Selasa, 13 Agustus 2024

II. KLASIFIKASI PRASASTI-PRASASTI

 II. KLASIFIKASI PRASASTI-PRASASTI 

1). prasasti asli dan prasasti turunan.

Apabila raja memberi anugerah, naskah yang memuat anugerah itu dibuat dua atau tiga. Naskah asli, biasanya prasasti batu, didirikan dekat tempat anugerah sendiri, dekat candi, umpamanya. Tembusannya berupa logam, keropak, lontar, dan lain-lain disimpan dalam kraton, yang lain dibawa oleh orang yang berkepentingan.

Kalau begitu, prasasti batu dinamakan prasasti asli, ialah authentik juridis, atau authentisch = berkewibawaan dalam bidang hukum. Yang lain dinamakan prasasti turunan atau tembusan. Turunan tadi membawa nama: surat praçasti (çasana) umpamanya. (Lihat Stutterheim tentang prasasti lontar dalam TBG 67, 1927 hal. 174). Karena itu terdapat prasasti dalam contoh lebih dari satu, umpamanya Prasasti Balitung (907) dalam tiga contoh, Tetapi adat itu tiada tahan lama. Dalam zaman Majapahit prasasti hanya disimpan pada tempat di luar kraton, dalam sebuah arsip carca, jang menjamin kelangsungan hak kabuki. apageh (Nagara: 17-11-3, 20-2-2-, 22-2-377-3-4). Waktu Mpu Prapanca singgah di pertapaan Darbaru, ia membaca prasasti yang  bagus sehingga timbullah padanya keinginan untuk mempelajarinya: "prasasti winacamangun waspada", jauh dari keraton : "rasa nikang prasasti magawe Hyung ing kawaii madoka sangkaeng pura" (Nagarakrtagama, Sarga 55 b, c. dan 73 b). Karena Prapanca itu berjabatan pujangga kraton, jelaslah bahwa di kraton sendiri tidak ada lagi prasasti, pada waktu itu.

2). Prasasti turunan sezaman dan prasasti turunan terlambat.

Selain dari tembusan biasa yang dibuat pada ketika anugerah raja ditetapkan, juga terdapat turunan dari zaman kemudian, Bila prasasti asli sudah rusak atau hilang, lalu diperbaharui dengan semestinya; pembaharuan ber catatan "tinulad". Dalam prasasti berjudul "tinulad" terdapat 2 tanggal satu dari waktu dikeluarkan untuk pertama kalinya, yang lain memuat waktu hari diperbaharuinya. Prasasti tinulad kerap kali memuat "pengimbuh", pengluasan anugerah asli. Kalau prasasti yang sudah ada dipersatukan dengan prasasti baru, penjatuhan dinamakan incorporated, sebagai umpamanya prasasti Sukabumi dengan bertanggal dua: 784 dan 921. Dalam incorporatie Sukabumi itu bahasa Sansekerta dari prasasti 784 dimasukkan dalam prasasti baru dalam bentuk terjemahan Jawa Kuno.

3). Prasasti tulen dan prasasti palsu.

Karena prasasti memberi hak yang amat diinginkan orang, kerap kali ditiru secara korupsi, Ahli prasasti harus mahir untuk membedakan prasasti tulen. Authentik kritis, dari tiruan.

Dalam prasasti palsu kerap kali terdapat beberapa ralat dalam ejaan, tanggal, nama orang, atau suatu anakhronisme. Sarjana yang menjadi perintis dalam keahlian memperbedakan prasasti yang benar dari yang palsu adalah J. Papenbroeck S.J, dalam "De distinctione veri et falsi in membranis" tahun 1675.

