Senin, 17 Maret 2025

SUNAN TEMBAYAT

2998


Sunan Tembayat


Lahir dan Wafat :


Sunan Bayat atau As-Syekh Sayyid Hasan Nawawi lahir sekitar tahun 1461 di Kerajaan Majapahit dan meninggal sekitar tahun 1547 di Kadipaten Pengging, Kesultanan Demak. Beliau dimakamkan di Paseban, Bayat, Klaten.


 Kehidupan Sunan Tembayat :


Sunan Tembayat atau Sunan Bayat wafat dan dimakamkan di Kelurahan Paseban, Kecamatan Bayat, Kabupaten Klaten, Jawa Tengah. Makamnya berada di Bukit Jabalkat.


Penjelasan :

1. Sunan Bayat adalah nama lain dari Ki Ageng Pandanaran, seorang Bupati Semarang yang berkedudukan di Pragota, yang sekarang bernama Bergota di kelurahan Randusari, Semarang Selatan. 

2. Sunan Bayat hidup pada masa yang sama dengan Sunan Kalijaga, salah seorang Wali Sanga. 

3. Sunan Bayat berperan penting dalam penyebaran agama Islam di Jawa Tengah. 

4. Makam Sunan Bayat memiliki desain arsitektur gerbang gapura Majapahit. 

5. Kompleks makam Sunan Bayat terdiri dari enam halaman yang dipisahkan oleh tembok keliling. 

6. Makam Sunan Bayat menjadi salah satu tempat ziarah yang penting di Jawa Tengah, dikunjungi oleh ribuan peziarah setiap tahunnya.


Karomah Sunan Tembayat :


Sunan Tembayat memiliki karomah dapat memunculkan sumber mata air. 


Sunan Tembayat :

1. Sunan Tembayat menggunakan tongkatnya untuk menghujamkan tanah hingga air mengucur dan membentuk sumur.

2. Sunan Tembayat menggoreskan kukunya ke tanah hingga menyembur air dan membentuk genangan air.

3. Genangan air tersebut adalah Sendang Kucur yang terletak di dalam hutan angker Kucur, Paseban, Bayat, Klaten.


Asal usul Sunan Bayat :


Terdapat empat versi mengenai asal-usulnya, namun semua sepakat bahwa ia adalah putra dari Ki Ageng Pandan Arang, bupati pertama Semarang. 


Alkisah, ia menjalankan pemerintahan dengan baik dan selalu patuh dengan ajaran-ajaran Islam seperti halnya mendiang ayahnya. 


Namun karena bosan, Ia sering melalaikan 

tugas pemerintahan, perawatan pondok pesantren dan tempat ibadah.

Ia lebih suka duniawi.


Sultan Demak Bintara, lalu mengutus Sunan Kalijaga dari Kadilangu, Demak, untuk menyadarkannya. 


Sunan Kalijaga menyamar sebagai penjual rumput, untuk menaklukkan kesakitan Pandan Arang 2 sebagai ujian, dan lainnya.


Akhirnya, sang bupati mengundurkan diri dari jabatan duniawi dan menyerahkan kekuasaan Semarang kepada adiknya.


Sunan Kalijaga menyarankan Ki Ageng Pandanaran untuk berpindah ke selatan, tanpa membawa harta, didampingi isterinya, melalui daerah yang sekarang dinamakan Salatiga, Boyolali, dan Wedi. 


Secara diam-diam, sang istri membawa tongkat bambu yang di dalamnya dipenuhi permata. 

Mereka dihadang perampok

Dalam pertempuran, perampok berubah menjadi mahluk dengan badan manusia tetapi berkepala domba. 


Sunan Pandanaran membawanya ke Sunan Kalijaga. Akhirnya, berubah kembali menjadi kepala manusia seperti semula. 


Ia disebut Syekh Domba dan  bertugas untuk mengisi tempat wudhu pada padasan atau gentong pada masjid yang berada pada puncak bukit Jabalkat, Bayat.


Sumber : AI dan sayyidfajar.blogdpot.com.


Tidak ada komentar:

Posting Komentar

SITUS DAN CANDI JATIM

1. Buatlah Risalah tentang : Candi Gedhong Putri atau Candi Puro (Kloposawit, Candipuro). Kabupaten Lumajang Candi Gedhong Putri (atau diken...