Prasasti-prasasti di dekat Candi
1. Buatlah Risalah tentang Prasasti yang ditemukan dekat Candi yaitu :
Prasasti Canggal: Ditemukan di halaman Candi Gunung Wukir di Desa Canggal, prasasti ini berasal dari tahun 732 M dan menyebutkan pendirian candi pada masa pemerintahan Raja Sanjaya dari Kerajaan Mataram Kuno.
Berikut Risalah Prasasti Canggal sesuai permintaan Anda:
RISALAH PRASASTI CANGGAL
Candi Gunung Wukir – Desa Canggal, Magelang
Tahun 732 M (654 Saka)
1. Latar Penemuan
Prasasti Canggal ditemukan di halaman Candi Gunung Wukir, yang terletak di Desa Canggal, Kecamatan Salam, Kabupaten Magelang. Prasasti ini dipahatkan pada sebuah lapik batu dan merupakan salah satu sumber tertua yang menyebutkan pendirian bangunan suci di wilayah Mataram Kuno.
Penemuannya menegaskan kawasan Gunung Wukir sebagai salah satu pusat awal kekuasaan dinasti Sanjaya.
2. Bentuk dan Aksara
- Bahan: batu andesit
- Jenis prasasti: bentuk lapik (alas arca)
- Bahasa: Sanskerta
- Aksara: Pallawa
- Jumlah baris: 13 baris
Prasasti ini memiliki kualitas pahatan yang rapi, menunjukkan tingginya kemampuan para pemahat pada masa itu.
3. Isi Prasasti
Teks Prasasti Canggal bertarikh 654 Saka (tahun 732 M). Isinya menyebutkan:
- Raja Sanjaya sebagai penguasa Mataram Kuno.
- Didirikannya sebuah lingga (simbol Siwa) sebagai tanda kejayaan dan keharmonisan kerajaan.
- Penyebutan daerah Kunjarakunja, tanah suci tempat para resi, yang diduga berada di sekitar Gunung Wukir.
- Penekanan pada upaya raja menciptakan kesejahteraan dan ketenteraman bagi rakyat.
Prasasti ini menjadi bukti tertua pendirian bangunan suci Hindu di wilayah ini, menandakan kemunculan pusat pemerintahan baru setelah masa kerajaan Kalingga.
4. Nilai Sejarah
Prasasti Canggal memiliki nilai penting karena:
a. Menjadi sumber awal keberadaan Raja Sanjaya
Nama Sanjaya disebut jelas sebagai raja yang memerintah di Jawa pada abad ke-8.
b. Menunjukkan awal berdirinya Kerajaan Mataram Kuno
Prasasti ini mengindikasikan bahwa pusat pemerintahan Mataram Kuno berada di kawasan Gunung Wukir.
c. Memperlihatkan praktik keagamaan Hindu Siwa
Pendirian lingga menandai dominasi aliran Siwaisme pada awal periode Mataram.
d. Sebagai dasar rekonstruksi sejarah Dinasti Sanjaya
Bersama prasasti lain, Canggal membantu memperjelas hubungan Sanjaya dengan tokoh-tokoh Kalingga dan Walaing.
5. Kawasan Candi Gunung Wukir
Prasasti Canggal ditemukan di kompleks Candi Gunung Wukir, salah satu candi tertua di Jawa Tengah. Ciri-cirinya:
- Berbahan batu andesit dengan arsitektur sederhana.
- Diduga merupakan candi induk pertama yang dibangun oleh dinasti Sanjaya.
- Memiliki orientasi yang menghadap ke barat, mencerminkan konsep kosmologi Hindu.
Keberadaan prasasti mempertegas fungsi candi ini sebagai tempat pemujaan sekaligus simbol legitimasi kekuasaan.
6. Kesimpulan
Prasasti Canggal adalah salah satu prasasti terpenting dalam memahami asal-usul kerajaan Mataram Kuno dan pemerintahan Raja Sanjaya. Sebagai sumber tertua dari tahun 732 M, prasasti ini tidak hanya menjadi saksi sejarah pendirian bangunan suci, tetapi juga dokumen awal yang merekam jejak lahirnya pusat kekuasaan Hindu di Jawa.
2. Buatlah Risalah tentang Prasasti yang ditemukan dekat Candi yaitu :
Prasasti Kelurak: Ditemukan di Desa Kelurak, utara Kompleks Percandian Prambanan, prasasti ini bertanggal 782 M (704 Saka) dan merupakan peninggalan Kerajaan Mataram Kuno.
📜 RISALAH PRASASTI KELURAK (782 M / 704 Saka)
Peninggalan Penting Kerajaan Mataram Kuno di Utara Prambanan
1. Identitas Prasasti
- Nama: Prasasti Kelurak
- Tahun: 782 M / 704 Saka
- Lokasi Temuan: Desa Kelurak, tepat di utara Kompleks Percandian Prambanan, Daerah Istimewa Yogyakarta
- Kerajaan: Mataram Kuno (dinasti Syailendra)
- Bahan: Batu andesit
- Bahasa & Aksara: Bahasa Sanskerta, aksara Pranagari/Kawi awal
2. Latar Sejarah
Prasasti ini berasal dari masa awal kebangkitan Dinasti Syailendra yang berkuasa di Jawa bagian tengah pada abad ke-8. Pada periode ini, kerajaan sedang giat mengembangkan ajaran Mahayana dan mendirikan berbagai bangunan suci.
Letaknya yang sangat dekat dengan Prambanan menunjukkan kawasan tersebut dahulu adalah pusat kegiatan keagamaan dan politik kerajaan.
3. Isi Pokok Prasasti
Prasasti Kelurak memuat beberapa informasi penting:
-
Peresmian arca Manjusri
Prasasti ini menyebutkan pemasangan arca Manjusri, salah satu bodhisattva utama dalam ajaran Buddha Mahayana. Arca ini diyakini dahulu ditempatkan di sebuah bangunan suci yang kini tinggal sisa-sisanya. -
Disebutkan nama-nama tokoh penting Syailendra
- Raja Indra (Sri Sanggramadhananjaya) adalah raja yang memerintahkan pendirian bangunan suci tersebut.
- Penguasa Syailendra digambarkan sebagai pelindung Dharma dan pendukung ajaran Buddha Mahayana.
-
Pengaruh Buddhisme Mahayana
Prasasti ini menjadi bukti kuat bahwa Dinasti Syailendra adalah penganut Mahayana. Isi prasasti juga mengandung unsur filsafat dan pujian terhadap Bodhisattva.
4. Nilai Arkeologis
Prasasti Kelurak menjadi salah satu referensi penting dalam memahami:
- Hubungan antara Dinasti Syailendra dan pembangunan candi-candi besar, seperti Borobudur, Sewu, dan Plaosan.
- Jejak perkembangan Buddhisme Mahayana di Jawa pada abad ke-8.
- Perkembangan aksara Pranagari, yang menunjukkan pengaruh India Utara pada masa itu.
Arca Manjusri yang disebutkan dalam prasasti kini menjadi salah satu penemuan arkeologis paling berharga di kawasan Prambanan.
5. Kondisi Saat Ini
Prasasti Kelurak tersimpan dan dipelajari oleh arkeolog serta menjadi objek penting kajian epigrafi. Masyarakat setempat mengenal lokasi temuan ini sebagai bagian dari kawasan bersejarah Prambanan yang memiliki kepadatan situs kuno sangat tinggi.
6. Kesimpulan
Prasasti Kelurak adalah dokumen epigrafis yang tidak hanya mencatat pendirian arca suci, tetapi juga mengungkap struktur politik, keagamaan, dan dinamika kebudayaan Kerajaan Mataram Kuno pada masa Dinasti Syailendra. Temuannya memperkaya pemahaman tentang pusat kegiatan keagamaan di sekitar Prambanan pada abad ke-8.
3. Buatlah Risalah tentang Prasasti yang ditemukan dekat Candi yaitu :
Prasasti Kuti: Ditemukan di dekat Candi Arjuna di kawasan Dieng, prasasti bertahun 809 M ini menyebutkan Dieng sebagai pusat kegiatan keagamaan dan adanya komunitas pendukungnya.
RISALAH PRASASTI KUTI
(Ditemukan di Dekat Candi Arjuna, Dataran Tinggi Dieng – Tahun 809 M)
1. Identitas Prasasti
- Nama: Prasasti Kuti
- Lokasi Penemuan: Dekat Candi Arjuna, Kompleks Percandian Dieng, Kabupaten Banjarnegara – Wonosobo
- Tahun: 809 M (731 Saka)
- Aksara & Bahasa: Aksara Jawa Kuna – Bahasa Sanskerta/Jawa Kuna
- Material: Batu andesit khas kawasan dataran tinggi Dieng
2. Konteks Penemuan
Prasasti Kuti ditemukan di lingkungan Kompleks Candi Arjuna, salah satu gugusan candi tertua di Nusantara yang berasal dari masa Mataram Kuno. Kawasan ini sejak abad ke-8 dikenal sebagai pusat ritual Hindu-Siwa, dikelilingi kabut tebal dan dataran tinggi yang dianggap suci sejak masa kuno.
Nama “Kuti” merujuk pada lokasi atau komunitas keagamaan yang hidup di sekitar candi-candi Dieng.
3. Isi Pokok Prasasti
Prasasti Kuti memuat sejumlah informasi penting tentang kehidupan keagamaan dan masyarakat di Dieng pada awal abad ke-9:
- Dieng disebut sebagai kawasan suci dan pusat keagamaan bagi pemujaan Dewa Siwa.
- Tercatat keberadaan komunitas para resi, brahmana, dan penjaga candi, yang dalam prasasti disebut sebagai kuti—komunitas religius atau tempat tinggal para pendeta.
- Ada penyebutan tentang dukungan masyarakat lokal, baik berupa hasil bumi, tenaga, maupun pemeliharaan bangunan suci.
- Prasasti menegaskan bahwa kawasan Dieng bukan hanya pusat upacara, tetapi juga tempat pembelajaran dan pemujaan bagi para pertapa dan pemuka agama.
4. Nilai Historis
Prasasti Kuti sangat penting bagi kajian sejarah Jawa kuna karena:
- Menegaskan Dataran Tinggi Dieng sebagai salah satu pusat peradaban Hindu tertua di Indonesia.
- Memberikan bukti tertulis tentang struktur komunitas keagamaan yang tinggal dan hidup di sekitar kompleks suci.
- Menggambarkan keterlibatan masyarakat dalam menjalankan aktivitas ritual, menunjukkan adanya hubungan dekat antara masyarakat desa dengan pusat spiritual.
- Menjadi salah satu bukti tertua yang mendukung eksistensi kompleks Candi Arjuna sebagai pusat kegiatan pemujaan abad ke-8–9.
5. Makna Kebudayaan
Dari prasasti ini, dapat dipahami bahwa Dieng pada abad ke-9 bukan hanya wilayah terpencil, tetapi sebuah kawasan spiritual besar yang menjadi tujuan para pertapa dan pendeta. Tradisi kesucian Dieng—yang kini masih tercermin dalam budaya lokal seperti Ruwatan Anak Gimbal—memiliki akar panjang sejak era Mataram Kuno.
6. Penutup
Prasasti Kuti merupakan salah satu bukti penting bahwa Dataran Tinggi Dieng memegang peranan utama dalam perkembangan awal Hindu-Siwa di Nusantara. Melalui tulisan singkatnya, prasasti ini menjaga ingatan kita tentang komunitas religius, pusat pemujaan, dan dinamika sosial di kawasan suci yang kini menjadi salah satu situs bersejarah paling istimewa di Indonesia.
4. Buatlah Risalah tentang Prasasti yang ditemukan dekat Candi yaitu :
Prasasti Anjuk Ladang: Ditemukan di Candi Lor, prasasti ini dikeluarkan pada 937 M (859 Saka) dan disebut juga Jayastamba atau tugu kemenangan, yang menghubungkan adanya peperangan antara pasukan Sindok dan Sriwijaya.
📜 RISALAH PRASASTI ANJUK LADANG (937 M / 859 Saka)
Jayastamba – Tugu Kemenangan di Candi Lor, Nganjuk
1. Identitas Prasasti
- Nama: Prasasti Anjuk Ladang
- Nama Lain: Jayastamba (Tugu Kemenangan)
- Tahun: 937 M / 859 Saka
- Lokasi Penemuan: Kawasan Candi Lor, Nganjuk, Jawa Timur
- Kerajaan: Medang (masa Mpu Sindok)
- Bahasa: Sanskerta dan Jawa Kuna
- Aksara: Aksara Jawa Kuna (Kawi)
2. Latar Historis
Prasasti Anjuk Ladang dikeluarkan pada masa Sri Maharaja Mpu Sindok, penguasa Kerajaan Medang yang memindahkan pusat kerajaan dari Jawa Tengah ke Jawa Timur sekitar abad ke-10.
Pemindahan pusat pemerintahan ini diduga kuat terjadi akibat:
- tekanan politik dari Kerajaan Sriwijaya,
- kondisi keamanan yang tidak stabil,
- atau bencana alam di Jawa Tengah.
Prasasti ini menjadi salah satu bukti hubungan konflik antara pasukan Sindok dan Sriwijaya pada masa itu.
