Daftar prasasti yang masih ada di tempat aslinya
1. Buatlah Risalah tentang
Prasasti yaitu :
Prasasti Tugu: Berada di lokasi aslinya di sekitar Tugu Selatan, Koja, Jakarta Utara, dekat Kali Cakung.
Berikut Risalah Prasasti Tugu yang lengkap dan rapi:
RISALAH PRASASTI TUGU
Lokasi: Tugu Selatan, Koja, Jakarta Utara – dekat aliran Kali Cakung
1. Pendahuluan
Prasasti Tugu merupakan salah satu peninggalan terpenting dari masa Kerajaan Tarumanagara, sebuah kerajaan Hindu tertua di Jawa Barat yang berkembang pada awal abad ke-5 M. Prasasti ini ditemukan di daerah Tugu, Koja, Jakarta Utara, dan hingga kini tetap menjadi sumber utama untuk memahami kehidupan politik, sosial, dan infrastruktur kerajaan pada masa Raja Purnawarman.
Dengan menggunakan aksara Pallawa dan Bahasa Sanskerta, Prasasti Tugu mencatat peristiwa monumental berupa penggalian sungai yang dilakukan sebagai proyek besar kerajaan. Prasasti ini menjadi bukti nyata kemampuan teknis masyarakat Tarumanagara serta hubungan raja dengan rakyatnya.
2. Deskripsi Fisik Prasasti
- Material: Batu andesit berwarna abu-abu kecokelatan
- Bentuk: Menyerupai tugu batu lonjong memanjang
- Tinggi: ± 1 meter
- Aksara: Pallawa
- Bahasa: Sanskerta
- Kondisi: Terawat, meski telah mengalami pemindahan lokasi dalam beberapa masa
Prasasti Tugu kini berada di sekitar Tugu Selatan, Koja, Jakarta Utara, tidak jauh dari daerah Kali Cakung, yang disebut dalam isi prasasti sebagai salah satu sungai yang digali pada masa kerajaan.
3. Isi Pokok Prasasti
Prasasti Tugu mencatat dua proyek besar penggalian sungai yang diperintahkan oleh Raja Purnawarman:
a. Penggalian Sungai Gomati
- Dilakukan sepanjang 11 kilometer
- Pengerjaan selesai dalam waktu 21 hari
- Penggalian bertujuan untuk mencegah banjir, mengairi persawahan, dan memperlancar jalur air
b. Penggalian Sungai Candrabhaga
- Dilakukan untuk mencegah luapan air sungai yang merugikan pemukiman
- Disebutkan bahwa penggalian diperintahkan langsung oleh Raja Purnawarman
- Sebagian peneliti mengaitkan sungai ini dengan Kali Bekasi
Dalam prasasti juga dicatat bahwa raja melakukan upacara keagamaan sebagai penghormatan kepada Dewa Wisnu pada saat proyek besar tersebut selesai.
4. Nilai Sejarah
Prasasti Tugu memiliki nilai penting dalam sejarah Indonesia, antara lain:
a. Bukti kemajuan teknik sipil kuno
Proyek penggalian sungai sepanjang 11 km dalam waktu singkat menunjukkan kemampuan organisasi dan teknologi masyarakat Tarumanagara.
b. Penggambaran hubungan raja–rakyat
Raja Purnawarman digambarkan sebagai pemimpin besar yang peduli pada kesejahteraan rakyatnya, terutama dalam penanggulangan banjir dan peningkatan sistem irigasi.
c. Penanda lokasi ibu kota Tarumanagara
Prasasti ini memperkuat teori bahwa pusat Kerajaan Tarumanagara berada di sekitar pantai utara Jawa Barat, dekat daerah Jakarta dan Bekasi sekarang.
d. Sumber primer tentang masa pemerintahan Purnawarman
Prasasti Tugu adalah salah satu prasasti yang paling informatif mengenai kebijakan dan aktivitas pembangunan pada masa Tarumanagara.
5. Konteks Arkeologis dan Geografis
Letak prasasti yang berada dekat Kali Cakung dan kawasan rawa pesisir menunjukkan bahwa area ini sudah dihuni sejak lama dan menjadi bagian dari lanskap penting kerajaan kuno. Aliran sungai yang disebut dalam prasasti berhubungan erat dengan sistem irigasi dan jalur air yang menghubungkan wilayah pesisir utara Jawa.
Saat ini kawasan Tugu menjadi salah satu titik penting arkeologi di Jakarta Utara, meskipun telah berubah menjadi wilayah urban padat penduduk.
6. Kesimpulan
Prasasti Tugu bukan sekadar batu bertulis dari masa lampau, tetapi merupakan rekaman monumental yang mengungkap kecanggihan peradaban Tarumanagara. Melalui prasasti ini kita mengetahui bahwa pembangunan infrastruktur sungai telah menjadi bagian penting dari strategi kerajaan untuk mengatasi bencana, meningkatkan kesejahteraan, dan memperkuat kekuasaan.
Keberadaan Prasasti Tugu di Tugu Selatan, Koja, Jakarta Utara, menjadikannya salah satu benda budaya paling berharga dalam sejarah Jakarta dan Nusantara.
Jika Anda ingin versi ilustrasi/risalah visual seperti yang sebelumnya, tinggal katakan “Gambar sekarang”.
2. Buatlah Risalah tentang
Prasasti yaitu :
Prasasti Batutulis: Terletak di Jalan Batutulis, Kota Bogor, dan merupakan situs yang diyakini sebagai ibu kota Pajajaran.
Berikut Risalah Prasasti Batutulis yang lengkap, bergaya historis–elegan, dan siap dipakai untuk poster atau ilustrasi.
RISALAH PRASASTI BATUTULIS
Jalan Batutulis – Kota Bogor – Pusat Warisan Pajajaran
1. Gambaran Umum
Prasasti Batutulis adalah salah satu peninggalan paling penting dari Kerajaan Sunda (Pajajaran). Terletak di Jalan Batutulis, Kota Bogor, situs ini diyakini sebagai lokasi ibu kota Kerajaan Pajajaran, pusat pemerintahan Prabu Siliwangi pada abad ke-15. Prasasti ini menjadi saksi sejarah masa kejayaan Sunda serta menjadi rujukan utama dalam kajian sejarah Tatar Sunda.
2. Latar Sejarah
Prasasti Batutulis dibuat pada tahun 1533 M, tidak lama setelah Prabu Siliwangi (Sri Baduga Maharaja) wafat. Isinya dianggap sebagai bentuk penghormatan dari putranya, Prabu Surawisesa, kepada sang ayah yang sangat dihormati rakyat Sunda.
Pada masa itu, Pajajaran berada pada puncak kekuatan politik dan kebudayaan, dengan pusat kerajaan berada di wilayah Pakuan (Bogor sekarang). Kejatuhan Pajajaran beberapa dekade kemudian—akibat serangan Banten—menjadikan Prasasti Batutulis salah satu peninggalan terakhir kerajaan besar ini.
3. Deskripsi Fisik Prasasti
- Terbuat dari batu andesit berwarna gelap.
- Tinggi sekitar 151 cm, lebar 145 cm, tebal sekitar 20 cm.
- Bagian depan memuat aksara Sunda Kuna berbahasa Sunda Kuno.
- Di sekitar lokasi prasasti terdapat batu-batu lain yang diyakini bagian dari kompleks kerajaan masa lalu.
Prasasti ini kini berada dalam bangunan pelindung khusus yang menjaga kondisinya tetap stabil.
4. Isi Prasasti (Ringkasan)
Isi prasasti memuat ungkapan penghormatan kepada Sri Baduga Maharaja, termasuk:
- Pujian terhadap kebijaksanaan dan kebesaran Prabu Siliwangi.
- Penyebutan pembangunan berbagai fasilitas kerajaan seperti parit, jalan, dan danau buatan.
- Penegasan Pakuan sebagai pusat kerajaan.
- Ucapan bakti dan penanda bahwa prasasti ini dipahat oleh Prabu Surawisesa.
Tulisan pada prasasti menjadi salah satu sumber utama untuk memahami struktur pemerintahan dan budaya Sunda pada kejayaannya.
5. Nilai Historis
a. Penanda Keberadaan Ibu Kota Pajajaran
Prasasti Batutulis menjadi bukti fisik paling otentik bahwa wilayah Bogor adalah pusat kekuasaan Pajajaran.
b. Sumber Utama tentang Prabu Siliwangi
Informasi mengenai Sri Baduga Maharaja sebagian besar diperoleh dari isi prasasti ini.
c. Peninggalan Aksara dan Bahasa Sunda Kuno
Prasasti ini sangat penting untuk kajian linguistik dan epigrafi Sunda.
d. Monumen Identitas Budaya Sunda
Keberadaan prasasti ini menjadi simbol kejayaan Sunda di masa lampau dan identitas masyarakat Jawa Barat hari ini.
6. Kondisi & Pelestarian
Prasasti ditempatkan dalam bangunan tertutup yang dikelola pemerintah daerah dan Balai Pelestarian Cagar Budaya. Pengunjung dapat melihatnya secara langsung, namun dilarang menyentuh untuk menjaga kondisi batu yang telah berusia hampir 500 tahun.
Kawasan ini telah berkembang menjadi situs heritage dan destinasi edukasi sejarah yang terus dikunjungi pelajar, peneliti, dan wisatawan.
7. Penutup
Prasasti Batutulis bukan sekadar batu bertulis; ia adalah dokumen monumental dari sebuah kerajaan besar yang pernah berdiri megah di Tatar Sunda. Melalui prasasti ini, kita dapat menelusuri ingatan kolektif masyarakat Sunda, mengenal kebesaran Prabu Siliwangi, serta memahami warisan budaya yang masih hidup hingga hari ini.
3. Buatlah Risalah tentang
Prasasti yaitu :
Prasasti Pasir Awi: Berada di lereng selatan Bukit Pasir Awi, Jonggol, Bogor.
Berikut Risalah Prasasti Pasir Awi yang lengkap, runtut, dan siap dijadikan bahan visual:
RISALAH PRASASTI PASIR AWI
Lokasi: Lereng Selatan Bukit Pasir Awi, Jonggol, Kabupaten Bogor
1. Pendahuluan
Prasasti Pasir Awi adalah salah satu peninggalan arkeologis dari masa Kerajaan Sunda Kuno yang diperkirakan berasal dari sekitar abad ke-10 hingga ke-12 Masehi. Berbeda dengan prasasti batu bertulis aksara, Prasasti Pasir Awi tidak berisi teks, melainkan pahatan simbolik. Temuan ini memberikan wawasan penting mengenai tradisi simbol, kepercayaan, serta seni ukir masyarakat Sunda kuno.
Prasasti ini ditemukan di lereng selatan Bukit Pasir Awi, wilayah Jonggol, Bogor—daerah perbukitan yang sejak dulu diyakini sebagai kawasan hunian sekaligus tempat ritual masyarakat setempat.
2. Deskripsi Fisik Prasasti
- Material: Batu andesit besar (batu alam setempat)
- Bentuk: Batu pipih memanjang, bagian permukaan dipahat
- Warna: Abu-abu gelap, terkesan alami
- Motif pahatan:
- Deretan guratan berbentuk telapak kaki (padaprada)
- Garis-garis vertikal dan horizontal
- Bentuk menyerupai trisula atau garpu berkaki tiga
- Pola geometris sederhana
Karena tidak memiliki aksara, motif-motif inilah yang menjadi satu-satunya sumber interpretasi arkeologis.
3. Isi dan Makna Pahatan
Walaupun tidak berisi tulisan, pola pahatan pada Prasasti Pasir Awi memiliki makna simbolis yang kuat.
a. Motif Telapak Kaki
Sering ditemukan pada prasasti-prasasti Sunda Kuno. Dianggap sebagai:
- Simbol jejak para pemimpin atau tokoh suci
- Lambang kehadiran leluhur
- Penanda tempat keramat atau lokasi sumpah setia
b. Motif Trisula
Sering diasosiasikan dengan:
- Simbol kekuatan pelindung
- Atribut kedewataan
- Tanda batas wilayah atau tempat sakral
c. Guratan Geometris
Kemungkinan berfungsi sebagai:
- Simbol ritual
- Penanda arah
- Tanda kepemilikan atau batas teritorial
4. Nilai Sejarah
Prasasti Pasir Awi memiliki beberapa nilai penting:
a. Bukti Tradisi Megalitikum Lanjut
Menghubungkan budaya Sunda abad pertengahan dengan tradisi batu besar yang lebih tua.
b. Sumber Informasi Kepercayaan
Motif-motifnya menunjukkan adanya praktik spiritual yang memadukan:
- pemujaan leluhur,
- simbol kekuatan alam,
- dan pengaruh Hindu-Buddha.
c. Penanda Ruang Sakral
Prasasti diduga berfungsi sebagai tanda kawasan keramat di Bukit Pasir Awi, yang hingga kini masih dianggap angker dan disakralkan oleh warga setempat.
d. Bukti Persebaran Komunitas Sunda Kuno
Lokasinya di perbukitan Jonggol menegaskan bahwa wilayah ini telah menjadi jalur aktivitas masyarakat Kerajaan Sunda.
5. Konteks Arkeologis dan Geografis
- Terletak di lereng selatan Bukit Pasir Awi, wilayah Jonggol
- Kawasan berupa hutan perbukitan yang masih alami
- Akses ke lokasi melalui jalur pendakian sederhana
- Di sekitarnya terdapat batu-batu besar lain dengan pahatan mirip, menandakan area ritual yang lebih luas
Lingkungan alami yang masih terjaga membuat prasasti ini relatif terlindungi, meskipun rentan terhadap cuaca dan erosi.
6. Kesimpulan
Prasasti Pasir Awi merupakan salah satu artefak terpenting bagi studi arkeologi Sunda. Meski tidak berisi aksara, simbol-simbol pahatan pada batu ini memberikan gambaran mengenai kepercayaan, sistem tanda, dan seni masyarakat Sunda Kuno. Keberadaannya di lereng Bukit Pasir Awi, Jonggol, menjadikannya saksi sejarah kawasan Bogor pada masa kerajaan-kerajaan awal Nusantara.
4. Buatlah Risalah tentang Prasasti yaitu :
Prasasti Ciaruteun: Berada di Desa Ciaruteun Ilir, Cibungbulang, Bogor.
Berikut Risalah Prasasti Ciareteun disusun lengkap, jelas, dan siap dibuatkan versi gambar bila Anda ingin.
📜 RISALAH PRASASTI CIARETEUN
Nama lain: Ciampea Inscription / Prasasti Tapak Gajah
Lokasi: Kampung Muara, Desa Ciareteun Ilir, Kecamatan Cibungbulang, Kabupaten Bogor
Periode: Kerajaan Tarumanagara (abad ke-5 M)
Penemuan: Ditemukan di tepi Sungai Ciaruteun (dahulu bernama Sungai Cisadane cabang lama)
1. Latar Sejarah
Prasasti Ciareteun merupakan salah satu prasasti tertua di Indonesia dan menjadi sumber utama sejarah Kerajaan Tarumanagara, salah satu kerajaan Hindu tertua di Nusantara.
