2993
LUSI
(Lumpur Lapindo)
Pada tahun 2006, terjadi semburan lumpur panas Lapindo di Desa Renokenongo, Kecamatan Porong, Kabupaten Sidoarjo, Jawa Timur. Semburan ini terjadi pada 29 Mei 2006 pukul 05.30 WIB.
Kronologi semburan lumpur Lapindo :
1. Semburan lumpur panas pertama kali terjadi di sumur Banjarpanji 1, Porong, Sidoarjo
2. Lumpur panas menyembur disertai gas dengan suhu 60 derajat celsius
3. Dua warga dilaporkan keracunan akibat menghirup gas yang mengandung hidrogen sulfida
4. Semburan lumpur menenggelamkan ribuan rumah, ratusan hektar lahan, dan puluhan pabrik, hingga musnah
5. Semburan lumpur meninggalkan luka mendalam bagi masyarakat Sidoarjo
Upaya pemerintah :
1. Pemerintah membuang lumpur panas Lapindo Brantas ke laut tanpa proses pengolahan
2. Presiden Susilo Bambang Yudhoyono (SBY) mengeluarkan Peraturan Presiden Nomor 14 Tahun 2007, tentang Badan Penanggulangan Lumpur Sidoarjo (BPLS)
3. Dibentuk pula Tim Nasional Penanggulangan Semburan Lumpur Sidoarjo
Dampak semburan lumpur Lapindo :
1. Ribuan warga terpaksa pindah dari tempat tinggal dan tanah leluhurnya
2. Semburan lumpur Lapindo tercatat sebagai bencana nasional di Indonesia.
PT Lapindo Brantas merupakan unit usaha bersama Bakrie Group, Medco Group, dan Santos dari Australia.
Perusahaan ini didirikan pada tahun 2001. Pada tahun 2004.
Selain itu peristiwa ini menewaskan 17 orang.
Berdasarkan UU Ciptaker, dalam kasus Lumpur Lapindo, pihak yang dikenakan tanggung jawab secara mutlak yaitu PT Lapindo Brantas Inc dan pemerintah, baik pemerintah pusat maupun daerah dalam ini juga bertanggungjawab atas bencana tersebut, namun tidak memikul tanggung jawab mutlak.
Kandungan zat berbahaya :
1. Senyawa fenol: Senyawa kimia yang mudah ditemukan di air buangan kilang dan mencemari lautan
2. Logam berat timbal: Logam yang mencemari air dan berpengaruh buruk terhadap proses biologis
3. Logam berat kadmium: Logam berat yang kadarnya ratusan kali lebih besar di atas ambang batas aman bagi lingkungan
Manfaat lumpur Lapindo :
Lumpur Lapindo dapat dimanfaatkan sebagai bahan bangunan, bahan baku industri, dan bahan baku komoditas tambang.
Bahan bangunan :
1. Sebagai pengganti semen dalam pembuatan bata, genteng, dan keramik
2. Sebagai bahan baku pembuatan amplas
3. Sebagai bahan baku pembuatan paving block ramah lingkungan
Bahan baku industri :
1. Sebagai bahan baku pembuatan lampu berteknologi tinggi
2. Sebagai bahan baku pembuatan semi konduktor
3. Sebagai bahan baku pembuatan pesawat luar angkasa
Kondisi lumpur lapindo tahun 2025 :
Belum ada tanda-tanda berhenti menyembur, hingga kini dengan volume 30000-50000 meter kubik per hari.
Aliran lumpur akan terus berlanjut selama 25 hingga 30 tahun ke depan.
Sejak November 2008, sudah didirikan tanggul.
Banjir yang diakibatkannya secara berkala mengganggu jalan raya, desa-desa setempat, dan rel Kereta Api di sebelah Barat.
Bau lumpur lapindo :
Seperti ammonia, yang menyengat, di sekitar lokasi.
Sumber : Wikipedia, dll.
[1/3 08.36] rudysugengp@gmail.com: Finis
Sunan Bungkul
Arti kata :
Bungkul bisa merujuk pada atau kepala tongkat, payung, tiang bendera, atau nama seorang wali dari Kerajaan Majapahit.
Sunan Bungkul :
1. Sunan Bungkul adalah gelar yang diberikan kepada Ki Ageng Supo, seorang bangsawan dari Kerajaan Majapahit yang menyebarkan agama Islam di Jawa Timur.
2. Sunan Bungkul diperkirakan hidup pada tahun 1400-1481 Masehi, se Zaman dengan Sunan Ampel.
3. Makam Sunan Bungkul berada di belakang Taman Bungkul Surabaya.
4. Makam Sunan Bungkul merupakan bangunan cagar budaya.
Taman Bungkul :
1. Taman Bungkul adalah taman wisata kota di Surabaya, Jawa Timur.
2. Terletak di Jalan Raya Darmo, Wonokromo, Kota Surabaya.
3. Memiliki berbagai fasilitas, seperti amfiteater, jogging track, taman bermain, dan skate & BMX area.
4. Memiliki sentra kuliner dan wi-fi gratis.
Sejarah :
Sunan Bungkul memiliki nama asli Ki Ageng Supo atau Mpu Supo seorang bangsawan dari zaman Kerajaan Majapahit yang setelah memeluk Islam lalu ia menggunakan nama Ki Ageng Mahmuddin.
Ia adalah mertua Sunan Ampel namun ada versi lain yang mengatakan bahwa beliau adalah mertua Raden Paku atau yang lebih dikenal dengan Sunan Giri.
Ki Ageng Supa mempunyai puteri bernama Dewi Wardah.
Cerita Masyarakat :
Ki Ageng Supo sengaja memetik buah Delima dan menghanyutkan ke sungai.
Buah delima itu dihanyutkan ke Sungai Kalimas yang mengalir ke utara.
Alur air sungai ini bercabang di Ngemplak menjadi dua.
Percabangan sebelah kiri menuju Ujung dan sebelah kanan menuju kali Pegirikan.
Buah delima itu terapung dan hanyut ke kanan.
Suatu pagi seorang santri Sunan Ampel yang mandi di Pegirikan Desa Ngampeldenta, menemukan delima itu.
Sang santri yaitu Raden Paku menyerahkan ke Sunan Ampel. Oleh Sunan Ampel delima itu disimpan.
Besoknya, Supa menelusuri bantaran Kalimas.
Sesampainya di pinggiran, ia melihat banyak santri mandi di sungai.
Ki Ageng Supa, yakin di sinilah buah delima itu ditemukan oleh salah satu, diantara para santri tersebut.
"Apakah ada yang menemukan delima ?" tanya Supa setelah bertemu Sunan Ampel. Raden Paku, murid Sunan Ampel dipanggil dan mengaku.
Singkat cerita Raden Paku dinikahkan dengan anak Ki Ageng Supa, Dewi Wardah.
Ki Ageng Supo akhirnya memperoleh mantu seorang santri dari, Ampeldenta yakni Raden Paku.
Sedangkan Raden Paku pada akhirnya menikahi dua orang putri Dewi Murtosiah, putri Sunan Ampel dan Dewi Wardah putri Ki Ageng Supo..
Tidak ada komentar:
Posting Komentar