Rabu, 26 Maret 2025

Bendungan Jatibarang

2989

Waduk Jati Barang


Sebelumnya, kawasan seluas 266 hektare ini memang sudah menjadi obyek wisata alam, Goa Kreo. 


Goa ini  lekat dengan legenda perburuan kayu jati oleh Sunan Kalijaga untuk membangun masjid Agung Demak.


Pada tahun 2010, pemerintah mendapat pinjaman dari Japan International Cooperation Agency (JICA) untuk mulai membangun waduk ini. 

Waduk Jatibarang diresmikan penggunaannya pada Mei 2014, bertepatan dengan Hari Air Sedunia oleh Menteri Pekerjaan Umum Joko Kirmanto.


Waduk Jatibarang diharapkan dapat mengatasi banjir di Semarang, dll.


ASAL USUL NAMA JATIBARANG :

Penamaan waduk jatibarang sesuai Desa Jatibarang. 


Bagi masyarakat semarang Jatibarang merupakan tempat pembuangan umum atau TPU yang cukup terkenal. 

Tak banyak yang tahu bahwa disini terdapat sebuah desa yang memiliki legendanya sendiri.


Desa ini terletak kurang lebih 13 kilometer ke arah selatan dari Kali Banteng. 


Legenda desa ini terkait pencarian kayu jati untuk SAKA GURU Masjid Demak oleh Sunan Kalijaga.


Tersebutlah dalam perjalanan mencari kayu jatingaleh, sampailah rombongan sunan kalijaga di sebuah desa yang terletak ditengah-tengah hutan jati. 


Didesa ini sedang diadakan pertunjukan yang membuat suasana ramai dan meriah.

Keramaian ini sebagai wujud suka cita atas perolehan panen yang melimpah.


Ki Soma, nama salah satu penduduk desa tersebut, ikut memeriahkan pesta desa  dengan menari. 

Ki Soma beserta sekeluarganya; yang terdiri dari istri dan anak gadisnya, mencari nafkah bukan sebagai petani. 

Setiap hari hanya "mbarang"/mengamen tari. Ki Soma sendiri sebenarnya adalah seorang pendatang. 


Dia sebenarnya bekas punggawa kerajaan majapahit dengan kedudukan ahli gamelan dan musik jawa  yang di usir karena meninggalkan adat Majapahit.

Di tengah pengembaraannya ia tiba desa ini kemudian menetap.  


Saat riuh-rendahnya suasana perayaan, mendadak muncul sesosok lelaki mengenakan topeng.

Ia  ikut menari dan larut dalam iringan musik yang dimainkan.


Tatkala si penari itu membuka topengnya,  ternyata  Sunan Kalijaga.


Kesempatan baik tersebut itu, digunakan kanjeng sunan untuk menerangkan hubungan antara agama dan kesenian serta wejangan lain tentang kehidupan. 

Orang di desa tersebut termasuk Ki Soma sekeluarga menyatakan diri masuk agama islam. 

Ki Soma oleh Sunan Kalijaga dipercaya sebagai sesepuh desa yang kemudian disebut juga Ki Demang oleh penduduk desa. 


Setelah Ki Demang meninggal, makamnya di kramatkan oleh banyak orang. 


Oleh karena itulah, Ki Demang atau Ki Soma juga terkenal dengan sebutan Mbah Kramat. 

Sampai sekarangpun makamnya masih terjaga dengan baik.


Akhirnya Sunan Kalijaga berniat kembali meneruskan perjalanannya mengejar kayu jatingaleh ke arah barat. 


Sebelum pergi beliau berpesan agar daerah tersebut diberi nama JATIBARANG. 


Konon di desa yang termasuk kecamatan mijen ini; pada zaman kolonial hingga penjajahan jepang, penduduk desa tersebut terkenal suka "mbarang tari".


Sumber : Liputan6.com, dan negeriangin.blogspot.com.


Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Sejarah Makam Peneleh Belanda

*Sejarah Makam Peneleh Belanda* Bagaimana sejarah Makam Peneleh Belanda di Surabaya dimulai Makam Peneleh, yang dikenal sebagai Makam Beland...