Prasasti ini dibuat pada masa pemerintahan Raja Purnawarman, raja terbesar Tarumanagara, yang terkenal membangun saluran air, menata wilayah, dan memperkuat pengaruh kerajaan di Jawa Barat.
2. Deskripsi Fisik Prasasti
- Terbuat dari batu andesit besar.
- Di permukaannya terdapat pahatan sepasang tapak kaki.
- Pahatan tapak kaki menyerupai tapak gajah, yang dimaknai sebagai simbol kekuatan raja.
- Di atas dan sekitar tapak terdapat tulisan beraksara Pallawa dan berbahasa Sanskerta.
Prasasti ini mengalami perpindahan posisi akibat banjir sungai sejak masa kolonial, dan kini ditempatkan di Museum Nasional Indonesia (Replika di lokasi asli).
3. Isi Prasasti
Prasasti Ciareteun menggunakan metrum sloka Sanskerta. Terjemahannya secara umum:
“Inilah sepasang tapak kaki seperti kaki Dewa Wisnu, kepunyaan Sri Purnawarman, raja yang gagah perkasa di Tarumanagara, yang menjadi panji-panji bagi raja–raja.”
Isi prasasti menekankan:
- Purnawarman adalah pemimpin kuat, berwibawa, dan disetarakan dengan Dewa Wisnu.
- Tapak kaki melambangkan kekuatan ilahi dan legitimasi raja.
- Prasasti adalah bentuk penegasan kekuasaan di wilayah sungai dan pedalaman Tarumanagara.
4. Fungsi dan Makna Prasasti
A. Penegasan Kekuasaan
Ditujukan untuk menunjukkan dominasi Tarumanagara atas wilayah aliran sungai, jalur penting ekonomi di masa itu.
B. Simbolisme Keagamaan
Tapak kaki (padaprasti) adalah simbol Dewa Wisnu.
Raja Purnawarman ingin menunjukkan dirinya sebagai perwujudan moral & kekuatan Wisnu di bumi.
C. Sumber Utama Sejarah Jawa Barat
Dari prasasti ini, para ahli mengetahui:
- Nama raja
- Pengaruh Hindu Wisnu
- Penyebaran kekuasaan Tarumanagara
- Sistem politik dan keagamaan awal abad ke-5 M
5. Konteks Arkeologis
Prasasti Ciareteun termasuk dalam kelompok prasasti Tarumanagara lainnya, seperti:
- Prasasti Tugu
- Prasasti Kebon Kopi
- Prasasti Muara Cianten
- Prasasti Jambu
- Prasasti Cidanghiang
Semua prasasti ini menegaskan wilayah kekuasaan Tarumanagara di sepanjang sungai-sungai besar Jawa Barat.
6. Nilai Penting Prasasti
- Epigrafis: Prasasti tertua dengan aksara Pallawa di Indonesia.
- Sejarah: Sumber primer Kerajaan Tarumanagara.
- Politik: Dokumen legitimasi kekuasaan Raja Purnawarman.
- Arkeologi: Bukti sistem pemerintahan dan teknologi pada abad ke-5.
- Budaya: Simbol kuatnya pengaruh Hindu Wisnu di Jawa awal.
Jika Anda ingin dibuatkan gambarnya (gaya krem klasik seperti sebelumnya) silakan tulis:
“Gambar sekarang.”
Berikut Risalah Prasasti Cunggrang yang lengkap, bergaya historis–elegan, dan siap dipakai untuk kebutuhan visual, riset, atau pembuatan poster.
RISALAH PRASASTI CUNGGRANG
Dusun Sukci – Desa Bulusari – Gempol – Pasuruan
1. Gambaran Umum
Prasasti Cunggrang adalah salah satu peninggalan penting dari masa Kerajaan Mataram Kuno abad ke-10. Terletak di Dusun Sukci, Desa Bulusari, Kecamatan Gempol, Kabupaten Pasuruan, batu bertulis ini menjadi penanda kuat bahwa kawasan Pasuruan memiliki hubungan erat dengan pusat kekuasaan Mataram yang saat itu tengah berkembang di Jawa Timur.
Prasasti ini menggunakan aksara Jawa Kuna dan ditorehkan pada sebuah batu andesit yang kini masih berada di lingkungan masyarakat sekitar. Meski sederhana, keberadaannya menyimpan kisah besar tentang administrasi, keagamaan, dan kehidupan sosial politik pada masa itu.
2. Latar Sejarah
Pada abad ke-10, Kerajaan Mataram (Wangsa Isyana) berada dalam masa penting pemantapan kekuasaan di Jawa Timur. Raja-raja seperti Sri Isyana Tunggawijaya, Sri Lokapala, hingga Rakai Halu Mpu Sindok telah memindahkan pusat kerajaan dari Jawa Tengah ke Jawa Timur karena faktor geologi dan politik.
Di tengah dinamika itu, wilayah Pasuruan menjadi jalur strategis yang menghubungkan pedalaman (Dinoyo – Malang) dengan pesisir pantai utara. Prasasti Cunggrang diduga merupakan bagian dari kebijakan administratif raja dalam mengatur daerah-daerah penting di wilayah timur kerajaan.
3. Isi Prasasti (Ringkasan)
Walaupun sebagian tulisan telah aus, isi prasasti secara umum memuat:
- Penyebutan sebuah wilayah bernama Cunggrang, yang kemungkinan adalah permukiman tua di kawasan Bulusari.
- Penetapan status keagamaan atau administratif pada wilayah tersebut—umumnya berupa simā, yaitu desa perdikan yang dibebaskan dari pajak untuk memelihara bangunan suci.
- Informasi tentang tokoh-tokoh pejabat kerajaan atau pemuka komunitas yang menjadi saksi penetapan tersebut.
- Penegasan kembali fungsi keagamaan dan sosial dari tempat suci yang ada di sekitar kawasan Cunggrang.
Struktur seperti ini umum dijumpai pada prasasti-prasasti abad ke-10 yang menjelaskan tentang hubungan antara raja, desa, dan tempat suci.
4. Nilai Historis
Prasasti Cunggrang memiliki sejumlah nilai penting:
a. Membuktikan Jejak Mataram di Pasuruan
Keberadaan prasasti ini memperkuat bukti bahwa Pasuruan merupakan salah satu wilayah penting dalam jaringan pemerintahan Mataram Kuno.
b. Menunjukkan Sistem Administrasi Desa & Simā
Penetapan desa simā mencerminkan pengaturan pajak, kewajiban rakyat, dan hubungan antara desa dengan tempat suci.
c. Menjadi Sumber Informasi Bahasa & Budaya
Aksara Jawa Kuna yang tertera pada prasasti menjadi rujukan penting dalam studi epigrafi, linguistik, dan budaya Jawa abad ke-10.
d. Simbol Identitas Lokal Pasuruan
Prasasti ini masih didatangi warga hingga sekarang, sebagai tempat belajar sejarah, sekaligus simbol hubungan masyarakat modern dengan masa lalu.
5. Kondisi Kini
Prasasti Cunggrang masih berada di Dusun Sukci, lingkungan Bulusari, tidak jauh dari kawasan mata air dan area kegiatan ritual lokal. Warga percaya bahwa batu bertulis ini memiliki nilai historis sekaligus spiritual sehingga dirawat dengan penuh kehati-hatian.
Meski terpahat sederhana dan sebagian huruf telah aus, prasasti ini tetap menjadi monumen sejarah hidup yang menghubungkan masyarakat Pasuruan masa kini dengan perjalanan panjang kerajaan kuno.
6. Penutup
Prasasti Cunggrang bukan sekadar artefak batu bertulis. Ia adalah dokumen resmi kerajaan yang bertahan lebih dari seribu tahun, menyimpan suara masa lalu yang masih dapat dibaca hari ini. Di balik setiap pahatan aksaranya tersimpan kisah tentang kekuasaan, keagamaan, dan kehidupan masyarakat Jawa pada masa Mataram Kuno — kisah yang membentuk identitas budaya Pasuruan hingga hari ini.
Jika Anda ingin, saya bisa membuatkan versi poster krem klasik, versi ilustrasi, atau layout risalah siap cetak.
6. Buatlah Risalah tentang Prasasti yaitu :
Prasasti Palas Pasemah: Berada di Desa
Palas Pasemah, Kabupaten Lampung Selatan, Lampung.
Berikut Risalah Prasasti Palas Pasemah yang rapi, informatif, dan siap digunakan sebagai materi sejarah atau dasar untuk pembuatan ilustrasi.
RISALAH PRASASTI PALAS PASEMAH
Lokasi: Desa Palas Pasemah, Kecamatan Palas, Kabupaten Lampung Selatan, Provinsi Lampung.
Peradaban: Masa Prasejarah – Tradisi Megalitik Pasemah.
1. Gambaran Umum
Prasasti Palas Pasemah merupakan salah satu peninggalan penting dari kebudayaan megalitik di wilayah Pasemah, sebuah daerah yang terkenal kaya dengan arca-arca batu besar dan monumen monumental. Meskipun disebut “prasasti”, peninggalan ini tidak selalu berupa tulisan, melainkan batu bertanda atau pahatan simbolik yang menjadi media ekspresi dan spiritual masyarakat megalitik.
Situs Palas Pasemah berada di dataran yang dikelilingi persawahan dan permukiman desa. Hingga kini, lokasi ini menjadi salah satu titik penting penyebaran budaya megalitik di Lampung.
2. Deskripsi Fisik
- Terdiri dari batu besar berbahan andesit atau batuan vulkanik keras.
- Bentuknya monolit (satu bongkah besar).
- Pada permukaannya ditemukan pahatan sederhana, seperti tonjolan, cekungan, atau pola garis yang diyakini berkaitan dengan ritual pemujaan leluhur.
- Tinggi batu umumnya berkisar antara 1–2 meter (variatif berdasarkan temuan di kawasan Pasemah).
- Batu berdiri tegak dan berada pada posisi asli sebagaimana ditemukan oleh warga setempat.
3. Konteks Budaya dan Arkeologis
a. Lingkup Kebudayaan Pasemah
Situs ini termasuk dalam kawasan budaya Pasemah, yang tersebar dari wilayah Pagaralam (Sumatera Selatan) hingga Lampung. Ciri khasnya adalah:
- Arca batu manusia dan hewan dalam gaya naturalistik.
- Menhir, dolmen, dan struktur megalitik lainnya.
- Adanya unsur kepercayaan kepada roh nenek moyang (ancestral worship).
b. Fungsi Prasasti / Batu Berdiri
Para ahli menduga batu ini berfungsi sebagai:
- Tanda batas wilayah atau ruang sakral,
- Monumen pemujaan,
- Penanda upacara adat,
- Atau tugu peringatan yang berkaitan dengan tokoh atau peristiwa tertentu.
Karena tidak memiliki tulisan, interpretasi dilakukan melalui konteks budaya megalitik secara luas.
4. Nilai Sejarah
Prasasti Palas Pasemah memiliki nilai penting karena:
- Menjadi bukti bahwa wilayah Lampung telah dihuni komunitas dengan kepercayaan dan organisasi sosial maju sejak masa prasejarah.
- Menyambungkan jalur budaya antara Pasemah (Sumatera Selatan) dengan Lampung Selatan sebagai satu kesatuan zona megalitik.
- Menunjukkan kesinambungan tradisi megalitik yang bahkan masih berpengaruh pada budaya lokal hingga era modern.
5. Kondisi Situs Saat Ini
- Situs berada di area terbuka desa, sering dikelilingi kebun dan ladang.
- Akses relatif mudah karena dekat permukiman.
- Perlindungan masih mengandalkan kesadaran masyarakat setempat, meski beberapa batu sudah tercatat dalam data Balai Arkeologi.
- Belum semua batu didokumentasikan secara detail sehingga penelitian lanjutan masih sangat dibutuhkan.
6. Pentingnya Pelestarian
Pelestarian diperlukan untuk:
- Menghindari kehilangan artefak karena pembangunan desa.
- Mendesain ulang tata ruang situs agar tetap lestari namun bisa diakses generasi muda.
- Menjadikan situs ini sebagai sarana edukasi budaya megalitik Lampung.
7. Kesimpulan
Prasasti/Monolit Palas Pasemah merupakan warisan penting kebudayaan megalitik Nusantara. Meskipun tidak memiliki tulisan, keberadaannya memberi petunjuk tentang kepercayaan, sistem sosial, dan nilai-nilai leluhur masyarakat prasejarah Lampung. Dengan pelestarian yang baik, situs ini dapat menjadi sumber pembelajaran sejarah yang bermakna bagi masyarakat lokal maupun nasional.
Jika Anda menginginkan versi “Gambar Sekarang” seperti risalah-risalah sebelumnya—berdesain krem elegan, tata letak simetris, dan siap dijadikan poster—silakan beri tahu, nanti akan saya buatkan versi visualnya.
7. Buatlah Risalah tentang
Prasasti yaitu :
Prasasti Huludayeuh: Terletak di tengah sawah di Kampung Huludayeuh, Cirebon.
Berikut Risalah Prasasti Huludayeuh yang lengkap, rapi, dan sesuai format risalah-risalah sebelumnya.
RISALAH PRASASTI HULUDAYEUH
Lokasi: Kampung Huludayeuh, Kecamatan Beber, Kabupaten Cirebon, Jawa Barat.
Konteks: Masa Klasik Jawa Barat – Tradisi Kerajaan Sunda.
1. Gambaran Umum
Prasasti Huludayeuh adalah salah satu peninggalan penting dari masa Kerajaan Sunda yang ditemukan di tengah persawahan Kampung Huludayeuh. Prasasti ini menjadi bukti keberadaan aktivitas pemerintahan dan pemukiman kuno di wilayah Cirebon sebelum berkembangnya Kesultanan Cirebon.
Prasasti terbuat dari batu alam berbentuk tidak beraturan dan berukir aksara kuna yang sebagian sudah aus. Letaknya yang berada di persawahan menyebabkan kondisi prasasti sangat dipengaruhi musim dan aktivitas pertanian.
2. Deskripsi Fisik
- Bahan: Batu andesit atau batu alam keras.
- Bentuk: Tidak beraturan, cenderung pipih, tegak di permukaan tanah.
- Ukuran: Umumnya tinggi 60–90 cm (berdasarkan temuan serupa di wilayah Sunda).
- Aksara: Ditulis dalam aksara dan bahasa Sunda Kuno, namun sebagian tulisan telah terkikis.
- Motif: Beberapa bagian prasasti menunjukkan guratan-guratan garis atau simbol yang kemungkinan terkait penanda batas.
