkul sawah. Hari itu sangat mendung, pertanda hari akan hujan. Tidak lama memang benar – benar hujan lebat turun.
Petir datang menyambar-nyambar. Petani lain terbirit-birit lari pulang ke rumah karena ketakutan. Tetapi Ki Ageng Sela tetap enak – enak menyangkul, baru sebentar dia mencangkul, datanglah petir itu menyambar Ki Ageng Selo.
Gelegar….. petir menyambar cangkul di genggaman Ki Ageng. Namun, ia tetap berdiri tegar, tubuhnya utuh, tidak gosong, tidak koyak.
Petir berhasil ditangkap dan diikat, dimasukkan ke dalam batu sebesar genggaman tangan orang dewasa. Lalu, batu itu diserahkan ke Kanjeng Sunan di Kerajaan Istana Demak.
Kanjeng Sunan Demak makin kagum terhadap kesaktian Ki Ageng Selo. Beliau pun memberi arahan, petir hasil tangkapan Ki Ageng Selo tidak boleh diberi air.
Kerajaan Demak heboh. Ribuan orang –perpangkat besar dan orang kecil– datang berduyun-duyun ke istana untuk melihat petir hasil tangkapan Ki Ageng Selo.
Suatu hari, datanglah seorang wanita, ia adalah intruder (penyusup) yang menyelinap di balik kerumunan orang-orang yang ingin melihat petirnya Ki Ageng.
Wanita penyusup itu membawa bathok (tempat air dari tempurung kelapa) lalu menyiram batu petir itu dengan air. Gelegar… gedung istana tempat menyimpan batu itupun hancur luluh lantak, oleh ledakan petir.
Kanjeng Sunan Demak berkata, wanita pembawa bathok tersebut adalah “petir wanita” pasangan dari petir “lelaki” yang berhasil ditangkap Ki Ageng Selo. Dua sejoli itupun berkumpul kembali menyatu, lalu hilang lenyap.
[12/2 13.57] rudysugengp@gmail.com: Mahapatih Gajah Mada: Pilar Kekuasaan Majapahit
Gajah Mada, nama yang tak lekang oleh waktu, merupakan sosok kunci dalam sejarah kerajaan Majapahit. Lebih dari sekadar seorang patih, ia adalah arsitek utama kejayaan Majapahit yang membentang luas di Nusantara. Kepemimpinannya yang tegas, strategi politiknya yang cemerlang, dan ambisinya yang besar telah membentuk wajah Indonesia hingga saat ini. Namun, di balik kiprahnya yang gemilang, terdapat pula sisi gelap yang patut dikaji secara kritis. Artikel ini akan membahas secara mendalam beberapa aspek penting kehidupan dan pengaruh Gajah Mada terhadap perjalanan sejarah Indonesia.
1. Asal-Usul dan Perjalanan Karier Gajah Mada
Asal-usul Gajah Mada masih menjadi perdebatan historiografis. Beberapa sumber menyebutkan ia berasal dari keluarga ningrat, sementara yang lain menduga ia berasal dari kalangan rakyat biasa. Apapun latar belakangnya, kemampuan dan kecerdasannya yang luar biasa membuatnya berhasil meniti karier di istana Majapahit. Ia memulai kariernya sebagai seorang prajurit, kemudian menapaki jenjang pemerintahan hingga akhirnya mencapai puncak kekuasaan sebagai Mahapatih. Proses kenaikan pangkatnya yang terbilang cepat ini menunjukkan kapabilitasnya yang diakui oleh raja dan para penasihat kerajaan. Keahliannya dalam strategi perang, diplomasi, dan administrasi negara menjadi faktor utama kesuksesannya.
Proses pendakian karier Gajah Mada juga menunjukkan sistem meritokrasi yang mungkin berlaku di Majapahit. Meskipun kemungkinan adanya faktor-faktor lain seperti dukungan dari kelompok tertentu, kemampuan Gajah Mada yang terbukti tidak dapat diabaikan. Ia bukan hanya seorang pemimpin militer yang tangguh, tetapi juga seorang administrator yang handal. Kemampuannya mengelola sumber daya manusia dan keuangan kerajaan menjadi kunci dalam membangun kekuatan Majapahit. Pengalamannya di medan pertempuran dan keahliannya dalam bernegosiasi menjadi modal berharga dalam menstabilkan dan memperluas pengaruh kerajaan.
Keberhasilan Gajah Mada dalam membangun soliditas pemerintahan Majapahit juga terlihat dari kemampuannya merangkul berbagai golongan masyarakat. Ia bukan hanya berfokus pada kepentingan elit istana, tetapi juga memperhatikan kesejahteraan rakyat. Meskipun sumber sejarah cenderung bersifat propoganda, beberapa catatan menunjukkan adanya upaya untuk meningkatkan kesejahteraan rakyat dan memajukan perekonomian kerajaan. Hal ini menjadi salah satu faktor penting dalam menjaga stabilitas politik dan keamanan kerajaan di tengah kompleksitas sosial dan politik masa itu.
Pengaruh Gajah Mada dalam sistem pemerintahan Majapahit sangat signifikan. Ia bukan hanya menjalankan tugas sebagai patih, tetapi juga bertindak sebagai penasihat utama raja. Pengaruhnya dalam pengambilan keputusan strategis sangat besar, dan ia berhasil membentuk sebuah pemerintahan yang efisien dan terorganisir. Sistem birokrasi yang terstruktur dan efektif di bawah kepemimpinannya menjadi kunci dalam pembangunan kerajaan yang kokoh dan makmur. Hal ini membuktikan kemampuannya dalam memimpin dan mengelola pemerintahan yang kompleks.
2. Sumpah Palapa dan Ekspansi Wilayah Majapahit
Sumpah Palapa, yang diucapkan Gajah Mada di hadapan Raja Hayam Wuruk, merupakan salah satu momen paling monumental dalam sejarah Majapahit. Sumpah ini, yang berisi tekad untuk mempersatukan Nusantara di bawah kekuasaan Majapahit, menunjukkan ambisi dan visi Gajah Mada yang besar. Sumpah tersebut menjadi landasan bagi berbagai ekspedisi militer yang dilakukan Majapahit guna menaklukkan wilayah-wilayah di Nusantara. Keberhasilannya dalam menaklukkan berbagai kerajaan membuktikan kepemimpinan dan strategi militernya yang mumpuni.
Ekspansi wilayah Majapahit di bawah kepemimpinan Gajah Mada berlangsung secara sistematis dan terencana. Ia tidak hanya mengandalkan kekuatan militer semata, tetapi juga menggunakan strategi diplomasi dan politik. Ia mampu memanfaatkan perpecahan antar kerajaan untuk memperlemah lawan dan memperkuat posisi Majapahit. Keberhasilannya dalam menguasai wilayah-wilayah strategis seperti Bali, Sumatra, dan Kalimantan menunjukkan kemampuannya dalam mengelola konflik dan membangun aliansi.
Pengaruh ekspansi Majapahit di bawah Gajah Mada sangat luas dan berdampak jangka panjang. Ia menyatukan berbagai kerajaan dan suku di Nusantara di bawah satu kekuasaan, menciptakan suatu kesatuan politik yang belum pernah terjadi sebelumnya. Meskipun kesatuan ini bersifat politis dan militer, pengaruhnya terhadap kebudayaan dan perdagangan di Nusantara sangat signifikan. Majapahit menjadi pusat perdagangan dan kebudayaan yang berpengaruh di wilayah Asia Tenggara.
Namun, ekspansi wilayah Majapahit juga menimbulkan dampak negatif. Penaklukan militer seringkali disertai dengan kekerasan dan penindasan terhadap penduduk lokal. Meskipun hal ini merupakan hal yang umum terjadi dalam konteks peperangan pada masa itu, tetap perlu diperhatikan bahwa ekspansi Majapahit tidak selalu berjalan damai dan tanpa pertumpahan darah. Penting untuk memahami konteks sejarah dan tidak mengidealkan masa lalu secara berlebihan.
3. Gajah Mada sebagai Administrator dan Penguasa
Gajah Mada tidak hanya dikenal sebagai jenderal perang yang ulung, tetapi juga sebagai administrator yang handal. Kemampuannya dalam mengatur pemerintahan, mengelola keuangan negara, dan membangun infrastruktur menjadi kunci dalam kejayaan Majapahit. Ia membangun sistem birokrasi yang efisien dan efektif, menciptakan stabilitas politik dan ekonomi yang dibutuhkan untuk mendukung ekspansi wilayah. Sistem perpajakan yang teratur dan terkontrol mampu menghasilkan pendapatan yang cukup untuk membiayai pemerintahan dan militer.
Sistem irigasi dan infrastruktur lainnya yang dibangun di masa pemerintahan Gajah Mada juga menunjukkan kemampuannya dalam mengelola sumber daya alam. Pembangunan infrastruktur ini tidak hanya meningkatkan produktivitas pertanian, tetapi juga memperkuat perekonomian dan kesejahteraan rakyat. Hal ini menunjukkan bahwa Gajah Mada tidak hanya berfokus pada kekuatan militer, tetapi juga pada pembangunan ekonomi dan kesejahteraan rakyat. Keberhasilannya dalam mengelola berbagai aspek pemerintahan menunjukkan kemampuan kepemimpinannya yang komprehensif.
Gajah Mada juga berperan penting dalam pengembangan kebudayaan Majapahit. Ia mendukung perkembangan seni, sastra, dan agama, menciptakan iklim yang kondusif bagi perkembangan intelektual dan spiritual masyarakat. Meskipun catatan sejarah sebagian besar berasal dari perspektif elit istana, peninggalan-peninggalan arkeologis menunjukkan perkembangan budaya yang pesat di masa pemerintahannya. Hal ini menunjukkan perhatian Gajah Mada terhadap aspek-aspek non-militer dalam membangun kejayaan Majapahit.
Namun, kekuasaan Gajah Mada juga menimbulkan kontroversi. Beberapa sumber menyebutkan bahwa ia memiliki kekuasaan yang sangat besar, bahkan melebihi kekuasaan raja. Hal ini menimbulkan pertanyaan mengenai keseimbangan kekuasaan di dalam kerajaan dan potensi penyalahgunaan kekuasaan oleh Gajah Mada. Meskipun informasi mengenai hal ini masih terbatas dan perlu kajian lebih lanjut, penting untuk memperhatikan sisi gelap dari sosok Gajah Mada yang penuh kontroversi ini. Studi kritis terhadap sumber-sumber sejarah diperlukan untuk memahami sepenuhnya dampak kekuasaannya.
4. Legasi dan Pengaruh Gajah Mada hingga Saat Ini
Legasi Gajah Mada sebagai tokoh kunci dalam sejarah Indonesia masih terasa hingga saat ini. Ia dihormati sebagai pahlawan nasional yang telah menyatukan Nusantara dan membangun kerajaan Majapahit yang besar dan makmur. Kisah kehidupannya dan Sumpah Palapanya telah menjadi inspirasi bagi banyak generasi untuk berjuang demi persatuan dan kesatuan bangsa. Nama dan kisahnya terus dikenang dan diabadikan dalam berbagai bentuk, termasuk buku pelajaran sejarah, monumen, dan karya sastra.
Pengaruh Gajah Mada terhadap nasionalisme Indonesia sangat signifikan. Ia menjadi simbol persatuan dan kesatuan bangsa, serta semangat untuk membangun negara yang kuat dan berdaulat. Kiprahnya dalam menyatukan berbagai kerajaan di Nusantara telah menjadi inspirasi dalam perjuangan kemerdekaan dan pembangunan bangsa Indonesia. Gajah Mada menjadi contoh pemimpin yang memiliki visi yang besar dan mampu merealisasikannya melalui strategi dan kepemimpinan yang mumpuni.
Namun, penting untuk memahami legasi Gajah Mada secara kritis dan nuansa. Ia bukan tanpa cela, dan perlu dikaji secara objektif untuk memahami kompleksitas sejarah dan menghindari pemujaan berlebihan. Pembahasan mengenai sisi gelap dari kekuasaannya perlu terus dilakukan agar kita dapat belajar dari kesalahan masa lalu. Penggambaran Gajah Mada sebagai tokoh yang sempurna perlu dihindari untuk memberikan gambaran yang akurat dan seimbang mengenai tokoh sejarah ini.
Keberhasilan Gajah Mada dalam membangun Majapahit menjadi pelajaran berharga bagi kepemimpinan modern. Kemampuannya dalam mengelola sumber daya, membangun konsensus, dan memimpin rakyatnya menjadi contoh kepemimpinan yang efektif dan visioner. Memahami kisah hidupnya secara mendalam dapat memberikan wawasan berharga bagi para pemimpin masa kini untuk membangun negara yang lebih baik dan maju. Mempelajari strategi dan kebijakan Gajah Mada dapat menjadi inspirasi bagi kepemimpinan modern dalam menghadapi tantangan global.
Kesimpulan:
Gajah Mada merupakan sosok yang kompleks dan kontroversial. Ia adalah arsitek utama kejayaan Majapahit, tetapi juga seorang penguasa yang penuh ambisi dan mungkin otoriter. Memahami sejarahnya membutuhkan pendekatan yang kritis dan objektif, mempertimbangkan berbagai sumber dan sudut pandang. Legasi Gajah Mada tetap relevan hingga saat ini, menginspirasi semangat persatuan dan kesatuan bangsa. Namun, kita juga perlu belajar dari kesalahan dan tantangan yang dihadapi dalam meraih kejayaan Majapahit masa lalu.
FAQ:
1. Apakah Gajah Mada benar-benar mengucapkan Sumpah Palapa?
Bukti sejarah mengenai Sumpah Palapa berasal dari Pararaton, sebuah kitab yang ditulis setelah masa Gajah Mada. Keaslian dan akurasi Pararaton sendiri masih diperdebatkan oleh para ahli sejarah. Oleh karena itu, kebenaran Sumpah Palapa masih menjadi perdebatan akademik hingga saat ini. Meskipun begitu, Sumpah Palapa tetap menjadi simbol penting dalam sejarah Indonesia.
2. Bagaimana Gajah Mada mampu mempertahankan kekuasaannya selama bertahun-tahun?
Keberhasilan Gajah Mada dalam mempertahankan kekuasaannya didasarkan pada beberapa faktor, termasuk kemampuan militernya yang mumpuni, kebijaksanaan politiknya yang cerdik, dan jaringan pengaruhnya yang kuat di istana dan di seluruh wilayah kekuasaan Majapahit. Ia juga mampu membangun kesetiaan dari bawahannya dan menjaga stabilitas pemerintahan.
3. Apa dampak negatif ekspansi Majapahit di bawah Gajah Mada?
Ekspansi Majapahit di bawah Gajah Mada, meskipun membawa kejayaan bagi kerajaan, juga menimbulkan dampak negatif seperti penindasan terhadap penduduk lokal, kerusakan lingkungan, dan pertumpahan darah. Penting untuk memahami bahwa ekspansi wilayah tidak selalu berlangsung damai dan tanpa menimbulkan korban.
4. Apa pelajaran yang dapat dipetik dari kepemimpinan Gajah Mada bagi kepemimpinan modern?
Dari kepemimpinan Gajah Mada, kita dapat belajar tentang pentingnya visi yang jelas, strategi yang terencana, kemampuan beradaptasi, dan pentingnya membangun tim yang solid. Namun, kita juga harus belajar dari potensinya dalam penyalahgunaan kekuasaan dan pentingnya menjaga keseimbangan kekuasaan.
[12/2 14.05] rudysugengp@gmail.com: TAMAN GANTUNG BABILONIA
Kemegahan Arsitektur Keajaiban Dunia Kuno
Taman Gantung Babilonia dan tembok-tembok Babylon adalah salah satu di antara Tujuh Keajaiban Dunia Kuno yang terletak di Al-Hillah, 50 kilometer selatan Baghdad, Irak di sebelah tebing timur Sungai Euphrates. Berikut hal menarik dari Taman Gantung Babilonia :
1. Penguasa pada saat itu adalah Raja Nebukadnezar II. Dia memulai pembangunan besar-besaran yang mengubah Babilonia menjadi kota terbesar dan terindah di dunia. Dia juga menikah dengan seorang putri Persia bernama Amytis yang merindukan tanaman hijau di kampung halamannya, seperti dilansir ThoughtCo. Nebukadnezar II pun akhirnya membangun sebuah tempat yang berjenjang dan ditutupi oleh tanaman serta pohon yang disebut Taman Gantung.
2. Salah satu orang pertama yang menulis tentang Taman Gantung adalah Josephus Romawi yang juga menulis kisahnya pada abad pertama Masehi. Dilansir The Gardens Trust, ia menulis tentang tembok yang sangat tinggi, ditopang oleh pilar-pilar batu dan tanaman yang disebut surga pensile.
3. Pembangunan kembali kota Babilonia adalah sesuatu yang spektakuler, di mana Nebukadnezar mungkin menyimpan catatan ekstensif dari semua proyek pembangunannya. Anehnya, Taman Gantung tidak pernah disebutkan sebagai bagian dari renovasi besar-besaran itu. Dalam ribuan tablet yang diawetkan dari Nebukadnezar, tidak ada satu pun yang menyebutkan tentang Taman Gantung.
4. The New York Times mengatakan, bahwa raja-raja Mesopotamia Kuno diberi gelar "Tukang Kebun". Di peradaban kuno, kebun dibudidayakan dalam skala besar oleh orang kaya yang berkuasa.
5. Taman Gantung Babilonia diperkirakan memiliki ukuran sebagai berikut: Tinggi sekitar 75–80 kaki, Panjang sekitar 56 mil, Lebar sekitar 400 kaki.
6. Taman Gantung Babilonia tidak ada lagi saat ini. Keberadaan taman ini masih menjadi misteri yang belum terungkap sepenuhnya.
Sumber : idntimes
#babilonia #tamangantung #mesopotamia #peradaban #sejarah
[12/2 14.11] rudysugengp@gmail.com: 💥Sedulur 4 Kelima Pancer - Versi Lengkap
https://rajadigital.scalev.id/sedulur4-kelima-pancer-versi-lengkap
💥E-book ini mengungkap ajaran mendalam Kejawen yang telah diwariskan turun-temurun oleh leluhur Jawa, berfokus pada konsep Sedulur 4 dan Pancer.
💥yang Akan Anda Dapatkan dalam eBook Ini?
✅Pemahaman Lengkap Sedulur 4
Pahami peran Kakang Kawah, Adi Ari-Ari, Getih, dan Puser sebagai saudara spiritual yang senantiasa mendampingi Anda.
✅Ritual dan Tirakat Praktis
Panduan ritual harian dan berkala, untuk membersihkan energi negatif dan meraih ketenangan batin.
✅Pengundangan Astral
Pelajari teknik mendalam untuk berkomunikasi dengan Sedulur 4 guna memohon petunjuk dan perlindungan spiritual dalam hidup Anda.
✅Filosofi Keseimbangan Alam dan Hidup
Harmonis dengan energi semesta melalui praktik yang diwariskan leluhur: Ruwatan, Slametan, Nyadran, dan Penghormatan terhadap Alam.