4). Prasasti bertanggal dan prasasti tak bertanggal

5). Prasasti dalam bahasa Sansekerta, Jawa Kuno, Melayu Kuno. Dan prasasti dalam dua bahasa. Prasasti dalam dwi-bahasa itulah, sebagaimana batu Rosette, amat penting untuk pengetahuan bahasa kuno. Praçasti? dwi-bahasa terdapat dalam berbagai kombinasi: Samskrta dan Jawa Kuno; Melayu Kuno dengan Tamil, dsb. Sampai sekarang ditemukan 10 prasasti Indonesia dengan tulisan dalam 2 bahasa: Pr. Karangtengah (824), Pr. Siwagrha (856); Pr.Wukiran Pereng (863); Keempatnya dengan bahasa Jawa Kuno dan Sanskrta; Pr. Tugu Sanur (914); dengan bahasa Bali Kuno dan Sanskrta; Pr. Pucangan Airlangga (1041) dengan bahasa Jawa dan Sansekerta Pr. Arca Lokanatha (1039) dengan bahasa Melayu Kuno dan Sanskrta; Pr. Batu Perlak (1213) dengan bahasa Melayu Kuno dan Tamil, batu Amogapaça (1286) dan Tugu Pagar Ruyung I (1356) djuga dengan bahasa Melayu Kuno dan Sanskrit,

6), Prasasti dengan berhuruf Siddham, Pallawa, Indonesia kuno.

7). Prasasti batu dan prasasti logam. Prasasti-prasasti yang ditulis atas batu dibagi dalam yupa prasasti (atau tugu pengorbanan), çilaprasasti (batu biasa), dan prasasti pada kaki atau balik arca. Waktu dikeluarkannya prasasti batu meliputi zaman antara 500-1550 A, D. Prasasti logam biasa ditulis atas lempeng perunggu (tamra prasasti), tetapi juga terdapat yang dipahat diatas perak atau emas. Prasasti logam terdapat antara 810-1541 A., D.

Note 1. Setiap prasasti mempunyai "kartu pendaftaran (état civil) dalam nama jenis prasasti di klasifikasi dengan lengkap. Umpamanya: 

Prasasti Cicacah Asli, sezaman, tulen, bertanggal Çaka 952, bahasa Jawa-Kuno, huruf kawi bulat, batu, Prasasti Sidateka-asli, sezaman, tulen tahun Çaka 1245, bahasa Jawa Kuno, huruf kawi pesagi, perunggu, 10 lempeng, Prasasti Plaosan-asli dll., tak bertanggal, huruf Pallawa, batu, dan seterusnya.

Note 2. Bukan semua tulisan adalah prasasti; ada batu tulis yang  berisikan putusan hakim/kehakiman atau paduan (jayapattra, jayasong, likhita patra), inventaris candi (dewa dewa), tanda kemenangan (jayasinha), bukti pembayaran (çuddha-pattra), Akan tetapi jumlah tulisan terbesar memuat prasasti menurut definisi di atas itu.

Note 3. Hingga sekarang ditemukan di Indonesia sebanyak 702 prasasti, diantaranya ada 292 yang bertanggal. Dibagi begini: Prasasti Di Jawa : bertanggal 210 buah, tak bertanggal 250 buah.

Prasasti Bali : bertanggal 67 buah, tak bertanggal 110 buah.

Pras. Sumatra : bertanggal 13 buah, tak bertanggal 6 buah.

Prasasti Sunda : bertanggal 1 buah, tak bertanggal 11 buah.

Pr. Madura/Lombok: bertanggal 1 buah, tak bertanggal 2 buah.

Pr. Kalimantan : bertanggal - buah, tak bertanggal 8 buah.

(Lihat C. Damais Liste des principales inscriptions datées de l'Indonésie, BEFEO XLVIII 1952 (1-108)

Note 4. "Inscriptions are of great value to the historian as a supplement to the limited literary sources. Besides giving precise facts and dates, they will throw light on strata of society, occupations, customs, and beliefs which are hardly touched by historians and other writers.. They throw light on such matters as the evolution of writing, the peculiarities of different dialects, and the everyday life of the people. Their value lies especially in their being contemporary records of detailed facts, whereas the statements of historians area rule not contemporary, and are apt to be affected by faults of memory, the opinion of the writer, and other sources of error."

(Oxford companion to classical literature, 1955 hal.163- 164).

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Lagu nasional

  Lagu nasional Tanah Airku Tanah air ku tidak kulupakan Kan terkenang selama hidupku Biarpun saya pergi jauh Tidak kan hilang dari kalbu Ta...