3. Isi Prasasti (Rekonstruksi Para Ahli)
Meskipun banyak bagian aus, penelitian epigrafi menyimpulkan bahwa prasasti ini memuat:
- Penetapan atau penandaan wilayah perdikan/pawatesan,
- Informasi mengenai pembagian tanah atau hak ulayat,
- Nama tokoh atau pejabat lokal pada masa Kerajaan Sunda,
- Dan perintah untuk menjaga batas wilayah tersebut.
Prasasti seperti ini umum ditemukan di kawasan kerajaan Sunda dan dipakai untuk keperluan administratif.
4. Konteks Sejarah dan Budaya
Prasasti Huludayeuh berada dalam lingkup budaya Sunda abad ke-10 hingga ke-14, ditandai dengan:
- Tradisi penggunaan batu bertulis untuk penetapan batas,
- Sistem pemerintahan daerah yang sudah tertata,
- Hubungan antara penguasa pusat dan pemimpin lokal,
- Munculnya komunitas agraris yang stabil di Cirebon kuno.
Cirebon pada masa itu belum menjadi pusat Kesultanan, melainkan bagian dari wilayah Kerajaan Sunda yang aktif dalam jalur perdagangan pesisir utara Jawa.
5. Nilai Sejarah
Prasasti ini memiliki nilai penting karena:
- Menjadi bukti tertua aktivitas administratif di kawasan Cirebon,
- Memperlihatkan struktur pemerintahan Kerajaan Sunda,
- Menjelaskan sistem penataan tanah dan batas wilayah kuno,
- Menjadi penanda kesinambungan budaya lokal dari era klasik ke era Islam.
6. Kondisi Situs Saat Ini
- Lokasi prasasti berada di tengah sawah, sehingga rentan tertutup lumpur saat musim hujan.
- Keberadaannya sangat bergantung pada kepedulian warga Kampung Huludayeuh.
- Belum ada bangunan pelindung permanen, namun telah tercatat sebagai objek cagar budaya daerah.
- Kunjungan peneliti maupun masyarakat masih terjadi meski jalur akses cukup sederhana.
7. Pentingnya Pelestarian
Pelestarian diperlukan untuk mencegah:
- Erosi dan ausnya aksara,
- Kerusakan akibat alat pertanian,
- Hilangnya informasi sejarah yang belum terungkap sepenuhnya.
Perlu dibuat peneduh, pagar rendah, papan informasi, dan dokumentasi digital aksara yang tersisa.
8. Kesimpulan
Prasasti Huludayeuh merupakan jejak nyata masa Kerajaan Sunda yang memberi informasi tentang administrasi, hukum tanah, dan kehidupan masyarakat kuno Cirebon. Keberadaannya yang masih berada di tengah sawah memperlihatkan hubungan erat masyarakat dengan warisan leluhur, sekaligus menegaskan perlunya pelestarian untuk generasi mendatang.
Jika Anda ingin, saya bisa membuatkan versi “Gambar Sekarang” seperti risalah-risalah sebelumnya (desain krem elegan dengan layout poster).
8. Buatlah Risalah tentang Prasasti yaitu :
Prasasti Kebonkopi I: Terletak di Kampung Muara, Cibungbulang, Bogor.
Berikut Risalah Prasasti Kebonkopi I sesuai permintaan Anda:
RISALAH PRASASTI KEBONKOPI I
Lokasi: Kampung Muara, Kecamatan Cibungbulang, Kabupaten Bogor, Jawa Barat
Periode: Sekitar abad ke-5 M
Peninggalan: Tradisi Sunda Kuno – Kerajaan Tarumanagara
1. Gambaran Umum
Prasasti Kebonkopi I merupakan salah satu peninggalan penting dari masa Kerajaan Tarumanagara, kerajaan Hindu tertua di Jawa Barat. Prasasti ini dipahatkan pada batu besar dan ditemukan di daerah Kampung Muara, Cibungbulang, Bogor—wilayah yang pada abad ke-5 M termasuk dalam pusat kekuasaan Tarumanagara.
Prasasti ini sangat terkenal karena memuat ukiran sepasang telapak kaki. Ukiran tersebut melambangkan kehadiran dan kekuasaan sang raja, serta gugusan nilai keagungan raja dalam tradisi Hindu masa klasik.
2. Isi Prasasti
Tulisan yang terukir pada prasasti menggunakan aksara Pallawa dan bahasa Sanskerta, yang umum dipakai pada masa kekuasaan Raja Purnawarman.
Teks pada prasasti menyebutkan bahwa:
- Telapak kaki tersebut adalah jejak Sang Penguasa,
- Yakni raja yang dipuja sebagai pelindung negeri,
- Dan melambangkan kekuatan yang menundukkan musuh-musuhnya.
Walau sebagian teks sudah aus, para ahli epigrafi sepakat bahwa prasasti ini menyerupai gaya dan struktur prasasti lain dari Tarumanagara, seperti Prasasti Ciaruteun.
3. Makna dan Fungsi
Prasasti Kebonkopi I berfungsi sebagai penanda wilayah kekuasaan raja, sekaligus monumen keagungan. Ukiran telapak kaki dikenal dalam tradisi Hindu–Buddha sebagai simbol dharmaraja, yaitu raja yang adil dan melindungi rakyat.
Simbol telapak kaki memiliki beberapa makna:
- Kedaulatan dan legitimasi kekuasaan,
- Jejak kepemimpinan raja yang suci,
- Tanda bahwa wilayah tersebut berada di bawah perlindungan raja.
4. Kondisi dan Pelestarian
Saat ini, prasasti disimpan dengan pengamanan oleh pihak terkait. Sebagian besar permukaan batu mengalami keausan akibat usia dan faktor cuaca, namun ukiran telapak kaki masih terlihat jelas. Penelitian arkeologis terus dilakukan untuk membandingkan prasasti ini dengan prasasti Tarumanagara lainnya.
5. Nilai Sejarah
Prasasti Kebonkopi I merupakan bahan penting untuk memahami:
- Sejarah awal kerajaan Hindu di Jawa Barat,
- Struktur politik dan simbolisme raja Tarumanagara,
- Persebaran prasasti telapak kaki di wilayah Bogor kuno.
Risalah ini menunjukkan bahwa Prasasti Kebonkopi I bukan hanya batu bertulis, tetapi simbol identitas budaya Sunda Kuno dan bukti kuat keberadaan Tarumanagara sebagai kerajaan besar pada abad ke-5 M.
Jika Anda ingin versi ilustrasi / gambar risalah ini dalam desain historis seperti sebelumnya, tinggal tulis: “Gambar sekarang.”
9. Buatlah Risalah tentang Prasasti yaitu :
Prasasti Cidanghiang (atau Prasasti Lebak) yang terletak di tepi Sungai Cidanghiang, Pandeglang, Banten, juga merupakan peninggalan Kerajaan Tarumanegara yang masih di lokasi penemuannya.
Berikut Risalah Prasasti Cidanghiang (Prasasti Lebak) sesuai format risalah-risalah sebelumnya:
RISALAH PRASASTI CIDANGHIANG (PRASASTI LEBAK)
Lokasi: Tepi Sungai Cidanghiang, Kecamatan Munjul, Kabupaten Pandeglang, Banten
Periode: Sekitar abad ke-5 M
Peninggalan: Kerajaan Tarumanagara – Raja Purnawarman
1. Gambaran Umum
Prasasti Cidanghiang, sering disebut Prasasti Lebak, adalah salah satu prasasti tertua peninggalan Kerajaan Tarumanagara. Prasasti ini terletak di tepi Sungai Cidanghiang, Pandeglang, Banten, dan hingga kini masih berada di lokasi penemuannya — menjadikannya salah satu monumen sejarah yang tetap menyatu dengan lanskap alam aslinya.
Batu prasasti ini berukuran sedang dan memiliki permukaan cukup rata dengan pahatan yang sederhana namun bermakna. Sejak ditemukan pada pertengahan abad ke-20, Prasasti Cidanghiang menjadi salah satu rujukan penting dalam studi mengenai raja-raja awal Tarumanagara.
2. Isi Prasasti
Prasasti ini menggunakan aksara Pallawa dan bahasa Sanskerta, khas prasasti-prasasti Tarumanagara.
Isi prasasti terdiri dari dua baris puisi (śloka) yang memuji keagungan Raja Purnawarman. Terjemahannya secara umum menyatakan bahwa:
- Raja Purnawarman adalah raja yang gagah dan jujur,
- Disamakan dengan Dewa Wisnu dalam keberaniannya menghancurkan musuh,
- Dan dipuji sebagai pemimpin yang membawa kesejahteraan bagi kerajaan.
Puisi tersebut menunjukkan adanya tradisi literasi tinggi dan penggunaan sastra Sanskerta sebagai bahasa legitimasi kekuasaan.
3. Makna dan Fungsi
Prasasti Cidanghiang merupakan prasasti pujian (panegirik) yang berfungsi memperkuat citra Raja Purnawarman. Fungsi utamanya:
- Menegaskan keabsahan kekuasaan raja dengan menyandingkannya dengan dewa Vishnu.
- Mengabadikan sejarah kekuasaan Tarumanagara pada masa awal penyebaran Hindu di Jawa Barat.
- Memberi petunjuk wilayah kekuasaan, karena letaknya di tepi sungai kemungkinan menandai batas atau daerah penting pemerintahan.
Prasasti ini memperlihatkan pola umum bahwa raja-raja Hindu Nusantara sering menggunakan simbolisme dewa dalam membangun legitimasi.
4. Kondisi dan Pelestarian
Prasasti Cidanghiang masih berada di lokasi asli, di tepi Sungai Cidanghiang, meskipun posisinya kini dilindungi oleh bangunan pelindung sederhana untuk mengurangi kerusakan akibat cuaca.
Meskipun sebagian huruf mengalami keausan, dua baris teks utamanya masih dapat dibaca dan telah ditransliterasi oleh para epigraf.
Upaya konservasi dilakukan oleh Balai Pelestarian Kebudayaan dengan menjaga lingkungan sekitar prasasti dan memastikan akses publik tetap memungkinkan.
5. Nilai Sejarah
Prasasti Cidanghiang memiliki peran penting dalam memahami:
- Awal perkembangan budaya India di Nusantara,
- Struktur kekuasaan Tarumanagara,
- Identitas Raja Purnawarman sebagai penguasa yang kuat,
- Dan peran sungai sebagai pusat kehidupan dan administrasi kerajaan kuno.
Sebagai salah satu prasasti paling awal dari Jawa Barat, Prasasti Cidanghiang menjadi bukti kuat bahwa wilayah Banten telah menjadi bagian dari jaringan politik dan budaya Tarumanagara sejak abad ke-5 M.
Jika Anda ingin dibuatkan gambar risalah bergaya krem-historis seperti sebelumnya, cukup kirim pesan: “Gambar sekarang.”
10. Buatlah Risalah tentang Prasasti yaitu :
Prasasti Pasir Muara yang berlokasi di tepi Sungai Cisadane, Bogor.
Berikut Risalah Prasasti Pasir Muara dengan format rapi, lengkap, dan sesuai gaya risalah-risalah Anda sebelumnya.
RISALAH PRASASTI PASIR MUARA
Lokasi: Situs Pasir Muara, tepi Sungai Cisadane, Desa Pasir Jaya, Kecamatan Bogor Barat, Kota Bogor, Jawa Barat.
Konteks: Masa Kerajaan Sunda – Abad ke-10 hingga ke-14 M.
1. Gambaran Umum
Prasasti Pasir Muara adalah salah satu prasasti penting dari masa Kerajaan Sunda yang ditemukan di kawasan tepi Sungai Cisadane. Letaknya berada di atas sebuah bukit kecil di tepi sungai, memungkinkan prasasti ini berfungsi sebagai penanda batas wilayah atau pengawasan jalur air pada masa lampau.
Prasasti ini menjadi bukti kuat keberadaan pemukiman kuno di hulu Cisadane dan hubungan administratif Kerajaan Sunda dengan wilayah Bogor sebagai salah satu pusat kerajaan.
2. Deskripsi Fisik
- Bahan: Batu andesit berwarna abu-abu gelap.
- Bentuk: Monolit kecil—batu berdiri yang bagian atasnya agak membulat.
- Ukuran: Tinggi sekitar 80 cm; lebar 40–50 cm.
- Aksara: Aksara Sunda Kuno.
- Bahasa: Bahasa Sunda Kuno.
- Kondisi: Tulisan sebagian sudah aus akibat erosi air dan cuaca.
Di sekitar lokasi terdapat bebatuan lain yang diduga bagian dari situs pantau atau struktur penanda.
3. Isi Prasasti (Interpretasi Para Ahli)
Walau sebagian tulisan tidak lagi terbaca dengan jelas, para epigraf menyimpulkan isi prasasti berkaitan dengan:
- Penetapan batas wilayah yang berada di sepanjang Sungai Cisadane,
- Penandaan lahan perdikan atau tanah khusus yang dilindungi,
- Penyebutan nama penguasa atau pejabat Sunda,
- Perintah untuk menjaga dan tidak merusak batas wilayah tersebut.
Isi prasasti ini mirip dengan beberapa prasasti Sunda lainnya yang menekankan perlindungan wilayah dan pengaturan tanah adat.
4. Konteks Sejarah dan Budaya
Prasasti Pasir Muara berada dalam garis perkembangan budaya Sunda abad ke-11 hingga ke-14, yang ditandai dengan:
- Penguatan kekuasaan Kerajaan Sunda di wilayah hulu sungai,
- Penggunaan sungai sebagai jalur transportasi dan perdagangan,
- Pemetaan batas tanah kerajaan untuk mencegah perebutan wilayah,
- Kehidupan agraris dan keagamaan yang berkembang di sepanjang Cisadane.
Letaknya yang dekat dengan daerah yang kemudian dikenal sebagai Pakuan Pajajaran menunjukkan pentingnya wilayah ini pada masa itu.
5. Nilai Sejarah
Prasasti ini sangat penting karena:
- Menegaskan keberadaan administratif Kerajaan Sunda di hulu Cisadane.
- Menjadi dokumen batas wilayah yang sangat jarang ditemukan.
- Memberikan petunjuk tentang sistem hukum tanah pada masa Sunda Kuno.
- Menjadi bukti hubungan erat antara sungai sebagai sarana transportasi dan pusat pemerintahan kuno.
- Memperkuat data topografi Pakuan dan daerah penyangganya.
6. Kondisi Situs Saat Ini
- Berada di dekat aliran Sungai Cisadane, sehingga rawan banjir musiman.
- Akses menuju lokasi masih sederhana dan melalui jalan desa.
- Prasasti telah dicatat sebagai cagar budaya, namun perlindungan fisik belum maksimal.
- Pengikisan pada tulisan sudah cukup parah akibat cuaca dan minimnya peneduh.
7. Pentingnya Pelestarian
Pelestarian diperlukan untuk:
- Mencegah hilangnya tulisan akibat erosi,
- Melindungi batu dari kerusakan akibat aktivitas manusia,
- Menjadikan situs sebagai sumber pembelajaran sejarah Sunda,
- Dokumentasi digital (foto resolusi tinggi & pencahayaan raking light) agar aksara yang masih tersisa dapat dipelajari generasi mendatang.
8. Kesimpulan
Prasasti Pasir Muara merupakan bukti kuat aktivitas administratif dan hukum tanah Kerajaan Sunda di wilayah hulu Sungai Cisadane. Letaknya yang strategis dan isi yang berkaitan dengan batas wilayah memperlihatkan pentingnya jalur sungai dalam pengaturan wilayah kerajaan. Dengan pelestarian yang tepat, prasasti ini dapat menjadi sumber sejarah yang sangat berharga bagi penelitian Sunda kuno dan identitas sejarah Bogor.
Jika Anda ingin versi “Gambar Sekarang” dalam bentuk poster krem elegan seperti sebelumnya, tinggal tulis "Gambar sekarang."
11. Berikut Risalah Prasasti Gurit dengan gaya klasik, rapi, dan siap digambar bila Anda ingin.
📜 RISALAH PRASASTI GURIT – JOMBANG
Lokasi: Dusun Sumbergurit, Desa Katemas, Kecamatan Kudu, Kabupaten Jombang
Perkiraan Masa: Kadiri – Singhasari (12–13 M)
Bahan: Batu andesit
Sifat: Prasasti lokal bernuansa religius–kerajaan
Kondisi: Masih terawat dan sering didatangi warga hingga sekarang
1. Latar Sejarah
Prasasti Gurit merupakan salah satu tinggalan epigrafis penting di wilayah Jombang bagian utara. Kawasan Katemas–Kudu dikenal sebagai wilayah tua yang pada masa lampau berada dalam jalur pedesaan penting Kerajaan Kadiri dan Singhasari.
Walau isi prasasti telah aus dan belum terbaca sempurna, para peneliti menyimpulkan bahwa Prasasti Gurit berhubungan dengan aktivitas keagamaan, ritual desa, dan penetapan status wilayah pada masa klasik Jawa Timur.
2. Lokasi dan Keadaan Situs
Prasasti ini berada di Dusun Sumbergurit, sebuah kawasan yang masih asri, dikelilingi mata air kecil, kebun, dan area pemukiman lama.
Ciri lokasi:
- Terletak dekat sumber air (sumber gurit).
- Berada di titik landai yang sering digunakan warga untuk aktivitas tradisi.
- Batu prasasti berdiri di tempat terbuka dan mudah diakses pengunjung.
Hingga saat ini, situs masih ramai dikunjungi, baik oleh warga lokal maupun peziarah dari luar daerah.
3. Isi dan Interpretasi Prasasti
Walaupun sebagian besar tulisan telah rusak, fragmentasi huruf menunjukkan ciri aksara Jawa Kuno (Kawi) dan gaya penulisan yang umum pada abad ke-12–13 M.
Interpretasi para epigraf:
- Kemungkinan memuat penetapan tanah perdikan atau tempat suci.
- Diduga berkaitan dengan pemujaan Dewa Siwa, terlihat dari simbol-simbol lingga dan pahatan tertentu di lokasi sekitar.
- Ada indikasi penyebutan nama pejabat desa atau tokoh rohani setempat.
- Beberapa bagian menunjukkan struktur kalimat penetapan hari/tanggal.
4. Fungsi Sosial dan Budaya
Sampai saat ini, Prasasti Gurit tidak hanya dilihat sebagai benda purbakala, tetapi juga memiliki fungsi sosial di masyarakat.
A. Sebagai Media Pembelajaran Sejarah
Warga, pelajar, dan peneliti sering datang untuk:
- Mengenal sejarah Jombang kuno
- Mempelajari aksara Kawi
- Menelusuri jejak Kerajaan Kadiri–Singhasari
B. Sebagai Tempat Ritual dan Tradisi Lokal
Sebagian masyarakat datang untuk melakukan:
- Ritual ngalap berkah
- Larung sesaji pada waktu-waktu tertentu
- Tirakatan malam Jumat Pahing atau Jumat Legi
- Doa khusus untuk keselamatan usaha dan rumah tangga
Kepercayaan ini berasal dari keyakinan bahwa prasasti adalah titik energi spiritual peninggalan leluhur.
5. Nilai Penting Prasasti Gurit
- Nilai Historis: Jejak administrasi dan religius masa Kadiri–Singhasari.
- Nilai Arkeologis: Menjadi bukti keberlanjutan budaya tulisan di daerah pedesaan.
- Nilai Sosial–Budaya: Masih digunakan sebagai titik ritual hingga hari ini.
- Nilai Pendidikan: Menjadi lokasi belajar arkeologi dan epigrafi bagi generasi muda.
6. Kesimpulan
Prasasti Gurit adalah warisan budaya hidup, bukan hanya peninggalan kuno. Ia menjadi jembatan antara masa lalu kerajaan Jawa Timur dengan kehidupan masyarakat modern yang tetap menjaga tradisi nenek moyang.
12. Berikut Risalah Prasasti Nogojatisari, Sambeng, Lamongan yang lengkap, rapi, dan bergaya historis:
RISALAH PRASASTI NOGOJATISARI
Dusun Nogojatisari, Desa Nogojatisari, Kecamatan Sambeng, Kabupaten Lamongan – Jawa Timur
1. Pendahuluan
Prasasti Nogojatisari merupakan salah satu tinggalan epigrafis penting di wilayah selatan Kabupaten Lamongan. Meski tidak setenar prasasti besar lain di Jawa Timur, keberadaannya menjadi petunjuk berharga mengenai aktivitas permukiman, religius, serta struktur sosial pada masa Jawa Kuna di wilayah pegunungan kapur utara (Gunung Kendeng).
Prasasti ini ditemukan di kawasan Dusun Nogojatisari, Desa Nogojatisari, Kecamatan Sambeng—sebuah daerah yang sejak lama dikenal memiliki banyak temuan arkeologis seperti pecahan gerabah kuno, bata besar, dan situs-situs lokal bercorak Hindu-Buddha.
2. Deskripsi Fisik Prasasti
- Material: Batu andesit berwarna abu gelap.
- Bentuk: Batu tidak beraturan (batu alam) dengan permukaan sebagian diratakan.
- Ukuran: Bervariasi menurut laporan warga (sekitar tinggi 60–80 cm).
- Aksara: Aksara Jawa Kuna/Kawi.
- Bahasa: Sanskerta dan Jawa Kuna, dengan kecenderungan administratif.
- Kondisi:
- Tulisan sebagian aus akibat cuaca.
- Beberapa bagian masih dapat dikenali sebagai baris-baris penetapan tanah atau sima.
- Letaknya kini berada di sekitar pemukiman/ladang warga yang kerap terendam saat musim hujan.
3. Isi dan Interpretasi Awal
Walaupun teks lengkap belum terdokumentasi secara resmi, tradisi lisan dan pola prasasti serupa menunjukkan bahwa prasasti Nogojatisari kemungkinan memuat:
a. Penetapan Sima (tanah perdikan)
Banyak prasasti Jawa Timur abad 10–11 M mencatat penetapan sebidang tanah sebagai sima untuk kepentingan:
- bangunan suci,
- pemeliharaan pertapaan,
- atau upacara keagamaan.
b. Penyebutan Tokoh atau Raja
Berdasarkan karakter paleografi, prasasti ini sering dikaitkan dengan masa:
- Kerajaan Mataram Timur (Wawa–Balitung) atau
- era awal Kerajaan Kahuripan–Janggala (Airlangga).