💥DAFTAR ISI:
💥Bab 1: Pemahaman Dasar Kejawen
✅Pengertian Kejawen
✅Konsep Diri dalam Kejawen
✅Keseimbangan Antar Unsur
✅Makna Konsep Diri Sebagai Mikrokosmos
💥Bab 2: Teori "Sedulur 4 Kelima Pancer"
✅Makna Sedulur 4 dan Pancer
✅Pancer sebagai Inti Diri
✅Asal-Usul Konsep
✅Simbolisme dan Implementasi
✅Makna Simbolis Sedulur 4 dan Pancer
💥Bab 3: Konsep Spiritual Sedulur 4
✅Keterhubungan Energi Spiritual
✅Energi Kakang Kawah
✅Energi Adi Ari-Ari
✅Energi Getih
✅Energi Puser
✅Hubungan Sedulur 4 dengan Elemen Alam
✅Penerapan Keseimbangan dalam Kehidupan Sehari-Hari
💥Bab 4: Cara Lelaku dan Tirakat
✅Laku Spiritual untuk Menyadari Sedulur 4
✅Meditasi
✅Puasa atau Tirakat
✅Pengendalian Diri
✅Pantangan dalam Lelaku
💥Bab 5: Ritual dan Sesaji
✅Ritual Harian dan Berkala
✅Ritual Harian
✅Membaca Doa Pagi dan Malam
✅Menyediakan Sesaji Sederhana
✅Meditasi Ringan atau Semedi
✅Ritual Berkala
✅Slametan Wetonan
✅Slametan Tingkeban
✅Ruwatan
✅Nyadran
✅Makna Filosofis Ritual Harian dan Berkala
✅Jenis Sesaji untuk Sedulur 4
✅Bunga-Bungaan
✅Makanan Tradisional
✅Minyak Wangi dan Kemenyan
✅Waktu dan Tempat yang Tepat
✅Waktu Pelaksanaan Sesaji
✅Tempat Pelaksanaan Sesaji
💥Bab 6: Pengundangan Astral Sedulur 4
✅Pengertian Pengundangan Astral
✅Tujuan dan Makna Pengundangan Astral
✅Proses Pengundangan Astral
✅Tanda Keberhasilan Pengundangan Astral
✅Persiapan Pengundangan Astral
✅Pembersihan Diri
✅Pembersihan Tempat
✅Penyediaan Sesaji
✅Kesiapan Batin
✅Tahapan Proses Pengundangan
✅Memulai dengan Niat
✅Mantra atau Doa Khusus
✅Meditasi dan Pemusatan Pikiran
✅Komunikasi Batin
✅Penutupan Ritual
✅Tanda Keberhasilan Pengundangan Astral
✅Rasa Damai dan Ketenangan Batin
✅Munculnya Petunjuk atau Jawaban Melalui Intuisi dan Mimpi
✅Kehadiran Energi yang Kuat di Sekitar Diri
✅Peningkatan Ketajaman Intuisi dan Kepekaan Spiritual
✅Tanda dalam Alam Sekitar
✅Manfaat Pengundangan Astral Sedulur 4
✅Perlindungan Spiritual
✅Petunjuk Hidup
✅Keseimbangan Batin
✅Penguatan Spiritualitas
💥Bab 7: Manfaat Praktis dan Tantangan
✅Manfaat Memahami dan Mengharmoniskan Sedulur 4
✅Kesehatan Fisik dan Batin
✅Keselamatan dalam Kehidupan
✅Keberkahan Hidup
✅Tantangan dalam Melakukan Lelaku
✅Gangguan Eksternal
✅Gangguan Internal
✅Cara Mengatasi Hambatan
✅Mengatasi Gangguan Eksternal
✅Mengatasi Gangguan Internal
💥Lampiran
✅Doa-Doa dan Mantra Khusus
✅Mantra Harian untuk Sedulur 4
✅Mantra Pengundangan Astral
✅Mantra Slametan Wetonan
✅Kalender Jawa untuk Panduan Waktu Ritual
✅Waktu-Waktu Penting dalam Kalender Jawa
✅Meditasi dan Fokus Puser
💥Penutup
✅Kesimpulan dari Pembahasan
✅Harapan dan Motivasi bagi Pembaca
[12/2 14.11] rudysugengp@gmail.com: Di tengah keindahan alam Wonosalam, Jombang, Jawa Timur, terdapat sebuah candi yang menyimpan sejarah dan keagungan masa lalu. Candi Rimbi, sebuah bangunan kuno yang terletak di kawasan yang dikelilingi oleh pegunungan dan hutan yang lebat, merupakan salah satu destinasi wisata sejarah yang wajib dikunjungi.
Candi Rimbi pertama kali ditemukan dan dipublikasikan oleh Alfred Russel Wallace, seorang ilmuwan Inggris yang terkenal dengan penelitiannya tentang keanekaragaman hayati di nusantara. Pada tahun 1850-an, Wallace melakukan ekspedisinya ke Wonosalam untuk mengambil spesimen burung merak dan hewan-hewan endemik dari Gunung Anjasmoro. Selama penjelajahannya, ia menemukan Candi Rimbi yang terletak di kawasan yang masih sangat alami dan terpencil.
Candi Rimbi sendiri merupakan sebuah bangunan kuno yang dibangun pada masa kerajaan Majapahit, sekitar abad ke-14. Candi ini terbuat dari batu andesit dan memiliki arsitektur yang khas dengan gaya Majapahit. Bangunan candi ini terdiri dari tiga tingkat, dengan tingkat pertama sebagai dasar, tingkat kedua sebagai badan, dan tingkat ketiga sebagai atap.
Di sekitar candi, terdapat beberapa prasasti yang membahas tentang sejarah dan keagungan kerajaan Majapahit. Prasasti-prasasti ini merupakan sumber informasi yang sangat berharga untuk memahami sejarah dan budaya Jawa pada masa lalu.
Candi Rimbi tidak hanya memiliki nilai sejarah dan budaya, tetapi juga memiliki keindahan alam yang luar biasa. Kawasan sekitar candi dipenuhi dengan hutan yang lebat dan pegunungan yang menjulang tinggi, membuatnya menjadi sebuah destinasi wisata yang sangat menarik. Pengunjung dapat menikmati keindahan alam dan sejarah candi ini dengan melakukan hiking, birdwatching, dan lain-lain.
Dalam buku "The Malay Archipelago", Wallace merangkum catatan-catatan tentang penelitiannya di nusantara, termasuk tentang Candi Rimbi. Buku ini menjadi sumber informasi yang sangat berharga untuk memahami sejarah dan keagungan kerajaan Majapahit, serta keindahan alam Wonosalam.
Jadi, jika Anda ingin menikmati keindahan alam dan sejarah Jawa, Candi Rimbi di Wonosalam, Jombang, Jawa Timur, merupakan sebuah destinasi wisata yang wajib dikunjungi. Dengan keindahan alam dan sejarah yang luar biasa, Candi Rimbi menjadi sebuah tempat yang sangat menarik untuk dijelajahi dan dipelajari.
Mojopahit Masa Kini .
#wonosalamjombang
Bumi Pusaka
#candirimbi
#candikuno
#situsbudaya
[12/2 14.29] rudysugengp@gmail.com: Candi Sewu: Wisata Sejarah yang Sarat Legenda Roro Jonggrang di Yogyakarta
Yogyakarta tidak hanya terkenal dengan pesona alamnya, tetapi juga memiliki destinasi wisata sejarah yang menarik untuk dikunjungi. Jika biasanya wisatawan memilih Candi Prambanan sebagai tujuan utama, jangan lewatkan kesempatan untuk menjelajahi Candi Sewu, yang terletak di utara Candi Prambanan. Candi ini menyimpan sejarah panjang serta legenda Roro Jonggrang yang begitu melegenda.
Secara administratif, kompleks Candi Sewu terletak di Dukuh Bener, Desa Bugisan, Kecamatan Prambanan, Kabupaten Klaten, Provinsi Jawa Tengah. Berjarak sekitar 800 meter di utara Candi Prambanan, wisatawan dapat dengan mudah mengakses candi ini setelah mengunjungi Prambanan.
Nama “Sewu” dalam bahasa Jawa berarti seribu, yang erat kaitannya dengan legenda Roro Jonggrang. Menurut kisah yang beredar, Bandung Bondowoso diperintahkan untuk membangun 1.000 candi dalam semalam demi meminang Roro Jonggrang. Namun, karena kelicikan Roro Jonggrang, pembangunan candi gagal tepat waktu, dan jumlah candi yang berhasil dibuat hanya 999. Roro Jonggrang pun dikutuk menjadi arca untuk melengkapi jumlah candi.
Namun, berdasarkan prasasti yang ditemukan, nama asli Candi Sewu adalah Prasada Vajrasana Manjusrigrha. Candi ini dibangun pada abad ke-8 pada masa Dinasti Syailendra oleh Rakai Panangkaran dari Kerajaan Mataram Kuno. Pembangunannya kemudian dilanjutkan oleh Rakai Pikatan dari Dinasti Sanjaya, yang menikahi putri Dinasti Syailendra.
Pada masa itu, Candi Sewu menjadi pusat ibadah umat Buddha, berbeda dengan Candi Prambanan yang bercorak Hindu. Keberadaan kedua candi ini menunjukkan harmoni antara umat Buddha dan Hindu di masa lampau.
Keunikan Arsitektur Candi Sewu
Kompleks Candi Sewu memiliki luas 185 meter dari utara ke selatan dan 165 meter dari timur ke barat. Setiap pintu masuknya—utara, selatan, barat, dan timur—dijaga oleh arca raksasa Dwarapala setinggi 2 meter. Bangunan candi ini seluruhnya terbuat dari batu andesit dan memiliki struktur yang megah meskipun banyak bagian yang telah rusak.
Meskipun disebut Candi Sewu, kompleks ini sebenarnya terdiri dari 249 candi. Candi utama memiliki tinggi 30 meter dan diameter 29 meter, dikelilingi oleh candi-candi kecil yang disebut Candi Perwara dan Candi Penjuru. Sayangnya, banyak candi kecil ini yang hanya tersisa dalam bentuk reruntuhan.
Aktivitas Menarik di Candi Sewu
Menjelajahi Kompleks Candi – Wisatawan dapat berkeliling sambil menikmati keindahan arsitektur candi yang unik dan megah.
Berfoto dengan Latar Candi yang Eksotis – Pemandangan candi yang megah menjadikannya lokasi sempurna untuk fotografi.
Bersepeda Keliling Candi – Pengunjung dapat menyewa sepeda dan menjelajahi kawasan Candi Sewu hingga Candi Prambanan.
Wisata Edukasi di Museum Candi Sewu – Museum ini menyajikan informasi mengenai sejarah, pemugaran, serta film dokumenter tentang candi.
Agar pengalaman lebih nyaman, disarankan untuk datang lebih awal atau pada hari kerja guna menghindari keramaian. Jangan lupa membawa topi atau payung karena kawasan candi cukup terik di siang hari.
Candi Sewu bukan hanya destinasi wisata sejarah, tetapi juga menyimpan nilai budaya dan legenda yang menarik untuk ditelusuri. Keindahan arsitektur serta suasana yang tenang menjadikannya tempat yang sempurna untuk berwisata sekaligus belajar sejarah. Jika berkunjung ke Candi Prambanan, sempatkanlah untuk mampir ke Candi Sewu dan rasakan pesonanya secara langsung! (bacajogja)
[12/2 14.30] rudysugengp@gmail.com: “Menelusuri Asal-Usul Bahasa Sansekerta: Warisan Nusantara yang Terlupakan”
Selama ini, kita diajarkan bahwa bahasa Sansekerta berasal dari India. Namun, ada banyak fakta menarik yang justru mengarah pada kesimpulan berbeda: bahasa Sansekerta memiliki akar yang kuat di Nusantara, bukan di India. Sayangnya, akibat kolonialisme dan propaganda sejarah, peran Nusantara dalam perkembangan bahasa ini nyaris terhapus.
Mengapa Nusantara?
1. Sansekerta Sudah Digunakan Sejak Lama di Nusantara
Sejak ribuan tahun lalu, masyarakat Nusantara sudah menggunakan bahasa Sansekerta dalam berbagai aspek kehidupan, baik dalam keagamaan, sastra, maupun pemerintahan. Kata bhāṣa yang berarti “logat bicara” dalam Sansekerta sendiri sudah melekat dalam bahasa kita, menjadi “bahasa”.
2. Pengakuan Para Ahli Bahasa
Sir William Jones, seorang filolog asal Inggris, dalam pidatonya pada tahun 1786 menyebutkan bahwa bahasa Sansekerta memiliki kesempurnaan yang luar biasa dan memiliki keterkaitan erat dengan bahasa Yunani serta Latin. Namun, ia juga menyebutkan bahwa bahasa ini berasal dari sumber yang “kemungkinan sudah tidak ada lagi.” Bisa jadi, yang dimaksud adalah bahasa Nusantara kuno.
3. Bukti Sejarah: Pusat Pendidikan Nusantara Lebih Tua dari India
• Sebelum Universitas Nalanda di India (427 M) didirikan, Nusantara sudah memiliki pusat pembelajaran besar bernama Dharma Phala di Swarnadvipa (Sumatra).
• Tokoh seperti Dharmapala (670–580 SM), seorang pemikir besar yang lahir di Swarnadvipa, berperan penting dalam menyebarkan ajaran Dharma ke India.
4. Banyaknya Kata Sansekerta dalam Bahasa Indonesia
Ribuan kata dalam bahasa Indonesia berasal dari Sansekerta, seperti agama (āgama), cinta (cintā), antariksa (antarikṣa), dan banyak lagi. Sementara di India sendiri, bahasa Sansekerta justru tidak digunakan dalam percakapan sehari-hari.
Benarkah Sansekerta Berasal dari India?
Sejarah konvensional mengaitkan bahasa Sansekerta dengan Pāṇini, seorang pakar tata bahasa dari wilayah yang kini disebut Pakistan. Pāṇini menulis Aṣṭādhyāyī pada abad ke-5 SM, yang berisi 3.959 aturan tata bahasa Sansekerta. Namun, bukti tertulis yang lebih tua dari itu tidak ditemukan di India.
Aksara yang dianggap sebagai asal-usul Sansekerta, seperti Brahmi dan Devanagari, baru muncul sekitar abad ke-3 SM hingga abad ke-11 M. Jika memang Sansekerta sudah ada sejak ribuan tahun sebelumnya, mengapa bukti tertulis tertua di India baru muncul jauh belakangan?
Sebaliknya, Nusantara telah memiliki aksara sendiri yang lebih tua dan berkembang, seperti aksara Kawi, Pallawa, dan lainnya, yang erat kaitannya dengan Sansekerta.
Sansekerta: Bahasa yang Dirakit?
Peneliti seperti Shyama Rao (1999) mengungkapkan bahwa Sansekerta sebenarnya merupakan bahasa yang “dirakit” dari berbagai bahasa lain. Rao menyoroti beberapa kelemahan Sansekerta:
• Tata bahasanya terlalu rumit dan tidak konsisten
• Tidak membedakan jenis kelamin
• Tidak mengenal bentuk tunggal dan jamak
• Banyak sinonim dan homonim yang mirip dengan bahasa Nusantara
Bahkan, pada tahun 1951, hanya ada sekitar 555 orang penutur Sansekerta di India dari total 362 juta penduduknya! Sementara di Nusantara, ribuan kata Sansekerta masih digunakan dalam bahasa sehari-hari.
Siapa yang Mempengaruhi Siapa?
Jika kita menelaah sejarah lebih dalam, justru budaya dan bahasa Nusantara-lah yang lebih dulu berkembang dan mempengaruhi India, bukan sebaliknya. Buktinya:
1. Nama-Nama Raja Kamboja dan Nusantara
• Banyak raja di Kamboja dahulu menggunakan nama dengan akhiran Warman, seperti Adityawarman dari Majapahit.
• Namun, nama raja Kamboja modern, seperti Norodom Sihanouk, sudah jauh dari unsur bahasa Nusantara.
2. Jejak Bahasa Nusantara di Dunia
• Bahasa Jawa, Sunda, dan Bali mengandung banyak kata dari Sansekerta.
• Bahasa Melayu sendiri memiliki sekitar 50% kosa kata yang berasal dari Sansekerta.
Kesimpulan: Saatnya Mengakui Warisan Kita
Kolonialisme telah mengaburkan sejarah asli Nusantara. Kita sering diajarkan bahwa Sansekerta berasal dari India, padahal banyak bukti menunjukkan bahwa Nusantara justru lebih dulu memiliki bahasa dan budaya yang kuat.
Bahkan, jika kita melihat sejarah perkembangan bahasa komputer, yang dipilih sebagai nama bahasa pemrograman fleksibel adalah JavaScript mengacu pada fleksibilitas orang Jawa dalam berbahasa.
Sudah saatnya kita menggali kembali kejayaan nenek moyang kita dan bangga terhadap warisan budaya yang telah diwariskan. Nusantara bukan hanya penerima pengaruh, tetapi justru sumber dari banyak peradaban dunia!
#BahasaNusantara
#SansekertaDariNusantara
#WarisanLeluhur
Bumi Pusaka
#SejarahBahasa
#NusantaraBangkit
[12/2 14.32] rudysugengp@gmail.com: ~¤• UNTUNG SUROPATI •¤~
^
Untung Surapati (Bahasa Jawa: Untung Suropati) (terlahir Surawiraaji, lahir di Gelgel, Bali, 1660 – meninggal dunia di Bangil, Pasuruan, Mataram, 5 Desember 1706 pada umur 45/46 tahun) adalah seorang tokoh dalam sejarah Nusantara yang dicatat dalam Babad Tanah Jawi. Kisahnya menjadi legendaris karena mengisahkan seorang anak rakyat jelata dan budak VOC yang menjadi seorang bangsawan dan Tumenggung (Bupati) Pasuruan dengan gelar Tumenggung Wiranegara.
》●Latar Belakang
- Asal Usul Untung;
Untung Surapati, Nama aslinya Surawiraaji. Menurut Babad Tanah Jawi ia berasal dari Bali yang ditemukan oleh Kapten van Beber, seorang perwira VOC yang ditugaskan di Makasar. Kapten van Beber kemudian menjualnya kepada perwira VOC lain.[butuh rujukan] Untung Surapati akhirnya dibeli oleh van Moor di Bali untuk dibawa bersamanya ke Batavia. Saat menjadi budak, Untung berusia tujuh tahun. Sejak memiliki budak baru, karier dan kekayaan Moor meningkat pesat. Anak kecil itu dianggap pembawa keberuntungan sehingga diberi nama "Si Untung".
Ketika Untung berumur 20 tahun, ia dimasukkan penjara oleh Moor karena menjalin hubungan dengan putrinya yang bernama Suzane. Untung kemudian menghimpun para tahanan dan berhasil kabur dari penjara dan menjadi buronan.
- Mendapat Nama Suropati;
Pada tahun 1683, Sultan Ageng Tirtayasa raja Banten dikalahkan VOC. Putranya yang bernama Pangeran Purbaya (Banten) melarikan diri ke Gunung Gede. Ia memutuskan menyerah tetapi hanya mau dijemput perwira VOC pribumi.
Kapten Ruys (pemimpin benteng Tanjungpura) berhasil menemukan kelompok Untung. Mereka ditawari pekerjaan sebagai tentara VOC daripada hidup sebagai buronan. Untung pun dilatih ketentaraan, diberi pangkat letnan, dan ditugasi menjemput Pangeran Purbaya.
