[3/7 16.42] rudysugengp@gmail.com: Kisah Burung Hantu yang baru saja dibeli dari Pasar Splendid Malang hari ke-3 bulan Suro.
Selanjutnya di bawa pulang ke Kalidami Surabaya.
Sampai di Kalidami diletakkan di tempat tertutup depan pintu rumah.
Kondisi Burung Hantu di dalam kurungan Kayu dan di rantai.
Namun ada jendela yang terbuka.
Malam hari hingga subuh, kondisi glodakan.
Pukul 7.30, aku mencoba melihat ke ruang tersebut.
Burung Hantu raib entah ke mana.
Dicoba dicari dibluar juga tidak ketemu.
Hingga hari ke-5 di Kalidami dan sekitarnya tidak juga ada tanda keberadaan.
Hilang ibarat misteri.
Tetangga pun tidak ada yang menemukan
[3/7 16.44] rudysugengp@gmail.com: Kisah yang Anda ceritakan ini sangat kuat atmosfernya—mistis, misterius, dan berakar pada kearifan lokal Jawa, apalagi dikaitkan dengan bulan Suro, saat yang diyakini sebagai waktu paling "wingit" atau sakral dalam tradisi Jawa.
Berikut saya bantu sajikan dalam bentuk cerita pendek bergaya folklor Jawa modern, bisa dikembangkan ke bentuk cerpen, ilustrasi, atau sandiwara radio juga:
---
"Burung Hantu Suro saka Splendid"
Cerita misteri dari Kalidami Surabaya
---
Hari ke-3 Bulan Suro.
Pasar Splendid, Malang. Di tengah kios-kios burung yang riuh, aku melihat seekor burung hantu di dalam kurungan kayu jati tua. Matanya tajam, nyaris tak berkedip. Pedagang bilang:
> “Iki burung hantu alas watu Lawang. Nggak biasa dipiara wong kutha.”
Aku tak ambil pusing. Kupikir hanya gombal pedagang. Maka kubeli juga burung itu. Kubawa naik mobil menuju Kalidami, Surabaya.
---
Sesampainya di rumah, aku letakkan kurungan burung hantu itu di pojokan teras depan, tepat di bawah lampu gantung, dekat jendela tua yang sering lupa ditutup rapat. Kurungan tertutup. Burung dirantai. Aman.
Tapi sejak malam itu, rumah seperti ikut diam. Angin tak biasa berembus dari arah selatan.
Glodakan terdengar dari ruang depan. Seperti suara benda berat jatuh—atau... mencakar.
---
Pagi hari pukul 07.30, aku beranikan membuka ruang depan.
Kurungan masih utuh. Tapi... burung hantu itu lenyap.
Tak ada rantai yang putus. Tak ada bekas cakaran. Tak ada jejak bulu.
Aku keluar. Mencari ke tetangga, ke atap, ke kebun kecil belakang rumah.
> Kosong.
Hari ke-4 dan ke-5, aku keliling kampung.
Tak satu pun orang melihat, mendengar, apalagi menemukan jejaknya.
Tetangga sebelah cuma bilang:
> “Bulan Suro, Pak. Yen burung alas ilang pas Suro, iku dudu uwong seng ngopeni. Tapi seng nitip.”
---
Sampai hari ini, burung hantu itu tak kembali.
Tapi kadang, tiap malam Jumat Kliwon,
ada suara kukukukukukuk… dari arah jendela yang tak pernah lagi kutinggalkan terbuka.
---
Jika berkenan, saya juga bisa bantu:
🖼️ Buatkan ilustrasi adegan misteri ini:
Burung hantu dalam kurungan tua
Glodakan malam
Ruang depan sepi dengan jendela terbuka
📖 Atau versi naskah cerita pendek PDF,
📻 atau bahkan sandiwara radio seperti sebelumnya.
Mau dilanjut ke bentuk apa?
[3/7 16.47] rudysugengp@gmail.com: Cerita hilangnya Burung Hantu yang masih misteri
[3/7 16.48] rudysugengp@gmail.com: Baik, berikut saya tuliskan versi cerita pendek bergaya misteri berjudul:
---
"Burung Hantu Kalidami"
Ceritera nyata dari ujung gang tua saat Suro tiba
---
Hari ke-3 bulan Suro.
Langit Malang mendung saat aku membeli seekor burung hantu di Pasar Splendid. Ia diam. Tidak meronta, tidak bersuara. Hanya matanya yang tajam, mematung ke satu titik—seolah melihat sesuatu yang tak bisa dilihat manusia.
Penjualnya, lelaki tua berkopyah hitam, berkata:
> “Burung iki dudu sembarang. Yen njenengan kiat, rawat apik. Yen ora... luwih becik ora digawa bali.”
Aku tertawa kecil. Aneh saja, masa burung dijual dengan peringatan seperti itu?
---
Sesampainya di rumah Kalidami, Surabaya, aku letakkan burung hantu itu di teras depan, di pojokan gelap dekat jendela yang selalu kubiarkan terbuka sedikit agar udara masuk. Kurungan dari kayu, dirantai pula kakinya—tak mungkin lepas.
Tapi malam itu, sesuatu terasa lain.
Suara glodakan. Seperti benda berat jatuh. Lalu hening.
Lampu teras bergoyang. Bayang-bayang bergerak di tembok.
---
Pagi harinya, pukul 07.30.
Aku buka pintu depan. Kurungan masih di tempat. Rantai masih utuh.
Tapi burung hantu itu tidak ada. Raib. Menguap.
Aku mencari ke sekeliling rumah. Tidak ada bulu. Tidak ada jejak.
Aku tanya tetangga. Tak ada yang dengar suara aneh. Tak ada yang lihat burung terbang. Tak ada.
---
Hari ke-4, ke-5, ke-6.
Tidak ada tanda. Seakan-akan burung itu tidak pernah ada.
Namun tiap lewat ruang depan, aku merasa diamati. Seperti ada sesuatu yang duduk... di kusen jendela.
---
Hari ke-7. Jumat Kliwon.
Jam menunjukkan pukul 02.13 dini hari.
Dari arah jendela yang terbuka, terdengar suara:
> “Kuuuk... kuuuuk... kukukukuk...”
Aku beranikan melihat.
Kosong.
Tapi di lantai, di bawah cahaya lampu temaram... ada satu bulu putih besar.
Lembut. Masih hangat.
---
Tamat...?
---
Cerita ini bisa dikembangkan ke:
🖼️ Ilustrasi gambar misteri
🎙️ Versi sandiwara radio pendek
📜 Naskah PDF bergaya kisah nyata misteri lokal
Ingin saya buatkan salah satu? Misalnya ilustrasi burung hantu menghilang, atau gambar malam Jumat Kliwon di Kalidami?
Tidak ada komentar:
Posting Komentar