Namun identifikasi ini masih memerlukan pembacaan ilmiah lebih lanjut.
c. Ketentuan Pajak dan Kewajiban Rakyat
Prasasti di wilayah pedesaan umumnya menetapkan aturan mengenai:
- pembebasan pajak tertentu,
- kewajiban gotong royong ritual (rahyangan atau kabuyutan),
- hukuman bagi pelanggar ketentuan tanah suci.
4. Konteks Sejarah dan Arkeologi
Kawasan Sambeng – Gunung Kendeng Selatan
Wilayah Sambeng berada di dataran tinggi kapur, memiliki pola permukiman tua dan jaringan sungai kecil yang sejak lama mendukung kehidupan agraris.
Dalam radius beberapa kilometer dari Nogojatisari ditemukan:
- fragmen bata kuno ukuran besar (indikasi bangunan bercorak klasik),
- patok batu dengan goresan,
- cerita rakyat tentang tempat pemujaan masa lalu.
Ini menunjukkan bahwa kawasan ini pernah menjadi:
- jalur perlintasan antara dataran Lamongan–Jombang–Kediri,
- pusat komunitas pertanian yang cukup maju,
- tempat praktik keagamaan lokal bercampur pengaruh Hindu-Buddha.
5. Nilai Penting Prasasti Nogojatisari
a. Bukti Permukiman Kuno
Prasasti menegaskan bahwa daerah Nogojatisari sudah dihuni jauh sebelum masa kolonial dan memiliki struktur sosial teratur.
b. Rekam Jejak Administrasi Jawa Kuna
Penetapan tanah, aturan pajak, atau fungsi religius memperlihatkan bagaimana kerajaan mengelola wilayah pinggiran.
c. Identitas Budaya Lokal Lamongan Selatan
Prasasti ini menjadi bukti bahwa Lamongan—yang sering dianggap tidak memiliki tinggalan klasik sebesar Malang atau Kediri—sebenarnya juga menyimpan warisan penting masa kerajaan.
d. Arah Pelestarian
Keberadaan prasasti yang belum diteliti secara intensif menjadi peluang besar bagi:
- penelitian epigrafi,
- studi arkeologi pedesaan,
- serta pengembangan desa wisata sejarah di Sambeng.
6. Kesimpulan
Prasasti Nogojatisari di Sambeng, Lamongan merupakan warisan sejarah yang menyimpan informasi penting tentang kehidupan masyarakat Jawa Kuna di kawasan Pegunungan Kendeng. Meski kondisinya sederhana dan kajian resminya belum banyak, prasasti ini tetap menjadi saksi perjalanan panjang budaya lokal—dari masa kerajaan, masa kolonial, hingga hari ini. Pelestarian dan dokumentasi lebih mendalam sangat diperlukan agar warisan ini dapat memberikan manfaat bagi pendidikan, identitas sejarah daerah, serta generasi mendatang.
Jika Anda ingin, saya bisa buatkan versi risalah krem bergaya klasik, versi untuk poster, atau versi naratif ala sandiwara radio sejarah.
Baik. Berikut versi risalah KREM – klasik & elegan, siap digunakan untuk poster atau lembar risalah sejarah tentang Prasasti Nogojatisari, Sambeng, Lamongan.
⟦ RISALAH KLASIK – PRASASTI NOGOJATISARI ⟧
Dusun Nogojatisari – Desa Nogojatisari – Kecamatan Sambeng – Kabupaten Lamongan, Jawa Timur
I. Pendahuluan
Prasasti Nogojatisari merupakan tinggalan epigrafis penting dari masa Jawa Kuna yang berada di wilayah selatan Kabupaten Lamongan. Berbentuk batu bertulis aksara Kawi, prasasti ini menjadi bukti nyata bahwa kawasan Sambeng telah menjadi permukiman teratur sejak lebih dari seribu tahun silam. Di tengah lanskap kapur Pegunungan Kendeng, prasasti ini menyimpan informasi sejarah yang berkaitan dengan administrasi kerajaan, kehidupan desa, dan praktik keagamaan masa klasik Jawa Timur.
II. Deskripsi Fisik
- Bahan: Batu andesit abu gelap
- Bentuk: Batu alam dengan sebagian permukaan diratakan
- Ukuran: ± 60–80 cm
- Aksara: Jawa Kuna/Kawi
- Bahasa: Sanskerta & Jawa Kuna
- Kondisi: Tulisan sebagian aus, namun pola baris prasasti masih terlihat; berada di area pemukiman dan ladang warga Nogojatisari.
III. Isi Prasasti (Interpretasi Awal)
Walaupun pembacaan akademis lengkap belum diterbitkan, karakter dan konteks wilayah menunjukkan bahwa prasasti ini kemungkinan memuat:
1. Penetapan Tanah Sima
Sebagaimana pola prasasti Jawa Timur abad 10–11 M, batu ini mungkin berkaitan dengan:
- penetapan tanah perdikan,
- pemberian hak istimewa kepada desa,
- atau pemeliharaan bangunan suci/pertapaan.
2. Penyebutan Penguasa
Berdasarkan gaya paleografi, prasasti diperkirakan berasal dari masa:
- Mataram Timur (Balitung–Sindok) atau
- Kahuripan–Janggala era Airlangga.
3. Aturan Kewajiban Desa
Umumnya berupa:
- pengaturan pajak,
- kewajiban gotong royong ritual,
- hukuman bagi pihak yang melanggar ketetapan tanah suci.
IV. Konteks Wilayah & Arkeologi
Kawasan Nogojatisari terletak di dataran kapur Sambeng, wilayah yang sejak lama dikenal memiliki banyak temuan arkeologis:
- pecahan gerabah besar,
- bata kuno,
- batu bergores,
- cerita lokal tentang tempat pemujaan kuno.
Letaknya berada di jalur lama yang menghubungkan Lamongan–Jombang–Kediri, sehingga pada masa lalu kawasan ini berfungsi sebagai:
- pusat permukiman agraris,
- simpul aktivitas keagamaan lokal,
- bagian dari jaringan administrasi kerajaan di Jawa Timur.
V. Nilai Penting Prasasti
1. Identitas Sejarah Lamongan Selatan
Prasasti ini menyangkal anggapan bahwa Lamongan tidak memiliki tinggalan klasik. Justru, situs ini menegaskan bahwa wilayah Sambeng berperan aktif dalam jaringan kerajaan Jawa Timur.
2. Bukti Struktur Desa Kuno
Prasasti menunjukkan bahwa desa-desa di Kendeng telah memiliki:
- pembagian tanah,
- aturan pajak,
- hubungan resmi dengan kerajaan pusat.
3. Aset Penelitian Epigrafi
Masih minimnya penelitian membuka peluang luas bagi studi:
- paleografi,
- arkeologi pedesaan,
- sejarah agraris Jawa Timur.
4. Potensi Desa Wisata Sejarah
Keberadaan prasasti, ditambah lanskap pedesaan kapur yang khas, berpotensi dikembangkan menjadi kawasan edukatif dan wisata budaya.
VI. Penutup
Prasasti Nogojatisari adalah saksi bisu usia panjang peradaban di Pegunungan Kendeng. Meski sederhana dan belum tersentuh kajian mendalam, prasasti ini memegang peran penting dalam memahami bagaimana desa-desa Jawa Kuna hidup, bekerja, dan berhubungan dengan kerajaan. Pelestarian, pendataan, dan penelitian lanjutan sangat diperlukan agar warisan berharga ini tidak hilang.














Tidak ada komentar:
Posting Komentar