Jumat, 29 Desember 2023

Taman Prestasi

 Taman yang dibangun tahun 1992 dan diresmikan tahun 1995 oleh Istri Gubernur Basofi Sudirman.

Penamaan ini terkait dengan Prestasi Surabaya pada tahun 1992 dst.

Luas 6000 m persegi yang memanjang di area Ketabang Kali yang dulu masuk daerah hitam dan rawan.

Untuk masuk dulu pernah berkarcis. Era Walikota Tri Rismaharini di renovasi dengan besar-besaran, meski sejak Walikota sebelumnya sudah dirintis bahkan di era Bambang DH pernah mendapat Bantuan Monumen Pesawat Bersejarah yaitu Bomber (B) 26 Intruder M 265 (masa Aktif 1950 - 1977) yang pada 19 Juli 2006 diletakkan di tempat ini.


Dalam prasasti tertulis :

Pesawat tempur B-26 Intruder M 265 pernah dipakai untuk berbagai peristiwa penting seperti

Penumpasan Andi Azis

Penumpasan DI/ TII

Penumpasan RMS

Operasi tegas/ PRRI

Operasi Sapta Marga/ PRRI

Operasi 17 Aguastus/ PRRI

Operasi Sadar

Operasi merdeka/ permesta

Operasi merebut keunggulan udara

Operasi nunusaku

Operasi Trikora

Operasi Trimurti

Operasi Dewata

Operasi Dwikora

Operasi Sadar

Operasi Trisula

Operasi Samber Kilat

Operasi Perlita Udara

Operasi Wibawa

Operasi Papera

Operasi Seroja


Peristiwa penting yang  dilalui pesawat ini, dan sering dipakai untuk beroperasi di wilayah Indonesia Timur hingga Irian Jaya untuk menumpas pemberontakan yang ingin melepaskan diri dari NKRI


Ada sejarah istimewa dibalik lambang kijang skadrom udara 1 di badan pesawat tempur. Ceritanya ada anak yang Jonga yang keluar dari kabut mengikuti Letnan Udara Satu Noordraven, Letnan Muda Udara Satu Ismail, dan Letnan Udara Satu Jimmy Lantang yang akan berangkat ke Jakarta.


Tanpa takut Letnan Jimmy mengulurkan tangan dan memeluk anak tersebut, seolah anak itu berkata Letnan adalah "Lindungilah Aku karena Bapak dan Ibu tidak ada lagi."

Kisah yang cukup menyentuh, walau jarang dikisahkan.


Semoga pengunjung memperhatikan Prasasti Monumen Pesawat yang kaya nilai sejarah dan tetap berprestasi

Gamplong

 *Daya Tarik Studio Alam Gamplong, Lokasi, Jam Buka, dan Harga Tiket*


Elmy Tasya Khairally - detikJogja

Sabtu, 16 Des 2023 07:45 WIB


Daftar Isi

Daya Tarik di Studio Alam Gamplong

1. Trem Jadul

2. Bangunan-bangunan \

3. Wahana Jeep

4. Lokasi Berbagai Film

5. Antique Gallery

Lokasi dan Jam Operasional Studio Alam Gamplong

Harga Tiket Masuk Studio Alam Gamplong

- Studio Alam Gamplong menjadi salah satu lokasi yang hits di Sleman, Daerah Istimewa Yogyakarta. Bangunan-bangunannya membuat wisatawan seakan kembali ke zaman kolonial.

Studio Alam Gamplong kerap dijadikan lokasi syuting film maupun iklan. Destinasi ini awalnya hanya merupakan lapangan kosong, kemudian dijadikan tempat shooting film Sultan Agung karya Hanung Bramantyo. Yuk, ketahui lebih lanjut mengenai Studio Alam Gamplong!


Daya Tarik di Studio Alam Gamplong

Ada banyak daya tarik Studio Alam Gamplong. Wisatawan bisa naik kereta tua, berfoto berlatarkan bangunan tua sampai mendatangi berbagai lokasi film.


1. Trem Jadul

Ketika sampai di lokasi, wisatawan bisa memulai perjalanan dengan menaiki kereta tua (trem) St. Soerabaja. Wisatawan dapat berkeliling dan menikmati suasana bak abad ke 16 dan 17.


2. Bangunan-bangunan "Tua"

Bangunan-bangunan "tua" namun begitu aesthetic dapat wisatawan temui di Studio Alam Gamplong. Diberitakan detikTravel, ada hotel tua, bioskop, warung kopi, toko buku dan juga kantor polisi yang dibuat sesuai dengan keadaan pada masa itu. Di sini, wisatawan bisa menikmati suasana ataupun mengambil foto di setiap sudut bangunan-bangunan yang ada.


Bangunan-bangunan jadul Foto: Lintia Elsi

3. Wahana Jeep

Terdapat Jeep yang disediakan untuk mengelilingi area Studio Alam Gamplong. Mengutip salah satu situs agen travel, wisatawan dapat melewati hutan, pedesaan hingga sungai.


4. Lokasi Berbagai Film

Selain menjadi lokasi Film Sultan Agung, Studio Alam Gamplong juga juga menjadi tempat syuting film Bumi Manusia, Habibie Ainun, Doa yang Mengancam hingga Satria Dewa GatotKaca. Wisatawan pun bisa masuk ke beberapa set film, seperti rumah Ainun di film Habibie Ainun dan rumah Annelies di film Bumi Manusia.


Suasana rumah Ainun didominasi furnitur kayu. Ada ruang tamu, ruang makan hingga ruang kerja. Sementara rumah Annelies memiliki gaya khas pencampuran Indonesia dan Belanda. Setiap ruangannya masih terdapat perlengkapan syuting yang masih utuh.


5. Antique Gallery

Antique Gallery berlokasi di samping rumah Ainun. Di dalamnya terdapat barang-barang antik seperti senjata, peralatan elektronik hingga peralatan kimia. Bangunan ini terdiri dari dua bangunan yang dihubungkan dengan jembatan di lantai dua. Dari atas, wisatawan dapat melihat pemandangan Studio Alam Gamplong.


Lokasi dan Jam Operasional Studio Alam Gamplong

Studio Alam Gamplong berlokasi di Gamplong 1, Dukuh, Sumberrahayu, Kecamatan Moyudan, Kabupaten Sleman, Daerah Istimewa Yogyakarta. Destinasi ini buka setiap hari mulai pukul 09.00-17.00 WIB.


Harga Tiket Masuk Studio Alam Gamplong

Untuk masuk ke Studio Alam Gamplong, wisatawan hanya perlu mengeluarkan dana sukarela. Namun ada biaya yang harus dikeluarkan jika ingin masuk ke bangunan-bangunan tertentu. Mengutip Instagram Studio Alam Gamplong, berikut tarifnya:


Museum Bumi Manusia: Rp 10.000

Museum Habibie Ainun: Rp 10.000

Antique Gallery: Rp 10.000

Kereta Tua (Trem): Rp 10.000

Jeep: Rp 150.000

Ada pula paket Rp 35.000 untuk 4 wahana, yaitu Museum Bumi Manusia, Museum Habibie Ainun, Antique Gallery dan Kereta Tua. Selain itu, ada juga biaya yang diterapkan untuk penggunaan kamera dan drone.


Itulah daya tarik, lokasi, jam operasional, dan harga tiket dari Studio Alam Gamplong. Kamu tertarik mengunjungi destinasi ini saat liburan?

Gesang Wikipedia

 [27/12 15.24] rudysugengp@gmail.com: Gesang

(penyanyi-pencipta lagu Indonesia)


Gesang Martohartono (1 Oktober 1917 – 20 Mei 2010) adalah seorang penyanyi dan pencipta lagu asal Indonesia. Dikenal sebagai "maestro keroncong Indonesia," ia terkenal lewat lagu "Bengawan Solo" ciptaannya, yang terkenal di Asia, terutama di Indonesia dan Jepang. Lagu ini telah diterjemahkan ke dalam, setidaknya, 13 bahasa, termasuk bahasa Inggris, bahasa Rusia, bahasa Tionghoa, dan bahasa Jepang.

[27/12 15.25] rudysugengp@gmail.com: Karier


Gesang pada awalnya bukanlah seorang pencipta lagu. Dulu, ia hanya seorang penyanyi lagu-lagu keroncong untuk acara dan pesta kecil-kecilan saja di kota Solo. Ia juga pernah menciptakan beberapa lagu, seperti "Keroncong Roda Dunia", "Keroncong si Piatu", dan "Sapu Tangan", pada masa Perang Dunia II. Sayangnya, ketiga lagu ini kurang mendapat sambutan dari masyarakat.

[27/12 15.26] rudysugengp@gmail.com: Menciptakan "Bengawan Solo"


Artikel utama: Bengawan Solo (lagu)


Lagu ini diciptakan pada tahun 1940, ketika ia berusia 23 tahun. Gesang muda ketika itu sedang duduk di tepi Bengawan Solo. Ia yang selalu kagum dengan sungai tersebut, terinspirasi untuk menciptakan sebuah lagu. Proses penciptaan lagu ini memakan waktu sekitar 6 bulan.


Lagu "Bengawan Solo" juga memiliki popularitas tersendiri di luar negeri, terutama di Jepang. Bengawan Solo sempat digunakan dalam salah satu film layar lebar Jepang.

[27/12 15.27] rudysugengp@gmail.com: Kehidupan pribadi


Gesang tinggal di Jalan Bedoyo Nomor 5 Kelurahan Kemlayan, Serengan, Solo bersama keponakan dan keluarganya, setelah sebelumnya tinggal di rumahnya Perumnas Palur pemberian Gubernur Jawa Tengah tahun 1980 selama 20 tahun. Ia telah berpisah dengan istrinya semenjak tahun 1962. Selepasnya, ia memilih untuk hidup sendiri. Ia tak mempunyai anak.

[27/12 15.28] rudysugengp@gmail.com: Warisan dan kematian


Sebagai bentuk penghargaan atas jasanya terhadap perkembangan musik keroncong, pada tahun 1983 Jepang mendirikan Taman Gesang di dekat Bengawan Solo. Pengelolaan taman ini didanai oleh Dana Gesang, sebuah lembaga yang didirikan untuk Gesang di Jepang.


Gesang sempat dikabarkan meninggal dunia pada tanggal 18 Mei 2010 setelah kesehatannya dilaporkan memburuk.[2]


Gesang dilarikan ke rumah sakit akibat kesehatannya menurun pada 19 Mei 2010. Selanjutnya, Gesang harus dirawat di ruang ICU karena kesehatannya terus menurun. Rumah sakit membentuk sebuah tim untuk menangani kesehatan yang terdiri dari lima dokter spesialis yang berbeda. Hingga akhirnya ia meninggal pada hari Kamis, 20 Mei 2010 pukul 18.10 WIB di Rumah Sakit PKU Muhammadiyah Surakarta.

[27/12 15.29] rudysugengp@gmail.com: Diskografi terpilih


Berbahasa Melayu/Indonesia

sunting

"Bengawan Solo"

"Jembatan Merah"

"Saputangan"

"Dunia Berdamai"

"Si Piatu"

"Roda Dunia"

"Tembok Besar"

"Seto Ohashi"

"Pandanwangi"

"Kalung Mutiara"

"Pemuda Dewasa"

"Borobudur"

"Sebelum Aku Mati"

"Bumi Emas Tanah Airku"

"Urung"

"Kemayoran"

[27/12 15.30] rudysugengp@gmail.com: Berbahasa Jawa


Banyak lagu langgam Jawa ciptaan Gesang yang dipopulerkan oleh penyanyi keroncong legendaris, Waljinah.


"Impenku"

"Kacu-kacu"

"Tirtonadi"

"Sandhang Pangan"

"Nusul"

"Nawala"

"Pamitan"

"Caping Gunung"

"Ali-ali"

"Andheng-andheng"

"Luntur"

"Dongengan"

"Jago Kluruk"

[27/12 15.31] rudysugengp@gmail.com: Prestasi


Diabadikan oleh majalah Rolling Stone Indonesia sebagai salah satu dari The Immortals: 25 Artis Indonesia Terbesar Sepanjang Masa pada tahun 2008

Apresiasi berupa 'Taman Gesang' yang dibangun di dalam kompek Taman Jurug

[27/12 15.31] rudysugengp@gmail.com: Penghargaan dan nominasi


Tahun Penghargaan Kategori Hasil

2004 Anugerah Musik Indonesia Legend Award Penerima

Taman Jurug Solo

 *Lokasi Taman Jurug di Kota Solo, Apakah Masih Ada?*


Kompas.com, 18 November 2023, 12:01 WIB


Penulis: Anggara Wikan Prasetya | Editor: Anggara Wikan Prasetya


KOMPAS.com – Belakangan ini, lagu berjudul “Taman Jurug” karya Andjar Any Singanagara, tengah populer.


Penyanyi dangdut terkenal masa kini, seperti Deny Caknan, Yeni Inka, hingga Happy Asmara, menyanyikan lagu itu dengan aransemen dangdut koplo masa kini.


Bahkan, video Taman Jurug yang dibawakan Deny Caknan di kanal YouTube, telah ditonton sekitar 16 juta orang dalam waktu 1 bulan.


Bagian lirik lagu Taman Jurug adalah:


“Ning Kutha Solo (Di Kota Solo)


Muda lan mudi (Pemuda dan pemudi)


Ing Taman Jurug (Di Taman Jurug)


Ing pinggir Bengawan Solo (Di Pinggir Bengawan Solo)”


*Lokasi Taman Jurug*


Dikutip dari laman Pemerintah Kota Surakarta (30/3/2017), Taman Satwa Taru Jurug (Taman Jurug) dibangun pada tahun 1975. 


Lokasinya ada di Jalan Ir Sutami, Jebres, Kota Surakarta yang berada di tepi Sungai Bengawan Solo. Lokasinya strategis karena berada di samping jalan utama gerbang timur Kota Solo.


Tempat ini dulunya merupakan tempat rekreasi keluarga dengan pemandangan alam yang indah, aneka satwa, permainan anak, dan tempat bersantai.


Ada pula Monumen Gesang, musisi asal Kota Solo yang merupakan pencipta lagu "Bengawan Solo"


Wisatawan bisa jalan-jalan santai tanpa khawatir kepanasan karena banyaknya pepohonan rindang.


*Taman Jurug saat ini*


Namun apabila mencari Taman Jurug saat ini, mungkin wisatawan tidak bisa menemukannya lagi.


Itu karena Taman Satwa Taru Jurug sudah berganti menjadi Solo Safari setelah direvitalisasi dan dibuka pada Jumat (27/1/2023).


Kini Solo Safari yang merupakan kerja sama Taman Satwa Taru Jurug dengan Taman Safari, menyuguhkan nuansa kebun binatang yang cantik dan tertata dengan koleksi berbagai satwa.


Ada beberapa zona yang mengelompokkan satwa, misal zona Afrika dengan satwa semacam zebra dan antilop.

ANDJAR ANY

 ANJAR ANY


*Profil Andjar Any, Pencipta Lagu Taman Jurug dan Seniman* Multitalenta

Ratna RM

Selasa, 21 November 2023 | 07:45 WIB


RIAUMAKMUR.COM - Profil Andjar Any, pencipta lagu "Taman Jurug", memiliki nama lengkap KRT Andjar Any Singanagara (nama lahir Anjdar Mudjiono).


Andjar Any Taman Jurug adalah seorang sastrawan, pencipta lagu, wartawan, dan kritikus seni asal Surakarta.


Lagu Taman Jurug ciptaan Andjar Any ini viral dinyanyikan oleh beberapa penyanyi terkenal seperti Denny Caknan dan Happy Asmara.


Andjar Any lahir pada 3 Maret 1936 dan meninggal dunia pada 13 November 2008, meninggalkan jejak karya-karya kreatifnya, termasuk lagu fenomenal "Taman Jurug" yang masih terus dikenang oleh penggemar musik Indonesia.


Andjar Any memperkaya musik Indonesia melalui karya-karya populer seperti "Jangkrik Genggong," "Yen ing Tawang Ana Lintang," "Blitar Kawentar," "Nyidham Sari," "Kasmaran (Iki Wek-e Sapa)," "Lintang Panjer Rina," dan "Petruk Dadi Ratu."


Pada era 1960-an, ketika musik Jawa mendapatkan popularitas yang meningkat, penyanyi terkemuka seperti Waldjinah menjadi penggerak utama dengan membawakan beberapa lagu ciptaan Andjar Any, menandai pengaruh besar pencipta lagu ini dalam kancah musik tradisional Indonesia.


Karya-karya musik Andjar Any mendapatkan apresiasi melalui interpretasi penyanyi-penyanyi ternama seperti Ki Narto Sabdo dan Gesang.


Pada era musik campursari dan congdut yang menjadi tren pada akhir 1980-an hingga pertengahan 2000-an, lagu-lagu ciptaannya juga menjadi favorit di tangan tokoh-tokoh seperti Manthous dan Didi Kempot, menandai keberlanjutan pengaruhnya dalam berbagai genre musik tradisional Indonesia.


Andjar Any tak hanya terampil sebagai pencipta lagu, namun juga memberikan kontribusi berharga dalam menulis cerpen atau cerkak dalam bahasa Jawa dan puisi bebas berbahasa Jawa yang dikenal sebagai geguritan.


Selain itu, minat seni Andjar Any melampaui bidang musik, mencakup seni pertunjukan.


Ia pernah menjadi pembina kelompok seni pertunjukan reog, menunjukkan kedalaman kreativitasnya dalam berbagai aspek seni tradisional Indonesia.


Andjar Any tidak hanya menjadi pencipta lagu, tetapi juga mendirikan dua kelompok musik, yaitu grup campursari Sangga Buana dan grup keroncong Hanjaringrat.


Selain itu, pengalaman wartawan yang dimilikinya mencakup peran sebagai penyunting di koran lokal Pos Kita, di mana beberapa tulisannya menjadi kronik sejarah yang berharga.


Dalam kehidupan pribadinya, Andjar Any menikahi Piyatni (Niek) dan dikaruniai lima orang anak.


Pada bulan Maret 2008, mereka merayakan peringatan pernikahan emas yang berusia 50 tahun, menandai keberhasilan dan kekokohan hubungan mereka.


Andjar Any meninggalkan kita setelah perjuangan melawan strok dalam beberapa waktu.


Jenazahnya dikebumikan di Astana Bibisluhur, Surakarta, meninggalkan warisan seni yang mendalam dan jejak kehidupan yang penuh dedikasi dalam dunia musik dan seni Indonesia.

Lirik lagu Taman Jurug



1. Lirik Lagu Taman Jurug

Ning kuto solo, muda lan mudi

Ing taman jurug ing pinggir bengawan solo

Muda lan mudi, awan lan mbengi

Do suko-suko nanging ojo ngiket janji


Cahyaning bulan nrajang pucuk ing cemoro

Angin kang teko sasat nggowo gending tresno

Banyu bengawan sinorot cahyaning bulan

Lir sewu dian alerap nggugah kenangan


Ngersakne nopo, mung sarwo ono

Ning taman jurug taman endah kuto Solo

Papan kreasi, muda lan mudi

Sing tuwo-tuwo welinge ojo nganti lali


Ning kuto solo, muda lan mudi

Ing taman jurug ing pinggir bengawan solo

Muda lan mudi, awan lan mbengi

Do suko-suko nanging ojo ngiket janji


Cahyaning bulan nrajang pucuk ing cemoro

Angin kang teko sasat nggowo gending tresno

Banyu bengawan sinorot cahyaning bulan

Lir sewu dian alerap nggugah kenangan


Ngersakne nopo, mung sarwo ono

Ning taman jurug taman endah kuto Solo

Papan kreasi, muda lan mudi

Sing tuwo-tuwo welinge ojo nganti lali


Ning kuto solo, muda lan mudi

Ing taman jurug ing pinggir bengawan solo

Muda lan mudi, awan lan mbengi

Do suko-suko nanging ojo ngiket janji


Cahyaning bulan nrajang pucuk ing cemoro

Angin kang teko sasat nggowo gending tresno

Banyu bengawan sinorot cahyaning bulan

Lir sewu dian alerap nggugah kenangan


Ngersakne nopo, mung sarwo ono

Ning taman jurug taman endah kuto Solo

Papan kreasi, muda lan mudi

Sing tuwo-tuwo welinge ojo nganti lali

Sing tuwo-tuwo welinge ojo nganti lali


2. Terjemahan Lagu Taman Jurug

Di Kota Solo anak muda dan mudi

Ke Taman Jurug di tepi Sungai Bengawan Solo

Anak muda dan mudi, siang dan malam

Semua bergembira tetapi jangan sampai mengikat janji


Cahaya bulan menerjang pucuk pohon cemara

Angin berhembus membawa irama asmara

Air Sungai Bengawan memantulkan cahaya bulan

Seperti seribu cahaya lampu yang bersinar mengingatkan kenangan


Mau apa, semua ada

Di Taman Jurug, taman yang indah di Kota Solo

Tempat kreasi, anak muda dan mudi

Yang tua mengingatkan jangan sampai lupa


Di Kota Solo anak muda dan mudi

Ke Taman Jurug di tepi Sungai Bengawan Solo

Anak muda dan mudi, siang dan malam

Semua bergembira tetapi jangan sampai mengikat janji


Cahaya bulan menerjang pucuk pohon cemara

Angin berhembus membawa irama asmara

Air Sungai Bengawan memantulkan cahaya bulan

Seperti seribu cahaya lampu yang bersinar mengingatkan kenangan


Mau apa, semua ada

Di Taman Jurug, taman yang indah di Kota Solo

Tempat kreasi, anak muda dan mudi

Yang tua mengingatkan jangan sampai lupa


Di Kota Solo anak muda dan mudi

Ke Taman Jurug di tepi Sungai Bengawan Solo

Anak muda dan mudi, siang dan malam

Semua bergembira tetapi jangan sampai mengikat janji


Cahaya bulan menerjang pucuk pohon cemara

Angin berhembus membawa irama asmara

Air Sungai Bengawan memantulkan cahaya bulan

Seperti seribu cahaya lampu yang bersinar mengingatkan kenangan


Baca juga:

Lirik Lagu Taman Jurug-Ing Kuto Solo yang Dinyanyikan Niken Salindry

Mau apa, semua ada

Di Taman Jurug, taman yang indah di Kota Solo

Tempat kreasi, anak muda dan mudi

Yang tua mengingatkan jangan sampai lupa

Yang tua mengingatkan jangan sampai lupa


“Beliau cukup produktif berkarya. Ada sekitar 1050 lagu yang diakui Muri. Namun di luar itu, total saya mencatat ada 2.000-an karya yang diciptakannya. Lagu garapannya hingga kini masih dinyanyikan penyanyi keroncong mulai dari Waldjinah sampai penyanyi generasi muda,” ujarnya ketika ditemui wartawan di Kantor Sekretariat Hamkri Solo, Kamis (17/10/2013) siang



Mangrove Wonorejo

 Desember 2023 berkunjung lagi dan naik perahu 25 ribu untuk Dewasa. Anak-anak 15 K. 


Pengunjung dapat menikmati Gazebo mulai pukul 8.00 s.d 15.30 kemudian tiap setengah jam ada perahu.

Jadi perahu 25 K untuk PP.

Disarankan untuk membeli air minum dan makanan sebelum naik perahu.


Meski ada kera, tapi disarankan untuk memberi makan pada hewan.

Juga dilarang buang sampah di pantai.


Satu lagi, DILARANG FOTO BERGEROMBOL dalam satu titik di atas jalan yang terbuat dari bambu.


Ada toilet dan Musholla, tapi airnya asin. Beberapa kali berkunjung ke tempat ini mulai 2010 hingga Juni 2023 mengalami pasang surut. Sebelum Pandemi yaitu 2019 di bawahnya, tempat ini ramai dikunjungi oleh siswa, guru, dan masyarakat untuk wisata dengan jalan kaki ke Gazebo atau naik perahu. Gazebo banyak dibangun oleh BUMN, Swasta, Pemerintah diberbagai tempat dari tempat Pemberhentian/Parkir hingga di bibir pantai. Kegiatan masyarakat tidak hanya sekedar wisata tapi di edukasi. Tahun 2020 (16 Maret) hingga pertengahan 2022, kondisi sudah mulai rapuh baik sosial, ekonomi, dan lingkungan. Untuk mengembalikan tempat ini seperti sebelumnya menemukan kendala yang cukup serius. Redanya Covid 19 hingga akhir 2022 masih belum mampu untuk mengembalikan tempat ini sebagai destinasi wisata. Mulai Januari 2023 hingga Juni 2023, Dermaga Perahu mulai dihidupkan.