Untung menemui Pangeran Purbaya untuk dibawa ke Tanjungpura. Datang pula pasukan Vaandrig Kuffeler yang memperlakukan Pangeran Purbaya dengan kasar. Untung tidak terima dan menghancurkan pasukan Kuffeler di Sungai Cikalong, 28 Januari 1684.
Pangeran Purbaya tetap menyerah ke Tanjungpura, tetapi istrinya yang bernama Gusik Kusuma meminta Untung mengantarnya pulang ke Kartasura. Untung kini kembali menjadi buronan VOC. Antara lain ia pernah menghancurkan pasukan Jacob Couper yang mengejarnya di desa Rajapalah.
Ketika melewati Kesultanan Cirebon, Untung berkelahi dengan Raden Surapati, anak angkat sultan. Setelah diadili, terbukti yang bersalah adalah Surapati. Surapati pun dihukum mati. Sejak itu nama "Surapati" oleh Sultan Cirebon diserahkan kepada Untung.
》●Terbunuhnya Kapten Tack
Untung alias Surapati tiba di Kartasura mengantarkan Raden Ayu Gusik Kusuma pada ayahnya, yaitu Patih Nerangkusuma. Nerangkusuma adalah tokoh anti VOC yang gencar mendesak Amangkurat II agar membatalkan perjanjiannya dengan bangsa Belanda tersebut. Nerangkusuma juga menikahkan Gusik Kusuma dengan Surapati.
Kapten François Tack (perwira VOC senior yang ikut berperan dalam penumpasan Trunajaya dan Sultan Ageng Tirtayasa) tiba di Kartasura bulan Februari 1686 untuk menangkap Surapati. Amangkurat II yang telah dipengaruhi Nerangkusuma, pura-pura membantu VOC.
Pertempuran pun meletus di halaman keraton. Pasukan VOC hancur. Sebanyak 75 orang Belanda tewas. Kapten Tack sendiri tewas di tangan Untung. Tentara Belanda yang masih hidup menyelamatkan diri ke benteng mereka.
》●Bergelar Tumenggung Wiranegara
Amangkurat II takut pengkhianatannya terbongkar. Ia merestui Surapati dan Nerangkusuma merebut Pasuruan. Di kota itu, Surapati mengalahkan bupatinya, yaitu Anggajaya, yang kemudian melarikan diri ke Surabaya. Bupati Surabaya bernama Adipati Jangrana tidak melakukan pembalasan karena ia sendiri sudah kenal dengan Surapati di Kartasura.
Untung Surapati pun mengangkat diri menjadi bupati Pasuruan dan bergelar Tumenggung Wiranegara.
Pada tahun 1690 Amangkurat II pura-pura mengirim pasukan untuk merebut Pasuruan. Tentu saja pasukan ini mengalami kegagalan karena pertempurannya hanya bersifat sandiwara sebagai usaha mengelabui VOC.
》●Kematian Untung Suropati
Sepeninggal Amangkurat II tahun 1703, terjadi perebutan takhta Kartasura antara Amangkurat III melawan Pangeran Puger. Pada tahun 1704 Pangeran Puger mengangkat diri menjadi Pakubuwana I dengan dukungan VOC. Tahun 1705 Amangkurat III diusir dari Kartasura dan berlindung ke Pasuruan.
Pada bulan September 1706 gabungan pasukan VOC, Mataram, Madura, dan Surabaya dipimpin Mayor Goovert Knole menyerbu Pasuruan. Pertempuran di benteng Bangil akhirnya menewaskan Untung Surapati alias Wiranegara tanggal 17 Oktober 1706. Namun ia berwasiat agar kematiannya dirahasiakan. Makam Surapati pun dibuat rata dengan tanah. Perjuangan dilanjutkan putra-putranya dengan membawa tandu berisi Surapati palsu.
Pada tanggal 18 Juni 1707 Herman de Wilde memimpin ekspedisi mengejar Amangkurat III. Ia menemukan makam Surapati yang segera dibongkarnya. Jenazah Surapati pun dibakar dan abunya dibuang ke laut.
》●Perjuangan Putra-Putra Suropati
Putra-putra Untung Surapati, antara lain Raden Pengantin, Raden Surapati, dan Raden Suradilaga memimpin pengikut ayah mereka (campuran orang Jawa dan Bali). Sebagian dari mereka ada yang tertangkap bersama Amangkurat III tahun 1708 dan ikut dibuang ke Srilangka.
Sebagian pengikut Untung Surapati bergabung dalam pemberontakan Arya Jayapuspita di Surabaya tahun 1717. Pemberontakan ini sebagai usaha balas dendam atas dihukum matinya Adipati Jangrana yang terbukti diam-diam memihak Surapati dalam perang tahun 1706.
Setelah Jayapuspita kalah tahun 1718 dan mundur ke Mojokerto, pengikut Surapati masih setia mengikuti. Mereka semua kemudian bergabung dalam pemberontakan Pangeran Blitar menentang Amangkurat IV yang didukung VOC tahun 1719. Pemberontakan ini berhasil dipadamkan tahun 1723. Putra-putra Untung Surapati dan para pengikutnya dibuang VOC ke Srilangka.
Salah satu keturunan Untung Suropati yang berjuang melawan VOC adalah Adipati Malayakusuma. Bersama dengan anak keturunan Suropati lainnya, putra Tumenggung Kartonegoro ini mempertahankan wilayah Malang pada dari serbuan VOC sejak tahun 1762 hingga 1768. Setelah Malang takluk maka perjuangan anak keturunan Untung Suropati terhenti. Sebagian besar tertangkap sementara yang lainnya bersembunyi di Pegunungan Tengger.
》●Dalam Karya Sastra dan Media Lain
Kisah perjalanan hidup Untung Surapati yang legendaris, selain sekarang menjadi nama jalan yang umum di Indonesia, juga cukup banyak ditulis dalam bentuk sastra. Salah satunya dalam Babad Tanah Jawi.[butuh rujukan] Kisah Untung juga diceritakan dalam Babad Trunajaya-Surapati. Dalam babad ini, Untung diceritakan memiliki sifat yang ramah, pemberani dan berhati baik.
Penulis Hindia Belanda Melati van Java (nama samaran dari Nicolina Maria Sloot) juga pernah menulis roman berjudul Van Slaaf Tot Vorst, yang terbit pada tahun 1887. Karya ini kemudian diterjemahkan oleh FH Wiggers dan diterbitkan tahun 1898 dengan judul Dari Boedak Sampe Djadi Radja. Penulis pribumi yang juga menulis tentang kisah ini adalah sastrawan Abdul Muis dalam novelnya yang berjudul Surapati.
Taman Burgemeester Bisschopplein di Batavia (sekarang Jakarta) pasca kemerdekaan Indonesia diubah namanya menjadi "Taman Suropati" untuk mengabadikan nama Untung Surapati.
^
-○ dikutip dari berbagai
Sumber ;
______
#sorotan
#semuaorang
#jangkauanluas
#fbpro
#fyp
[12/2 15.09] rudysugengp@gmail.com: ➡️ ANTARA JAWA DAN SUNDA BERBEDA 🙄
4 PERBEDAAN ORANG JAWA DAN SUNDA, MULAI DARI ASAL USUL HINGGA CIRI KHAS KARAKTER
Pulau Jawa merupakan pusat peradaban di Indonesia. Akan tetapi dengan hadirnya Ibu Kota Negara (IKN) baru bisa saja peradaban bangsa Indonesia tidak akan berpusat lagi di Pulau ini.
Namun, ada hal yang menarik bila kita berbicara tentang pulau Jawa. Pasalnya Pulau ini dihuni oleh dua suku bangsa yang sangat besar, yakni suku Jawa dan suku Sunda.
Jika populasi dari kedua suku ini digabungkan maka hasilnya hampir mencapai 60% dari populasi bangsa Indonesia.
Walaupun sama-sama mendiami pulau Jawa, ada beberapa perbedaan dari kedua suku terbesar di Indonesia ini.
Berikut ini akan dibahas mengenai perbedaan antara orang Jawa dan Sunda.
1. ASAL USUL
Nama jawa berasal dari kata "Yava" yang artinya jelai atau tanaman padi-padian. Hal ini mengarah kepada nama pulau yavadwipa yang sekarang disebut pulau Jawa. Pusat peradaban orang Jawa ada di dekat gunung-gunung aktif yang subur.
Sedangkan nama Sunda berasal dari kata "Sund" yang artinya bercahaya. Hal ini mengarah kepada karakter kulit orang Sunda itu sendiri yang lebih putih ketimbang pendatang dari Cola India maupun tetangga mereka yakni orang Jawa.
Hal ini dikarenakan pusat peradaban orang Sunda ada di dataran tinggi dan orang-orang Sunda umumnya memiliki kulit yang lebih terang.
2. STRUKTUR MASYARAKAT
Masyarakat Sunda jauh lebih egaliter daripada masyarakat Jawa yang lebih feodal. Dapat kita nilai dari bahasanya.
Bahasa Sunda yang belum terpengaruh budaya Jawa Mataram seperti Banten tidak memiliki struktur kasar, tengah, dan halus.
Hal ini dikarenakan budaya Keraton dan feodalisme di wilayah timur Jawa sangat kental jika dibandingkan dengan di barat.
3. KARAKTER POSITIF
Orang Jawa terkenal pekerja keras, ambisius, dan cukup serius. Bangsa ini dikenal banyak memiliki pencapaian seperti membangun Candi Borobudur, Candi Prambanan, Kompleks Dieng, dan lain sebagainya.
Selain itu orang Jawa juga tercatat memiliki jejak imperialis dilihat dari Kerajaan Singasari dan Majapahit. Orang Jawa juga terkenal mau hidup susah dan gemar merantau.
Sedangkan orang Sunda terkenal lebih santai dan humoris walau tidak sebanyak orang Jawa, orang Sunda sangat terkenal di bidang Entertainment.
Tentunya ini bukan hanya dikarenakan tampang mereka yang rupawan, namun juga humor mereka yang mengena ke semua kalangan.
4. KARAKTER NEGATIF
Stereotip negatif orang Jawa yang paling umum adalah tidak terus terang dan bermuka dua. Dalam sejarah orang Jawa adalah ahli dalam serangan tiba-tiba dan gerilya.
Mulai dari Perang Diponegoro, Perang Majapahit melawan Mongol, Perang Bubat dann hampir semua perang yang terjadi berawal dari orang Jawa yang menyerang tanpa pernyataan perang.
Selain itu, Nenek Moyang bangsa Jawa juga terkenal dengan siasat politik tusuk menusuknya. Hal itu dapat kita lihat dalam sejarah bahwa orang Jawa sering berperang dengan sesamanya dikenal sebagai bangsa yang ekspansionis.
Sedangkan stereotip negatif orang Sunda yang paling umum adalah malas, kurang ambisius, dan hanya mengandalkan wajah.
Dalam sejarah kerajaan-kerajaan Sunda tidak begitu ekspansionis bahkan walaupun ada wilayahnya yang dicaplok oleh orang Jawa.
Stereotip mereka yang kurang ambisius ini mungkin lahir dari keengganan banyak orang Sunda untuk merantau karena menganggap tanah Pasundan sendiri sudah sangat mencukupi untuk mereka. Ditambah lagi kondisi tanah Pasundan yang jarang perang antar Kadipaten.
Itulah beberapa perbedaan orang Jawa dan orang Sunda. Artikel ini tidak ada maksud untuk meninggikan atau merendahkan salah satu suku dari kedua suku bangsa yang besar ini.
Suku Jawa ataupun suku Sunda sekarang sudah menjadi satu bangsa Indonesia bersama dengan suku-suku lainnya.
SUMBER: UrbanJabar .com
#suku #indonesia #NKRI #sunda #jawa
#pengikut #semuaorang #info #unik
[12/2 21.30] rudysugengp@gmail.com: Kerajaan Tidore adalah kerajaan Islam yang pernah berdiri di Maluku. Kerajaan ini didirikan pada abad ke-11 dan mencapai puncak kejayaannya pada abad ke-18.
Ciri khas kerajaan
Kerajaan Tidore bercorak Islam dan berpusat di Maluku
Kerajaan Tidore menerapkan sistem pemerintahan aristokrasi berdasarkan kelahiran dan kelas marga
Kerajaan Tidore melakukan ekspansi kekuasaan, menyebarkan Islam, dan membangun jaringan niaga
Masa kejayaan
Kerajaan Tidore mencapai masa kejayaannya pada masa kekuasaan Sultan Nuku (1779-1805)
Pada masa itu, Tidore tumbuh pesat dan berhasil menghalau bangsa Eropa yang berusaha meraup kekayaan dari tanahnya
Keruntuhan kerajaan
Kerajaan Tidore mengalami kemunduran karena diadu domba dengan Kesultanan Ternate yang dilakukan oleh bangsa asing (Spanyol dan Portugis)
Peninggalan kerajaan Masjid Sultan Tidore, Benteng Torre, Benteng Tahula, Istana Kerajaan Tidore (Kedato Kie).
Tidak ada komentar:
Posting Komentar