*'Lubang Buaya Jogja', Lokasi Penemuan Jasad Brigjen Katamso-Kolonel Sugiyono*
Jauh Hari Wawan S - detikJateng
Rabu, 28 Sep 2022 14:54 WIB
Sleman - Sebuah bangunan mirip joglo masih berdiri kokoh di dalam Kompleks Batalyon 403 yang terletak di Dusun Kentungan, Desa Condongcatur, Kecamatan Depok, Kabupaten Sleman, DIY. Di dalam bangunan itu terdapat sepetak lubang berbentuk segi empat yang menganga. Tidak terlalu dalam dan tidak terlalu besar.
Lubang itu berukuran sekitar 180 x 120 sentimeter. Dasar lubang dibiarkan tetap berupa tanah yang rata, kemudian dinding lubang telah disemen. Sementara lantai di sekitarnya berupa porselen putih.
Masuk ke joglo tempat lubang itu berada, terlihat diberi pembatas dengan rantai besi yang mengelilinginya. Terdapat pula papan di bawah lambang Garuda yang bertuliskan 'Lubang Tempat Diketemukan Kedua Pahlawan Revolusi'.
Di dalam lubang dengan kedalaman sekitar 70 sentimeter inilah lokasi penemuan jenazah petinggi Batalyon 403 itu: Komandan Komando Resort Militer 072/Pamungkas Brigadir Jenderal (anumerta) Katamso dan bawahannya, Kasrem 072/Pamungkas Kolonel Infanteri (anumerta) Sugiyono.
Saat ini monumen yang kerap disebut sebagai 'Lubang Buaya Jogja' itu sudah dijadikan sebuah museum. Diberi nama Museum Monumen Pahlawan Pancasila dan menjadi saksi bisu peristiwa berdarah tahun '65.
"Jadi peristiwanya di sini, di lubang ditemukan dua pahlawan revolusi yang dibunuh adalah Brigjen Katamso dan Kolonel Sugiyono," kata penjaga museum Malis Ari Juliyanto saat ditemui detikJateng, Rabu (28/9/2022).
Seperti tujuh Pahlawan Revolusi yang ditemukan di sumur Lubang Buaya di Jakarta, Katamso dan Sugiyono juga menjadi korban kudeta berdarah yang dikenal dengan Gerakan 30 September 1965 atau G30S. Mereka dibunuh pada 2 Oktober 1965.
Keduanya disiksa dan dihabisi di lubang itu. "Jadi kedua pahlawan dimasukkan ke dalam lubang. Jadi kepala menghadap ke barat dan timur dan kaki bertemu di tengah," ucapnya.
Untuk menghilangkan jejak, lubang ditimbun lagi dengan tanah dan ditanami ubi jalar dan pohon pisang. Sebab, posisi lubang berada persis di pinggir kawat berduri yang di sebelahnya merupakan jalan pintas yang digunakan warga.
"Untuk menghilangkan jejak pada waktu itu yang mengeksekusi ada tiga orang, karena lubang ini di pinggir kawat berduri, jadi jalannya itu lurus menghubungkan Jalan Kaliurang dan Condongcatur, waktu itu juga jalan pintas untuk warga, makanya untuk menghilangkan jejak ditanami ubi jalar dan pohon pisang," ungkapnya.
Jenazah keduanya pun baru bisa ditemukan sekitar tiga minggu setelah kejadian. Menurut Malis, warga yang melintas curiga dengan aroma busuk yang menyengat dari sekitar kawat berduri.
"Tapi kan lama-kelamaan karena kedalaman 70 sentimeter tercium bau busuk. Katanya ada warga lewat mencium bau busuk terus memberitahu anggota Suryosumpeno, Kodam, kok ada bau busuk di pinggir kawat berduri barulah ketemu di sini," ucapnya.
Diketahui, Katamso Darmokusumo dan Sugiyono yang gugur dalam tragedi '65 tersebut kemudian dinaikkan pangkatnya setingkat secara anumerta. Dua sosok perwira militer tersebut kemudian dianugerahi oleh pemerintah Indonesia sebagai Pahlawan Revolusi.
(aku/rih)
Tidak ada komentar:
Posting Komentar