Sabtu, 04 Januari 2025

PANEMBAHAN JUMINAH

 PANEMBAHAN JUMINAH


Terlahir dengan nama Raden Mas Bagus. Beliau putra Panembahan Senopati dari garwa permaisuri II  Raden Ayu Retno Dumilah, putri sulung Panembahan Timur, Adipati Madiun I. Panembahan Timur adalah putra bungsu Sultan Trenggana dengan GKR Pembayun putri Sunan Kalijaga.


Setelah dewasa Raden Mas Bagus  bergelar Pangeran Balitar I. Ketika saudara beliau Raden Adipati Pringgalaya wafat, Beliau menggantikan kedudukannya sebagai Bupati Madiun. Dan mendapat asma gelar baru yaitu Kanjeng Pangeran Adipati Jumina Petak / Adipati Mangkunegara I. Memerintah Madiun tahun 1601 s/ d 1613 M. Sebagai putra dari Permaisuri II, Pangeran Juminah sempat digadang gadang sebagai Raja Mataram selanjutnya menggantikan ayahandanya, Panembahan Senopati, tetapi akhirnya beliau diangkat sebagai Adipati Madiun.


Beberapa tahun setelah Panembahan Hadi Hanyokrowati wafat, Sultan Agung berkenan menikahkan Ibunda Beliau, Ratu Mas Hadi dengan KP Adipati Jumina Petak. Dan memberikan nama baru dengan sebutan Panembahan Juminah.


Dari pernikahan dengan Panembahan Juminah dengan Ratu Mas Hadi  menurunkan :

1. Raden Ayu Djurumayem menikah dengan Panembahan Jurumayem

2. Pangeran Adipati Balitar,beliau menurunkan Pangeran Tg Balitar Tumapel III yang dimakamkan di Kuncen Madiun, kemudian P. Tg. Blitar Tumapel III menurunkan P. Arya Blitar IV dimakamkan di astana Nitikan yogya.P.Arya Balitar IV menurunkan Raden Ayu Puger Garwa Sunan Pakubuwana I Kartasura  yang menurunkan Sunan Amangkurat IV.

3. Raden Haryo Suroloyo

4. Raden Ayu Kajoran menikah dengan Pangeran Kajoran menurunkan Putri yang kelak menjadi Istri Amangkurat I dan menurunkan Sunan Pakubuwana I


Panembahan Juminah juga seorang bangsawan yang cinta tanah air beliau rela untuk membela Keraton Mataram.Tahun 1629 Panembahan Juminah dan Tumenggung Singoranu dan prajurit  Mataram melakukan penyerbuan ke Batavia untuk menghalau V.O.C Kumpeni Belanda.


Ketika Sultan Agung membangun calon tempat peristirahatan terakhir beliau di Bukit Kabul, Panembahan Juminah mendapatkan tugas untuk mengawasi pembangunan komplek pemakaman tersebut. Ditengah proses pembangunan Astana Giriloyo, tahun 1632 Panembahan Juminah wafat dan dimakamkan di Astana Giriloyo tersebut.


Al Fatihah kagem Eyang Panembahan Juminah


Ditulis oleh K.R.T Koes Sajid Jayaningrat.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Kisah Gunung Semeru

 Dewa Brahma berubah menjadi kura-kura, punggungnya yang keras digunakan untuk mengangkut puncak Gunung Meru. Sementara Dewa Wisnu berubah m...