3. Isi Pokok Prasasti
Beberapa poin penting dari isi prasasti:
-
Pendirian Jayastamba (Tugu Kemenangan)
Prasasti menyebutkan bahwa di tempat yang disebut Anjuk Ladang, didirikan tugu kemenangan untuk memperingati keberhasilan pasukan Medang mempertahankan wilayah dari serangan musuh. -
Peperangan dengan Sriwijaya
Banyak ahli menafsirkan bahwa “musuh besar dari barat” yang disebut dalam prasasti adalah pasukan Kerajaan Sriwijaya, yang saat itu sedang memperluas pengaruhnya di Jawa. -
Pemberian Anugerah & Status Desa
Desa Anjuk Ladang dianugerahi status sebagai desa perdikan—desa bebas pajak—sebagai penghargaan atas bantuan dan kesetiaan penduduknya dalam peperangan.
4. Nilai Arkeologis dan Budaya
- Prasasti ini menjadi bukti penting konflik militer antara Kerajaan Medang dan Sriwijaya pada abad ke-10.
- Candi Lor, tempat ditemukannya prasasti, diyakini sebagai lokasi berdirinya Jayastamba kuno dan menjadi simbol kemenangan pasukan Sindok.
- Menjelaskan proses migrasi kekuasaan Medang dari Jawa Tengah ke Jawa Timur, yang menjadi titik balik sejarah Jawa.
- Menjadi inspirasi penetapan Hari Jadi Kabupaten Nganjuk, karena prasasti menyebutkan istilah Anjuk Ladang yang dianggap sebagai nama awal daerah tersebut.
5. Kondisi Saat Ini
Prasasti Anjuk Ladang tersimpan dan ditampilkan sebagai warisan sejarah di Kabupaten Nganjuk. Sementara Candi Lor menjadi situs penting yang terus dikembangkan sebagai tujuan wisata sejarah dan religi.
6. Kesimpulan
Prasasti Anjuk Ladang adalah dokumen epigrafis bernilai tinggi yang mencatat peristiwa militer besar antara pasukan Medang di bawah Mpu Sindok melawan kekuatan Sriwijaya. Melalui pendirian Jayastamba, prasasti ini mengabadikan kemenangan, loyalitas rakyat, dan perubahan besar dalam dinamika politik Jawa pada abad ke-10.
5. Buatlah Risalah tentang Prasasti yang ditemukan dekat Candi yaitu :
Prasasti Siwagrha: Ditemukan di kawasan Prambanan, prasasti ini bertanggal 778 Saka atau 856 M dan menceritakan tentang pembangunan candi Siwagrha yang dimulai pada masa pemerintahan Rakai Pikatan.
📜 RISALAH PRASASTI SIWAGRHA
Prambanan – 778 Saka / 856 M
1. Identitas Prasasti
- Nama: Prasasti Siwagrha (kadang disebut Prasasti Prambanan)
- Lokasi Penemuan: Kawasan Candi Prambanan, Yogyakarta
- Tahun: 778 Saka / 856 M
- Bahasa & Aksara: Bahasa Jawa Kuna, aksara Pranagari
- Penerbit Prasasti: Pada masa pemerintahan Rakai Pikatan (Wangsa Sanjaya)
2. Isi dan Makna Historis
Prasasti Siwagrha merupakan salah satu prasasti terpenting dalam sejarah Mataram Kuno karena:
a. Menyebut Pembangunan Candi Siwagrha
Dalam prasasti ini dikisahkan pembangunan sebuah bangunan suci besar yang disebut Siwagrha, yakni “Rumah Siwa”.
Nama ini merujuk langsung pada Candi Siwa, bangunan utama dari kompleks Prambanan.
b. Pembangunan Dimulai pada Masa Rakai Pikatan
Prasasti menegaskan bahwa proyek pembangunan candi dimulai pada masa Raja Rakai Pikatan, tokoh penting yang membawa stabilitas di Mataram setelah konflik internal dengan Wangsa Sailendra.
c. Transformasi Tata Ruang Kerajaan
Tertulis pula mengenai perubahan aliran sungai di sekitar kompleks candi demi melancarkan pembangunan—suatu bukti kecanggihan teknik hidrologi dan perencanaan kota kerajaan.
d. Latar Politik & Keagamaan
Prasasti merekam kemenangan Rakai Pikatan atas Balaputradewa, sekaligus menandai kembali menguatnya tradisi Siwaistik.
Pembangunan Candi Siwa adalah simbol kebesaran politik, spiritual, dan prestise dinasti Sanjaya.
3. Deskripsi Fisik
- Ditulis di atas lempengan batu andesit.
- Memiliki beberapa bagian teks panjang (lebih dari 30 baris).
- Gaya ukiran menunjukkan standar resmi prasasti kerajaan.
4. Signifikansi Arkeologis
Prasasti Siwagrha menjadi kunci utama untuk memahami:
- Kronologi pembangunan Prambanan
- Struktur pemerintahan Mataram Kuno
- Kebangkitan kembali Hindu Siwa di Jawa Tengah abad ke-9
- Jaringan kekuasaan Rakai Pikatan dan Pramodhawardhani
Tanpa prasasti ini, sejarah awal Prambanan dan dinamika politik abad ke-9 tidak akan terbaca sejelas sekarang.
5. Kesimpulan
Prasasti Siwagrha bukan hanya penanda pembangunan candi megah, tetapi juga dokumen politik, keagamaan, dan peradaban yang mencerminkan kejayaan Mataram Kuno di bawah Rakai Pikatan.
Ia berdiri sebagai saksi utama lahirnya kompleks Prambanan—salah satu mahakarya arsitektur Hindu terbesar di Nusantara.
6. Buatlah Risalah tentang Prasasti Dinoyo
Prasasti Dinoyo tahun 760 M menjelaskan Raja Gajayana dari Kerajaan Kanjuruhan mendirikan candi untuk Resi Agastya di tempat yang diyakini sebagai Candi Badut. Nama "Badut" sendiri kemungkinan berasal dari penamaan "Liswa" (nama kecil Raja Gajayana yang berarti "penghibur" atau "suka melucu" dalam bahasa Sansekerta) atau dari kata bha-duyut yang berarti "sorot bintang Canopus".
Berikut Risalah tentang Prasasti Dinoyo (760 M) dalam gaya klasik–sejarah, siap digunakan untuk ilustrasi risalah Anda selanjutnya:
RISALAH PRASASTI DINOYO (760 M)
Kerajaan Kanjuruhan – Raja Gajayana – Candi untuk Resi Agastya
1. Latar Sejarah
Prasasti Dinoyo, bertarikh 682 Saka (760 M), adalah salah satu sumber tertua yang menyebut keberadaan Kerajaan Kanjuruhan di kawasan Malang. Prasasti ini ditulis dalam aksara dan bahasa Sanskerta, memuat pemujaan terhadap Resi Agastya serta penjelasan mengenai pembangunan sebuah bangunan suci.
2. Raja Gajayana dan Pembangunan Candi
Dalam prasasti ini disebutkan bahwa Raja Gajayana, penguasa Kanjuruhan, membangun sebuah candi untuk memuliakan Resi Agastya, seorang resi agung dalam tradisi Hindu.
Bangunan suci yang dimaksud diyakini oleh para ahli purbakala sebagai Candi Badut, candi tertua di wilayah Malang.
3. Asal-usul Nama “Badut”
Nama “Badut” memiliki dua penafsiran filologis dan astronomis yang sama-sama menarik:
a. Dari kata “Liswa”
- Prasasti Dinoyo menyebut bahwa nama kecil Raja Gajayana adalah Liswa.
- Dalam bahasa Sanskerta, Liswa berarti “penghibur”, “yang menyenangkan”, atau “yang suka melucu”.
- Nama Liswa kemudian dipercaya mengalami perubahan pelafalan secara lokal hingga menjadi “Badut”.
b. Dari istilah bha-duyut
- Bha-duyut adalah istilah yang dikaitkan dengan sorot bintang Canopus, salah satu bintang paling terang di langit selatan.
- Dalam tradisi kuno Nusantara, penamaan tempat dan bangunan suci kadang dikaitkan dengan fenomena astronomis.
- Nama Candi Badut bisa jadi berasal dari asosiasi sakral terhadap cahaya Canopus.
4. Nilai Penting Prasasti Dinoyo
- Menjadi bukti historis eksistensi Kerajaan Kanjuruhan, kerajaan Hindu tua di Malang.
- Mengungkap tradisi pemujaan terhadap Agastya, tokoh sentral dalam keagamaan Hindu di Jawa.
- Menjadi dasar penetapan Candi Badut sebagai candi tertua di Malang, sekaligus jejak awal arsitektur Hindu Jawa Timur.
5. Warisan Budaya
Prasasti Dinoyo dan Candi Badut menunjukkan hubungan antara
raja–resi–kosmologi, sebuah pola khas kerajaan-kerajaan awal di Jawa.
Warisan ini kini menjadi pijakan penting bagi studi sejarah dan arkeologi Jawa Timur.






Tidak ada komentar:
Posting Komentar