Rabu, 19 Februari 2025

8 BAHAN UNTUK PRASASTI

 2998


BAHAN untuk PRASASTI


Prasasti sejarah Indonesia sampai kepada Generasi Milenial, terbuat dari tiga jenis bahan yaitu batu, logam dan tanah liat. Sejarahnya prasasti dibuat dari empat jenis bahan yaitu :


1). Prasasti batu;  disebut juga upala. Segi pengerjaannya ada yang 'bentukan alam' atau tanpa dipangkas terlebih dahulu sesuai bentuk yang diinginkan. Biasanya prasasti ini dipahat pada batu-batu besar atau tebing sebuah bukit. 


Contoh prasasti yang diukir pada dinding gua, prasasti Ciaruteun yang diukir pada bongkahan batu besar, prasasti Tukmas pada dinding bukit tempat mengalirnya sebuah sungai. 


Prasasti bentukan manusia, yaitu prasasti yang dipangkas terlebih dulu menurut bentuk yang diinginkan sebelum ditulisi. Prasasti yang dipangkas banyak ragamnya,  seperti bulat telur, bulat panjang, persegi empat, segi empat dengan bagian atas membulat atau lengkung kurawal, segi lima, tak beraturan, atau berwujud area. 


Teks yang ditulis pada prasasti ada yang satu sisi,  dua sisi, tiga, empat bahkan seluruh permukaan prasasti batu. 


2). Prasasti logam; disebut juga tamra atau prasasti perunggu. Prasasti logam yang ditemukan kembali tidak hanya dari perunggu/tembaga melainkan dari emas dan perak. Prasasti perunggu/tembaga banyak dijumpai karena bahan tembaga dan timah/bahan campuran untuk perunggu, mudah diperoleh.


Prasasti tembaga/perunggu yang ditemukan mencapai ukuran 66 x  44 cm. Ukuran standar prasasti perunggu sekitar 40 x 17 cm dengan ketebalan sekitar 1,5 mm. 

Ukuran maksimal sekitar 25,5 x 9,5 cm tetapi ini tidak banyak dan boleh dikatakan langka, lebih sering ditemukan prasasti emas berupa lembaran tipis seperti pita. 


3). Prasasti tanah liat; atau clay tablet, yaitu prasasti yang diukir pada kepingan tanah liat yang dibakar atau dijemur oleh panas matahari. Prasasti yang berbentuk bundar seperti kepingan tablet ini berukuran ± 2,5 cm, merupakan hasil cetakan dari stempel logam yang dibubuhi tulisan terbalik.


Tulisannya pendek dan rapat, isinya berupa mantra-mantra Budhis yang dibawa oleh pemeluknya pada upacara keagamaan. 


4). Prasasti lontar;  disebut juga rupta.  Prasasti lontar hingga sekarang memang belum pernah ditemukan, tetapi wujudnya kemungkinan besar sama dengan manuskrip atau naskah-naskah kuno dari lontar yang ada saat ini.


Naskah Nagarakertagama atau Desawarnana yang digubah oleh Prapanca yang ada saat ini berupa salinan dari aslinya yang ditulis tahun 1365. Bahasanya mungkin tidak berubah/bahasa Jawa Kuna,  tetapi ditulis dalam aksara Bali/yang seharusnya aksara Jawa Kuna. Bukti bahwa dulu memang ada prasasti lontar adalah ungkapan-ungkapan yang ditemukan dalam prasasti-prasasti abad ke-12. 


Ketika itu Raja Jayabaya, raja Kediri yang memerintah tahun 1135 - 1144, mengabulkan permohonan penduduk desa Talan agar anugerah Raja Airlangga yang tertuang dalam prasasti lontar (ripta) dipindahkan isinya ke prasasti batu (upala) agar tetap langgeng dan dinikmati anak cucu mereka.


Sumber: Prasasti dan Raja-raja Nusantara.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Herdi Pulang Sendiri

*"Herdi Pulang Sendiri”* Reuni, Hilang, Doa, dan Orang-Orang Baik di Sepanjang Jalan Pulang Bab 1: Pertemuan Tiga Serangkai Pukul 15.29...