*Penulisan Ulang Sejarah Indonesia Dimulai, Dijamin Jujur?*
Kompas.com, 15 Mei 2025, 06:55 WIB
Firda Janati, Robertus Belarminus Tim Redaksi
JAKARTA, KOMPAS.com - Pemerintah Indonesia melalui Kementerian Kebudayaan sedang menulis ulang sejarah Republik Indonesia (RI) yang bakal dipublikasikan pada Minggu (17/8/2025).
Penulisan ulang sejarah Indonesia yang akan menghasilkan narasi versi baru ini melibatkan sejarawan yang dihimpun dari seluruh Indonesia.
Menteri Kebudayaan Fadli Zon menyebutkan, sejarah periode pemerintahan Presiden Susilo Bambang Yudhoyono (SBY) serta Joko Widodo (Jokowi) akan dimasukkan ke versi terbaru nanti.
"Ya, semua yang perlu di-update, kita update. Misalnya, periode terakhir itu periode sebelum Pak SBY kalau enggak salah. Nanti tentu ditambahkan," ujar Fadli Zon, di Istana, Jakarta, Senin (5/5/2025). Kerja Sama dengan Italia, Indonesia Ingin Perkuat Teknologi Perang Elektronik
Berkaitan dengan penulisan ulang sejarah, Wakil Ketua Komisi X DPR RI Lalu Hadrian Irfani menyoroti agar proses penulisan ulang sejarah dilakukan secara transparan, melibatkan para ahli, dan bersifat obyektif.
"Penyusunan sejarah harus dilakukan secara transparan, melibatkan para ahli yang kredibel, serta mempertimbangkan berbagai perspektif agar hasilnya obyektif dan mencerminkan kebenaran sejarah secara utuh," kata Lalu, saat dikonfirmasi, Jumat (9/5/2025).
*Diklaim dibuat dengan jujur*
Sejarawan yang dilibatkan dalam penulisan ulang sejarah RI mengungkapkan bahwa pengalaman jatuh bangun bangsa, termasuk masa penjajahan, juga akan dimuat dalam buku sejarah versi terbaru.
Hal ini diisyaratkan Ketua Tim Penulisan Sejarah RI, Susanto Zuhdi, saat ditanya apakah soal pelanggaran HAM berat juga akan dimuat dalam penulisan ulang sejarah RI.
Menurut dia, penulisan ulang sejarah RI harus bersifat jujur.
Apapun pengalaman bangsa harus dimuat dalam penulisan meski tak selalu bagus.
"Ya, kan pengalaman bangsa ini kan jatuh bangun, ya kan, enggak ada yang bagus, yang buruk, ya sejarah itu kan cermin sebetulnya gitu.
Ya kita harus jujur dengan sejarah kita kalau kita mau maju," kata Susanto saat dihubungi Kompas.com, Rabu (14/5/2025).
"Kita mau maju harus mempelajari sejarah, kan, apa pun sejarah yang pernah kita miliki gitu ya. Ini kan bangsa yang cerdas, bangsa yang pandai mengambil pelajaran dari sejarah, bukan begitu," tambah dia.
Meski begitu, Susanto tetap meminta publik menunggu hasil kerja penulisan ulang sejarah yang masih berproses.
"Ya nanti tunggu saja apa yang enggak akan kita tulis gitu," ungkap Guru Besar dari Universitas Indonesia (UI) itu.
*Zaman prasejarah hingga penjajahan*
Penulisan ulang sejarah RI ini juga akan memuat sejak masa prasejarah hingga sejarah masa kini di Indonesia.
Peninggalan sejarah, hingga fosil manusia zaman dahulu juga akan dibahas.
"Jadi, kita gambarkan itu, perjalanan migrasi mereka itu, dan yang ada di sini sudah menetap di sini, jadi interaksi silang budaya kira-kira begitu ya, dari manusia yang membentuk kita sekarang ini. Jadi, kita mencari asal-usul dan memberikan penggambaran ya identitas kita sebagai bangsa, sejak awal tadi itu sampai masa kontemporer," tutur dia.
Hal itu termasuk soal masa penjajahan di Indonesia juga akan dimuat dalam penulisan ulang sejarah RI tersebut, misalnya saat masa kolonialisme atau penjajahan oleh Belanda.
"Iya, masuklah semua, kan itu kita dijajah lama, kan, masa apa gitu ya," ungkap Susanto.
Penulisan ulang sejarah RI ini akan memuat proses era kemerdekaan.
Menurut dia, setiap momen memiliki perjalanan dan cerita yang bersejarah.
"Jadi, kita sama keluarga itu, para pahlawan, para tokoh-tokoh yang sudah menjadikan kita seperti sekarang ini, kan, iya kan, nah itu menjadi pelajaran dong," ujar dia.
*Libatkan 120 sejarawan dan arkeolog*
Susanto mengatakan, program penulisan ulang sejarah yang sudah dikerjakan sejak Januari 2025 ini melibatkan sekitar 120 sejarawan-arkeolog.
"Betul, ada 113 atau 117 ya, hampir 120 lah," kata dia.
Dua sejarawan lainnya yakni Guru Besar dari Universitas Diponegoro (Undip) Singgih Tri Sulistiyono dan Guru Besar dari UIN Syarif Hidayatullah Jakarta, Jajat Burhanuddin.
"Waktu bulan Januari itu kita merumuskan kerangka acuan, ya kami bertiga, kami ini editor umum, jadi tidak hanya saya sendiri, jadi sebetulnya ada editor umum, Prof Singgih Tri Sulistiyono, dari Undip itu, kemudian Prof Jajat Burhanuddin itu dari UIN Ciputat," ungkap dia.
"Jadi, itu kami merumuskan kerangka acuannya, garis besarnya, kemudian diberikan ke 20 editor jilid, karena ada 10 jilid yang akan ditulis, nah itu mereka lalu merumuskan lagi, terus ya ongoing process, sampai sekarang ya sudah 60-70 persen," sambung Susanto.
Bukan hanya sejarawan, proses penulisan ulang sejarah RI juga melibatkan para arkeolog karena terdapat penulisan prasejarah hingga era manusia kontemporer di Indonesia.
"Bahkan, itu tidak hanya sejarah ya, artinya arkeologi ya, karena kan periode-periode lama kan itu arkeolog yang berperan," ujar dia.
Nantinya, asal-usul nenek moyang serta percampuran budaya dengan dunia luar juga akan turut dimuat.
"Jadi, kita mencari asal-usul memberikan penggambaran ya identitas kita sebagai bangsa, sejak awal tadi itu sampai masa kontemporer, begitu," tutur dia.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar