“Jejak Lapis Baja Leluhur Nusantara: Antara Fakta dan Tradisi Perang”
Pernahkah kita membayangkan bahwa leluhur kita mengenakan baju besi saat berperang? Jejak peradaban masa lalu yang samar kini perlahan terkuak melalui naskah-naskah lontar dan prasasti-prasasti kuno. Salah satu bukti penting yang menunjukkan penggunaan baju besi di Nusantara adalah Prasasti Jambu atau yang dikenal juga sebagai Prasasti Koleangkak.
Prasasti Jambu: Bukti Kejayaan Tarumanagara
Prasasti ini ditemukan di Bukit Koleangkak, Desa Pasir Gintung, Kecamatan Leuwiliang. Terletak di dekat aliran Sungai Cikasungka, prasasti batu ini diperkirakan berasal dari abad ke-5 M berdasarkan gaya tulisan (paleografi). Pada prasasti tersebut, terdapat ukiran sepasang tapak kaki yang disertai puisi berbahasa Sanskerta. Terjemahan salah satu baitnya menggambarkan kegagahan Sri Purnawarman, Maharaja Tarumanagara:
“Gagah, mengagumkan, dan jujur terhadap tugasnya adalah pemimpin manusia yang tiada taranya, yang termasyhur Sri Purnawarman. Baju zirahnya terkenal tak dapat ditembus senjata musuh. Ini adalah tapak kakinya yang senantiasa berhasil menggempur kota-kota musuh.”
Ungkapan ini menegaskan bahwa pada masa itu, baju zirah telah digunakan oleh pasukan Tarumanagara, mencerminkan teknologi perang yang maju pada abad ke-5 M.
Kitab Negara Kretabhumi: Detail Pasukan Berzirah
Informasi lebih rinci tentang baju besi di masa Tarumanagara dapat ditemukan dalam Kitab Negara Kretabhumi karya Pangeran Wangsakerta dari Cirebon. Kitab ini menyebutkan bahwa bukan hanya para bangsawan, tetapi seluruh pasukan Kerajaan Tarumanagara termasuk kerajaan bawahan seperti Indraprahasta dilengkapi dengan baju zirah. Gambaran pasukan ini meliputi prajurit bersenjata lengkap, mengenakan zirah, dengan beberapa naik gajah dan kereta perang.
Zirah Tradisional Nusantara: Keunikan dan Evolusi
Beberapa contoh baju perang dari Nusantara yang masih ada hingga kini menunjukkan keragaman desain dan bahan:
1. Zirah Tanduk dari Jawa
Sebuah baju perang dari tanduk yang kini disimpan di Pitt Rivers Museum, Oxford, menunjukkan desain khas Nusantara. Zirah ini terbuat dari potongan tanduk yang disusun tumpang tindih seperti sisik trenggiling. Desain serupa juga ditemukan pada baju perang tanduk dari Sulawesi, yang kini berada di RMV Leiden Collection, Belanda.
2. Kere Sisik dari Talaga Manggung
Di Museum Talaga Manggung, Majalengka, tersimpan Kere Sisik, baju perang berbahan lempengan besi yang dijalin rantai. Diperkirakan berasal dari abad ke-17 M, baju ini menyerupai zirah dari Kekhalifahan Islam.
3. Pengaruh Budaya Tropis
Meski beberapa kerajaan seperti Tarumanagara dan Majapahit menggunakan baju besi, prajurit biasa di Nusantara sering kali bertempur tanpa pelindung tubuh. Iklim tropis yang panas dan medan perang berupa hutan lebat membuat penggunaan baju besi dirasa tidak praktis. Sebagai gantinya, mereka mengandalkan perisai dari kayu atau rotan, dan beberapa memakai rompi anyaman rotan atau kain yang diperkuat dengan pelat logam.
Militer Kerajaan Majapahit: Prajurit dan Logistik
Informasi tentang militer Majapahit masih terbatas. Namun, pasukannya terbagi menjadi dua: tentara inti di bawah komando raja dan pasukan dari penguasa bawahan. Para penguasa ini membawa tentara mereka sendiri, termasuk tentara bayaran dari pulau-pulau lain atau negeri asing.
Pada masa kejayaan Majapahit, sebagian kecil prajurit elite mengenakan baju zirah dari lempengan kuningan, namun sebagian besar bertempur tanpa perlindungan tambahan. Dalam banyak kasus, strategi perang gerilya lebih diutamakan dibanding pertempuran terbuka dengan formasi.
Baju Besi: Simbol Kekuasaan dan Teknologi
Dalam catatan sejarah, baju besi di Nusantara tidak hanya berfungsi sebagai perlindungan, tetapi juga simbol status dan kekuasaan. Raja dan panglima menggunakan baju besi parsial yang sering dihiasi emas, sedangkan prajurit biasa memiliki perlindungan lebih sederhana.
Dari prasasti, kitab, hingga peninggalan fisik, jelas bahwa Nusantara memiliki tradisi militer yang kaya dan unik. Teknologi perang leluhur kita menjadi saksi bisu kebesaran peradaban yang pernah ada di tanah ini.
#SejarahPerangNusantara
#ZirahLeluhur
#WarisanTarumanagara
#MiliterMajapahit
#TradisiPerangJawa
Tidak ada komentar:
Posting Komentar