III. STRUKTUR PRASASTI
Asal-mula praçasti itu terdapat dalam ruang-sejarah Timur Tengah. Prasasti-prasasti tertua disusun oleh Raja-raja Hittlet untuk menetapkan hak kedaulatan mereka atas daerah raja bawahan (vazal). Struktur dari praçasti tertua itu sudah memuat segala unsur dari praçasti kemudian hari sampai akhir zaman klasik, yaitu :
A. protokol awal yang menyebut nama raja;
B. alasan pemberian hak, yaitu peristiwa sejarah
C. yang menyebabkan hubungan kausal-raja;
D. isi perjanjian dengan hak-wadjib timbal-balik.
E. ketentuan untuk menjamin hak-hak yang diserahkan, daftar saksi-saksi;
F. protokol akhir dengan daftar kurnia & kutukan. (G. Mendenhall: Covenant forms in Israelite traditions, 1954; Mc Carthy: Treaty and Covenant, 1963).
Penggunaan praçasti semacam itu disebar-luaskan di seluruh Timur Tengah, sampai untuk menentukan hubungan internasional, pun pula untuk merumuskan nisbah manusia dengan Tuhan dalam agama-agama besar: Berith (Israel) Mithaq (Islam), Diatheke (Nasrani).
Dalam zaman Hellenisme, berkat akulturasi Timur-Barat bentuk itu dibawa ke daerah yang lebih luas lagi. Dengan epigrammata (praçasti Junani) raja-raja Hellenis (Seleucid, Ptolemies, dll.) menetapkan hak-feodal mereka (kle ruchia, leiturgia) dengan praçasti, contohnya Batu Rosette. Melalui praçasti Rum (tituli atau acta) gaja itu masuk ke dalam masyarakat Abad Pertengahan Eropa. Melalui kerajaan Hindia-Baktria-Yunani, gaya dan bagan praçasti Yunani masuk ke dalam kerajaan India dan Indonesia, sehingga tidak mengherankan bahwa semua prasasti itu agak seragam susunannya. Perbandingannya adalah seperti berikut :
EROPA ABAD TENGAH PRASASTI INDIA
1. menyebut Tuhan
2. gelar pemberi
3. nama orang yang menerima
4. selamat rahmat
5. mukaddimah
6. pengundangan
7. alasan pemberian
8. putusan
9. sanksi
10. pengukuhan
A. protokol awal
1. nama Dewa
2. nama pemberi
3. nama yang menerima
4. pujian
B. isi
5. titah raja
6. pengundangan
7. Sambandha
8. putusan
9. upacara
PRASASTI INDONESIA
1. nama Dewa
2. tanggal
3. nama raja yang memberi
4. nama orang yang menerima
5. titah radja, pegawai
6. sambandha
7. daftar orang saksi
8. upacara manusuk
9. sapatha panjang
10. sapatha pendek
11. tanda tangan
12. tanggal
C. protokol akhir
11. tanggal
10. astu
Dalam prasasti Indonesia tidak senantiasa dipakai urutan itu. Perumusan menjebut dewa-dewa kadang-kadang didapat pada bagian terakhir. Kerapkali terdapat suatu pengulangan sehingga nama raja dihajar sampai 2 atau 3 kali. Tetapi selain dari bebe rapa perubahan kecil, semua prasasti Indonesia dari abad ke-VII hingga abad ke-XV disusun seragam, Itulah membuktikan kesatuan dan kontinuitas tradisi hindu-Indonesia dalam negara dan dibawah pemerintah yang beraneka-warna.
1. Nama Dewa. Kata pertama dalam prasasti Indonesia menyebut nama dewa dengan suatu pujian.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar