Minggu, 06 Juli 2025

Herdi Pulang Sendiri









*"Herdi Pulang Sendiri”*


Reuni, Hilang, Doa, dan Orang-Orang Baik di Sepanjang Jalan Pulang


Bab 1: Pertemuan Tiga Serangkai


Pukul 15.29 – Ruang Pertemuan Polsek Lawang.


Sunyi. Tegang. Di dalam ruangan, tiga pihak bertemu:


Keluarga  Herdi: 4 orang yang tampak lelah sekaligus khawatir.


Manajemen BeSS Resort: 3 utusan yang datang dengan map dan ekspresi diplomatis.


Polsek Lawang: Sebagai pencatat, penengah, dan pemegang kebenaran prosedural.


Di dalam juga hadir para saksi dan pengiring: Supli, Arbain, Mat Sujak, Eko Mey, Agung M.


Mereka duduk tanpa suara, hanya menunggu reaksi. Detik-detik berjalan lambat, dibayang-bayangi oleh sosok petugas reserse yang mondar-mandir: Pak Sapri, rambut belakang diikat karet, menjadi pengawas diam yang gelisah.


Bab 2: Pernyataan Tak Bertanggung Jawab


Pukul 15.59 – Utusan BeSS Resort mengabarkan “penemuan baru”:


Satpam di luar pagar utama menyatakan melihat seseorang dengan ciri Herdi keluar area resort pada malam Sabtu. 

Dengan itu, mereka menyatakan bahwa tanggung jawab atas hilangnya  Herdi bukan lagi berada pada pihak resort. 

Bahkan, mereka meminta hitam di atas putih: pernyataan bermeterai bahwa keluarga dan panitia tidak akan menuntut BeSS Resort.


Ini membuat suasana berubah. Tidak semua bisa menerima. Di luar, beberapa orang yang tak henti berdoa sejak pukul 15.23 – Andik, Tri Mulyani, Murthosiyah, Dwi Kartika, Yayuk Beb – merasakan gelombang emosi yang sulit dijelaskan.


Bab 3: Suara Nurani Menyatu


Di luar ruang pertemuan, Eko Mey, pria bersahaja tapi berwatak bregudel, menyusun konsep kesepakatan.


“Semua pihak harus bertanggung jawab sampai Herdi ditemukan,” katanya tegas.


Polisi tak bisa hanya menjadi pencatat, tapi juga abdi negara yang mengayomi masyarakat.


Dan di sinilah benih kesepakatan mulai tumbuh. 

Keluarga pun tidak dibiarkan memikul sendiri. Ini bukan hanya kehilangan pribadi—ini soal kemanusiaan dan kebersamaan.


Bab 4: BAP di Tengah Malam


Pukul 17.15 – Proses BAP dimulai. Terputus-putus oleh waktu Magrib dan Isya, tapi terus dilanjut hingga pukul 21.00 malam.


Setelahnya, semua pulang. Tiga mobil, lima belas jiwa. Semua diam dalam perjalanan, kecuali suara hati masing-masing yang terus bertanya:


"Herdi sekarang di mana?"


Prayut yang menceritakan ini bahkan linglung ketika turun di Kalidami VI.


Pukul 23.49, akhirnya sampai rumah. Tapi rasa tidak percaya masih melekat.


Bab 5: Senin Pagi: Sebuah Gambar dan Tiket Bus


7 Oktober 2024 – Senin pagi. Sebuah pesan masuk.


Gambar Herdi dan tiket bus.


Dikirim oleh Murthosiyah, dengan gaya misteriusnya yang khas.


Prayitno ingin mengecek sendiri. Menuju Gubeng Masjid IV, tersesat sebentar, masuk antara PDAM dan Stasiun, akhirnya berputar lewat pasar dan tepi sungai.


Begitu sampai... Prayitno menangis.


"Kok isok mulih dhewe…"



Bab 6: Perjalanan Ajaib  Herdi


Inilah potongan perjalanan Herdi:


1. Ditemukan Pak Samsu di dekat perkampungan dekat BestResot pukul 22.00.


Herdi terlihat linglung, jawabannya tidak sinkron.


2. Dibawa ke Polsek Lawang pukul 22.30.


Namun ditinggal petugas sebentar ke toilet,


Herdi diam, tidak diajak bicara, dan akhirnya berkata:


“Aku dijarno ae… aku metu, nang embong…”


3. Keluar dari Polsek, berjalan sendiri.

"Aku mlaku tekok polisi Nang pasar Lawang" di malam yang dingin dan mencekam.


Sementara itu teman-teman di TKP mencari ke berbagai sudut dan lorong tempat penginapan dan menyisir hingga pintu gerbang sambil dibantu Satpam.

Lainnya berdoa.

Beberapa teman yang indigo pun berusaha menerawang dan mencari lewat caranya masing-masing.


Praktis Panitia dan teman-teman tidak tidur hingga pagi.


Matanya sembab.


Sekitar pukul 9.00, Panitia bergegas Laporan ke Polsek Lawang ditemani Petugas Bess Resort.


Samsul, Supli berangkat ke Surabaya untuk memberitahu dan menjemput keluarga Herdi untuk diajak ke Lawang 


4. Ada orang baik yang membayari ongkos bus ke Pandaan.

Dari Pasar Lawang ada orang baik yang menaikkan Herdi ke Pandaan.


5. Dari Pandaan ke Bungurasih, dibantu orang baik lagi.

Di tempat ini, ada orang baik lagi memberikan tiket bus untuk menuju ke Bungurasih.


6. Dari Bungurasih ke Joyoboyo, naik bus mini bantuan seseorang.

Lagi-lagi ada orang baik yang menolongnya untuk perjalanan Bungurasih Joyoboyo.


7. Dari Joyoboyo, naik angkot Lyn V menuju Stasiun Gubeng.

Orang baik muncul lagi di pertolongan ini.


8. Menjelang pukul 06.00, keluarga menemukannya di dekat rel.

Ada tetangga yang memberitahukan keluarga bahwa Herdi ada di sekitar rel yang tidak jauh dari rumahnya yaitu dekat jalan Rel kereta api Stasiun Gubeng.


9. Pulang ke rumah—masih membawa uang sisa Rp70.000


Rp75.000 dipakai makan dan jajan


Rp5.000 beli mobil-mobilan untuk keponakan.


Herdi tidak banyak makan dan minum—karena memang sering puasa.


Itulah yang membuatnya tetap kuat dalam kondisi genting.


*Hikmah dalam Perjalanan*


Seorang teman berkata:


"Kisah kesasar Mas Herdi ini perlu dibukukan sebagai kenangan untuk teman-teman T 81. Bisa diambil hikmahnya, dan semoga tak terulang lagi.”


Mungkin, memang ada campur tangan tak terlihat.


Mungkin, ada doa yang terlalu khusyuk hingga mengguncang batas dunia nyata.


Atau mungkin, ada ruh-ruh baik yang tidak rela dikesampingkan saat doa dilantunkan.


Tapi yang pasti…


Herdi pulang. 

Sendiri. 

Dibantu oleh banyak tangan tak dikenal.


Cukup, menjadi Kenangan

Itu keajaiban.


Jokris sang Ketua Panitia, saat Minggu Pagi mendadak sakit karena kaget dan dijemput oleh Keluarga untuk dibawa ke Surabaya (opname).


Mat Sujak sebagai wakil Panitia menggantikan proses di hari Minggu (6 Oktober 2024) hingga malam hari bersama 3 mobil yang distir oleh Eko Mey, Arbain, dan Mat Sujak.


Saya ikut lega dan bersyukur bahwa kisah ini berakhir dengan haru, bukan duka.


"Reek...aku wis mulih.......!!!!!!!!!

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Herdi Pulang Sendiri

*"Herdi Pulang Sendiri”* Reuni, Hilang, Doa, dan Orang-Orang Baik di Sepanjang Jalan Pulang Bab 1: Pertemuan Tiga Serangkai Pukul 15.29...