Semoga kejayaan Mangrove Wonorejo Surabaya kembali normal dan segera ada yang peduli lagi sebagai konservasi alam dan edukasi bagi siswa dan masyarakat.

Tahun 2011

Wisata Magrove Wonorejo sesampai di Lokasi kita dapat menggunakan dua jalur yaitu Jalan darat dan Jalan air. Untuk Jalan Air kita menggunakan jasa Perahu dengan membayar karcis. Sesampai di titik tertentu diturunkan dan kiat bebas berjalan-jalan di Gazebu yang banyak dibangun oleh beberapa Komunitas. Hewan yang sering muncul adalah kera dan bangau putih. Setelah selesai dan puas dengan menikmati hamparan laut lepas maka kita dapat kembali dengan Perahu yang berbeda yang kebetulan bersandar di titik tertentu. Antara pejalan kaki dan naik perahu beda tujuan.

*Ekowisata Kawal Kawasan Bakau*

Kompas.com, 11 Juni 2011, 15:26 WIB


Penulis: Agnes Swetta Br. Pandia 

Editor: I Made Asdhiana


KOMPAS.com — HAMPIR setiap hari ada saja pengunjung yang ingin melihat langsung kondisi kawasan hutan bakau di Wonorejo, Kecamatan Rungkut, Surabaya, Jawa Timur. Pada akhir pekan, jumlahnya pun bisa meningkat menjadi 100 orang.


Kawasan konservasi hutan mangrove seluas 800 hektar itu sejak tahun 2008 tidak hanya gencar ditanami bakau oleh berbagai organisasi, perusahaan, dan masyarakat, tetapi wilayah itu juga menjadi tempat wisata sambil belajar tentang lingkungan.


”Pengunjung tidak sekadar menanam bakau, tapi bisa tahu burung atau hewan apa saja yang masih hidup di kawasan ini,” kata penggagas Ekowisata Mangrove Wonorejo, Joko Suwondo (67).


Sebelum tahun 2008, kawasan ini menjadi tempat pembalakan sehingga hutan bakau nyaris punah. Aktivitas pembalakan kini melanda hutan mangrove di Kali Saridamen, Kejawan Putih Tambak, Kecamatan Mulyorejo, Surabaya. Sekitar 100.000 pohon bakau di areal seluas 10.000 hektar di Mulyorejo ditebang secara ilegal.


”Wonorejo harus bebas dari pembalakan, apalagi sekarang bakau mulai tumbuh,” kata Camat Rungkut Ridwan. Di kawasan pantai timur Surabaya terdapat hutan bakau seluas 1.180 hektar, 40 persen di antaranya (472 hektar) rusak.


Saat ini di Wonorejo sudah dibangun dua gazebo untuk pengunjung yang hendak menikmati suasana laut dan hutan bakau. Di dalam hutan juga disiapkan jembatan bambu untuk memudahkan pengunjung berkeliling di kawasan itu.


Dinas Pertanian Kota Surabaya juga telah membuat papan jembatan kayu atau lintasan joging sepanjang 500 meter. Walau baru dibangun Desember 2010, saat ini kondisi jembatan itu sudah rusak, papan jebol, paku hilang, dan beton ambles, dan kini tengah diperbaiki. Keberadaan jembatan kayu pun menuai protes dari warga setempat dan aktivis lingkungan karena dinilai merusak lingkungan.


Dalam pertemuan dengan berbagai elemen pencinta lingkungan di Ekowisata Mangrove Wonorejo, Selasa (17/5/2011), pengelola mendapat banyak masukan. Sarannya, antara lain, agar di setiap pohon dipasang label tentang jenis bakau serta fungsinya. Selain itu, perlu ada penjelasan di dermaga tentang hewan serta jenis burung yang masih ada di kawasan tersebut.


*Swadaya*


Menurut Joemadi, pengurus kawasan wisata tersebut, pengelolaan lokasi masih mengandalkan swadaya warga Wonorejo. Memang ada sumbangan dari beberapa perusahaan, termasuk Pemerintah Kota Surabaya, seperti pembelian perahu dan pembuatan gazebo. Namun, pemeliharaan seluruh fasilitas menjadi tanggung jawab pengelola.


Salah satu cara mengurangi beban biaya itu adalah dengan memberlakukan tiket masuk ke kawasan wisata sebesar Rp 25.000 bagi orang dewasa dan Rp 15.000 untuk anak kecil. Tiket sudah termasuk ongkos pergi-pulang dari dermaga ke gazebo dengan lama perjalanan sekitar 15 menit.


Semua sarana itu untuk menarik minat pengunjung datang ke kawasan tersebut. ”Jika banyak kegiatan di kawasan hutan mangrove, keinginan pihak yang hendak melakukan pembalakan pasti mudah terpantau,” katanya.


Saat ini, yang ikut mengawasi kawasan tidak hanya pengunjung, tetapi juga warga yang mencari kepiting dan udang di sekitar wilayah Wonorejo. Nelayan dari sejumlah daerah juga sering melintas di kawasan hutan bakau menuju laut lepas.


Menurut Daru (34), pencinta lingkungan di Surabaya, dibandingkan dengan 15 tahun lalu, ukuran pohon bakau kini lebih kecil. Melihat kondisinya, pohon-pohon itu umumnya masih berumur 5-10 tahun, namun lingkungannya cocok untuk tempat belajar sambil berwisata.


Jadi, kata ibu dari tiga putri ini, untuk menarik minat pengunjung ke kawasan hutan mangrove, pengelola harus melibatkan warga yang mencari kepiting dan udang serta nelayan. Dengan cara ini, pelajar yang datang ke kawasan itu bisa diajari cara menangkap kepiting dan udang sehingga kegiatannya tidak sekadar wisata.


Misi menjadikan ekowisata di kawasan hutan bakau bisa tercapai karena sejak dini anak-anak sudah tahu bagaimana menanam bakau yang berfungsi untuk menjaga kelestarian alam, terutama untuk menghadang abrasi.


Sarana berwisata sambil belajar di kawasan mangrove itu sudah memadai, hanya perlu dilengkapi pemandu yang andal. Keberadaan pemandu wisata yang paham tentang seluk-beluk hutan bakau beserta isinya sangat penting. Wisatawan bisa mendapat penjelasan selama perjalanan dari dermaga ke gazebo. Kawasan hutan juga perlu dibersihkan dari sampah yang sangat mengganggu pemandangan, terutama ketika air laut surut. Pengelola harus mempersiapkan tempat sampah di beberapa lokasi strategis agar pengunjung tidak membuang sampah sembarangan.


”Persoalan yang belum ada solusi menyangkut sampah yang terbawa arus air dari segala penjuru, tapi kami terus upayakan agar kawasan lebih bersih dari sampah,” kata Joko yang gencar mengampanyekan kepada pengunjung agar tidak membuang sampah di sembarang tempat. Hutan mangrove Wonorejo kini tak pernah sepi dari berbagai kegiatan pelestarian lingkungan. (Agnes Swetta Pandia)

*Ekowisata Mangrove Wonorejo: Warisan Alam yang Tersembunyi di Balik Padatnya Kota Surabaya*

2 Juli 2021   21:20 Diperbarui: 2 Juli 2021   21:20 869 0 0


Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.P


Siapa sangka di tengah padat dan panasnya Kota Surabaya terdapat hutan mangrove yang berperan penting sebagai paru-paru dunia, habitat flora dan fauna, pengendali bencana, sekaligus menjadi tempat wisata. Diantara banyaknya hutan mangrove yang ada di Indonesia, salah satu yang menarik adalah Ekowisata Mangrove Wonorejo yang beralamatkan di Jl. Wonorejo Timur No.1, Wonorejo, Kec. Rungkut, Kota Surabaya, Jawa Timur.


Sebelum dibuka untuk umum, Ekowisata Mangrove Wonorejo merupakan wilayah hutan bakau dengan luas 500 hektar. Bakau-bakau liar tak terawat tumbuh subur di bagian pesisir timur Wonorejo ini. Pohon-pohon bakau yang ada sempat ditebang oleh sekelompok warga karena dirasa tidak ada manfaatnya. 


Setelah terjadi aksi penebangan, kemudian muncullah aksi-aksi nyata dari pegiat-pegiat lingkungan di Surabaya. Bakau-bakau liar mulai ditata rapi seseuai dengan zona-zona bakau di perairan. Setelah itu, pada tahun 2007 Mangrove Wonorejo disahkan menjadi kawasan konservasi oleh pemerintah kota Surabaya. Dan barulah kemudian pada tahun 2008, Mangrove Wonorejo pertama kali dibuka untuk umum sebagai wisata rekreasi dan edukasi.


Saat ini, Mangrove Wonorejo memiliki luas 200 hektar, yang didalamnya ditanami beraneka ragam pohon bakau seperti Akar Tanjang (Rhizophora), Api-Api (Avicennia Alba), Pidada Merah (Sonneratia Caseolaris), dan masih banyak lagi. Pohon-pohon bakau ini tumbuh subur, sehingga menjadikan kawasan wisata terlihat hijau dan membuat udara terasa sejuk.



Untuk jam operasionalnya sendiri, Ekowisata Mangrove Wonorejo dibuka mulai pukul 08.00 hingga 15.00 WIB, baik saat weekdays maupun weekend. Harga tiket yang dipatok juga tergolong murah, yakni Rp. 25.000,- untuk orang dewasa dan Rp. 15.000,- untuk anak-anak.


Saat berkunjung, kita akan disuguhkan dengan pemandangan alam berupa hijaunya hutan mangrove dan birunya langit. Selain itu, kita juga dapat merasakan sensasi serunya naik kapal menyusuri sungai. Kapal ini menjadi perantara penting, karena kita bisa sampai ke kawasan hutan mangrove apabila menggunakan kapal. Mustahil untuk berjalan kaki atau menggunakan kendaraan lain, karena ada sungai besar yang memisahkan antara area loket (yang juga menjadi pintu masuk dan pintu keluar) dan area wisata (hutan mangrove).


Di atas kapal, angin sepoi-sepoi siap menyambut dan membuat kita merasa terobati setelah menempuh perjalanan yang cukup jauh. Pohon-pohon bakau di sepanjang aliran sungai juga seakan ikut menari-nari mengikuti hembusan angin yang kencang. 


Burung-burung cantik yang senantiasa terbang di sekitaran kapal membuat indahnya pemandangan menjadi semakin komplit. Sehingga belum lengkap rasanya apabila kita tidak mengambil foto saat berada di kapal.


Setelah melewati sungai dengan jarak 5 km selama 15 menit, kita akan diturunkan di dermaga yang terbuat dari bambu. Untuk selanjutnya, kita bisa melakukan perjalanan dengan berjalan kaki di sepanjang jembatan yang juga terbuat dari bambu dengan diiringi rindangnya pohon-pohon bakau yang ada. Jika beruntung, kita bisa bertemu dengan spesies hewan langka yang ada di hutan ini, seperti monyet ekor panjang, bajing kelapa, burung cangak merah, dan hewan-hewan khas hutan bakau yang lain.


Selama berjalan-jalan di atas jembatan, kita bisa melihat berbagai jenis pohon bakau dan luasnya lautan lepas. Keindahan pemandangan alam yang ada sangat cocok untuk dijadikan sebagai latar belakang untuk kita berfoto-foto ria. Tak hanya itu, di sekitaran lokasi juga tersedia spot-spot foto yang bagus dan beraneka ragam bentuknya. 


Di sepanjang perjalanan juga tersedia gazebo-gazebo yang dibangun di pinggir pantai yang bisa kita singgahi untuk beristirahat ataupun untuk menyantap makan siang. Gazebo-gazebo yang ada ini cukup luas, sehingga cukup untuk menampung orang banyak. Saat sudah merasa puas berjalan-jalan, kita bisa kembali ke dermaga untuk menunggu penjemputan kapal, sehingga kita bisa kembali ke area loket untuk pulang.


Namun, belum lengkap rasanya apabila kita pulang tanpa membawa buah tangan berupa olahan khas tanaman bakau yang ada di mangrove wonorejo, salah satunya adalah sirup mangrove yang bisa kita beli di area loket. Sirup yang terbuat dari buah pohon mangrove berjenis Bogem (Sonneratia Casseolaris) ini memiliki manfaat untuk mengobati panas dalam, sariawan, mencegah flu, dan menjaga kestabilan tubuh. 


Meski rasanya agak aneh bagi sebagian orang, tetapi sirup ini tetap banyak diburu masyarakat karena khasiatnya yang luar biasa. Sirup dengan nama produk “Sirup Bogem” ini dijual dengan harga Rp. 25.000,- / botol. Distribusi penjualannya pun dapat dipertanggungjawabkan, karena telah mendapatkan hak paten dari Departemen Hukum dan HAM RI, PIRT dari Departemen Kesehatan dan sertfikasi halal dari Majelis Ulama Indonesia (MUI).


Dari apa yang saya dan kelompok saya amati langsung di lokasi dan setelah melakukan wawancara dengan Pak Devid, selaku salah satu pengurus di sana, kami dapat mengambil kesimpulan, bahwa kebanyakan pengunjung yang datang ke Ekowisata Mangrove Wonorejo ini adalah dari kalangan remaja (pelajar) dan orang dewasa (yang sudah memiliki anak). Kalangan pelajar biasanya datang dari rombongan sekolah untuk melakukan wisata edukasi (study tour).


Kegiatan yang biasa dilakukan para pelajar di kawasan ini adalah mempelajari lebih dalam tentang hutan mangrove, serta melakukan penanaman bibit bakau bersama-sama sebagai bentuk cinta terhadap alam. Bibit bakau ini bisa diperoleh dengan merogoh kocek sebesar Rp. 5.000,- saja. Sedangkan, pengunjung dari kalangan orang dewasa, kebanyakan datang untuk sekedar liburan ataupun berjalan-jalan bersama keluaraga.


Jumlah pengunjung yang datang ke kawasan Ekowisata Mangrove Wonorejo bisa mencapai 1.000 orang per harinya. Namun, setelah pandemi COVID-19, jumlah pengunjung menurun drastis hingga 85%. Dari yang awalnya 1.000 orang menjadi 150 orang saja per harinya. Karena pandemi COVID-19 juga, kawasan wisata ini sempat ditutup sementara selama 3 bulan.


Dalam masa pandemi seperti saat ini, Ekowisata Mangrove Wonorejo telah menerapkan protokol kesehatan sesuai dengan yang dianjurkan pemerintah. Protokol kesehatan yang diterapkan juga sudah berbasis CHSE, namun belum mendapatkan sertifikasi.


Penting bagi kita untuk selalu mematuhi protokol kesehatan dengan cara selalu memakai masker dan handsanitizer, mencuci tangan, menjaga jarak, menghindari kerumunan, serta memastikan bahwa diri kita dalam keadaan sehat. Alangkah baiknya jika kita juga menyiapkan starter pack barang-barang yang perlu dibawa saat kita akan berwisata ke tempat terbuka seperti Mangrove Wonorejo, misalnya sunscreen. 


Pemakaian sunscreen ini sangat penting, mengingat kawasan wisata ini dibalut oleh teriknya matahari yang dapat membuat kulit kita terbakar (sunburn). Selain menyiapkan sunscreen, kita juga bisa menyiapkan jenis pakaian yang akan kita pakai untuk berkunjung ke sana. Karena cuacanya yang panas, kita bisa memilih pakaian yang simple dengan tipe kain yang bagus dalam menyerap keringat, salah satunya adalah katun. Untuk alas kaki, kita bisa memilih antara menggunakan sepatu ataupun sendal. Lalu yang terakhir, ada makanan dan minuman yang juga tidak boleh ketinggalan dibawa saat pergi ke sana. Kita bisa membawanya dari rumah ataupun membelinya langsung di sekitaran lokasi.


Berkunjung ke kawasan Ekowisata Mangrove Wonorejo tentunya akan sangat menyenangkan dan menenangkan, mengingat pemandangan alam yang disuguhkan begitu cantik, seolah-olah menjadi harta karun di tengah padatnya perkotaan. Selain itu, harga tiket masuk yang tidak menguras kantong menjadi salah satu alasan yang tidak bisa kita tolak untuk tidak meluangkan waktu berkunjung ke sana bersama keluarga, teman, sahabat, atau bahkan bersama pacar.

Reni Dwi Astuti

Traveling - Parenting - Lifestyle



Home

04 April 2016

EKOWISATA MANGROVE WONOREJO SURABAYA




Ekowisata Mangrove Wonorejo Surabaya diresmikan  pada bulan April 2011. Tapi kami baru kesana bulan Maret yang lalu. Itu pun secara tidak direncanakan. Begitulah terkadang hal yang tidak direncanakan malah terealisasi duluan. Padahal keinginan untuk kesana sudah lama juga sih, tapi belum kesampaian-kesampaian juga, dan baru kali ini bisa terwujud. Ceritanya, setelah mengikuti sholat kusuf di Masjid Al Akbar Surabaya kami sarapan dulu di Soto Ayam Lamongan Cak Har langganan kami di Jalan DR. Ir. H. Soekarno (MERR).  Setelah sarapan rencananya mau pergi ke Taman Prestasi dan naik perahu. Kayla dan Athiyah pernah kami janjikan untuk naik perahu disana. Tapi kemudian rencana itu berubah ketika ingat bahwa kami pernah mengagendakan untuk berkunjung ke hutan mangrove di Wonorejo. Bertepatan setelah itu ditelpon oleh teman kami dan diminta mampir ke rumahnya di daerah Wonoayu Rungkut. Setelah selesai sarapan kami pun meluncur menuju rumah teman kami dan dilanjutkan ke Ekowisata Mangrove Wonorejo. Teman kami pun turut bersama kami pergi ke hutan Mangrove. Karena mereka sekeluarga sudah pernah kesana maka kami pun tidak kesulitan menemukan lokasinya. Tak lupa kami membawa perbekalan berupa buah rambutan, semangka dan air mineral. Susu Athiyah juga tidak boleh ketinggalan, bisa berabe acara disana bila point satu itu tertinggal.

Setibanya di lokasi kami langsung menuju ke pintu masuk yang dilengkapi dengan pendopo dengan kursi-kursi panjang yang memungkinkan  kita untuk beristirahat sejenak sembari berkaraoke ria. Saat kami datang ada juga orang yang sedang menyanyi (karaokean), disediakan juga semacam panggung kecil. Setelah membayar tiket masuk yang sudah termasuk sewa kapal, untuk dewasa Rp 25 ribu dan anak-anak di atas lima tahun Rp 15 ribu, kami pun bergegas menuju ke dermaga dimana kapal yang akan membawa kita menuju hutan bakau bersandar.


menunggu di dermaga

Melihat tempat duduk di dalam kapal yang sudah siap berangkat sudah penuh, kami sempat berpikir untuk naik kapal berikutnya. Tapi karena khawatir juga waktunya semakin sore maka kami pun ikut naik kapal itu dan duduk rame-rame di dek belakang kapal. Kapal ini muat untuk 30-35 penumpang dan dilengkapi dengan beberapa pelampung yang ada di bawah atap kapal.


duduk di dek belakang kapal


narsis dulu sebelum kapal berangkat

Semua penumpang tampak senang menikmati sensasi perjalanan kapal menyusuri sungai sepanjang 5 kilometer dengan kedalaman air sekitar 5 meter ini. Kita pun akan menemui beberapa hewan yang sering nampak yaitu burung-burung dan kera. Kayla dan Athiyah pun nampak  excited. Bagi Athiyah ini adalah pengalaman pertamanya naik kapal. Tidak ada raut wajah cemas atau takut, senang dan tertawa-tawa malah.

Oh ya selain naik kapal ada dua pilihan transportasi lain yaitu speedboat yang berkapasitas 6 orang, namun kita harus merogoh kocek agak dalam lagi karena tarifnya Rp 300 ribu. Disediakan juga kapal Pesiar “Jaya Samudera” tapi kurang tahu berapa harga tiketnya.


dari kapal lalu naik ke daratan melalui tangga ini

Setelah sekitar 20 menit naik kapal, kami pun turun ke daratan, eh naik deh maksudnya... untuk kemudian menyusuri kawasan hutan bakau  dengan melalui lintasan atau jalan yang terbuat dari anyaman bambu.Tapi harus hati-hati karena ada beberapa bagian lintasan yang sudah rusak.


lintasan dari anyaman bambu

Karena lintasan yang dilalui lumayan agak jauh, kami pun bergantian menggendong Athiyah.


Athiyah dan bapaknya

Untungnya, sesekali Athiyah minta jalan sendiri.


Athiyah asyik jalan sendiri

Apa sih sebenarnya hutan mangrove atau hutan bakau itu? Masih inget nggak pelajaran waktu di SMP dulu? Hutan bakau/mangrove merupakan hutan yang tumbuhnya di atas rawa-rawa dan terletak pada garis pantai yang dipengaruhi oleh pasang surutnya air laut.


hutan bakau Wonorejo


hutan bakau atau hutan mangrove Wonorejo

Ada beberapa manfaat yang bisa diambil dari ekowisatamangrove Wonorejo  ini, antara lain:

1.       Untuk menahan erosi dan mengurangi abrasi di Pantai Timur Surabaya atau istilah kerennya PAMURBAYA. Abrasi merupakan proses pengikisan tanah oleh air laut.

2.       Sebagai habitat bagi beberapa binatang laut seperti ikan, udang, kerang, dll. Juga sebagai tempat hidup bagi binatang darat seperti kera, burung-burung.

3.       Membantu dalam menjaga keseimbangan ekosistem di Pantai Timur Surabaya.

4.       Sebagai wahana wisata bahari atau wisata air.

5.       Sebagai sarana edukasi atau tempat pembelajaran bagi para pelajar dan mahasiswa atau siapapun yang memanfaatkannya.

Memang dalam hal ini Pemkot Surabaya patut diacungi jempol karena masih peduli dengan kelestarian lingkungan.


Kayla menyusuri hutan mangrove

Hutan mangrove Wonorejo ini merupakan proyek kerjasama Kementerian Kehutanan RI dengan Japan International Cooperation ini memiliki lahan seluas kurang lebih 200 hektar dengan kurang lebih 30 spesies binatang yang dilindungi. Di dalam hutan mangrove ini juga disediakan mushola apung dan toilet yang dibuat oleh BPN II Surabaya.


mushola apung di hutan mangrove Wonorejo


Toilet i hutan mangrove Wonorejo

Keadaan toiletnya sih sudah memprihatinkan. Kayaknya sudah harus diperbaiki lagi deh agar pengunjung yang memanfaatkan fasilitas ini semakin nyaman.

Namun, nampaknya pencemaran di wilayah hutan mangrove ini sudah tak terhindarkan lagi. Banyak sekali sampah yang berserakan di dalam hutan mangrove ini.  Sampah ini sangat mengganggu keindahan di hutan mangrove dan lebih dari itu tentu sampah ini juga mengganggu kehidupan ekosistem di dalamnya. Coba perhatikan sampah-sampah plastik di kanan kiri lintasan. Sedih dan miris deh jadinya, tapi kan nggak bisa berbuat apa-apa.


Perhatikan sampah di hutan mangrove ini

Hutannya pun penuh dengan sampah. Ini juga akibat tangan-tangan yang tidak bertanggung jawab yang membuang sampah sembarangan. Sebaiknya perlu ditambahkan beberapa tempat sampah di sepanjang lintasan agar pengunjung tidak membuang sampah sembarangan.

Di ujung lintasan, kami pun menjumpai 2 gazebo atau pondok apung bumi mangrove yang didirikan oleh Polrestabes Surabaya, Korem 084 Bhaskara Jaya, Bayangkari dan Pertamina.


Pondok Apung Bumi Mangrove


Berfoto dengan latar belakang gazebo


Sesampainya di gazebo kita bisa langsung beristirahat dan menikmati ketenangan suasana hutan mangrove yang indah, dengan semilir angin laut yang membuai mengalahkan panasnya mentari kala itu.


Bersantai di gazebo


Kakak beradik asyik menikmati suasana di gazebo


Nggak rela bapaknya tidur...eh diduduki


Menikmati semilir angin di gazebo

Sambil nyantai pun menikmati bekal yang kami bawa. Berasa memiliki pulau pribadi disini karena kebetulan pengunjung sudah sepi sehingga gazebo sebesar itu hanya kami tempati sendiri. Cukup lama juga kami berpiknik di sana. Anak-anak begitu ceria. Kami semua selonjoran nyantai disini, bahkan suamiku dan suami temanku pun tertidur pulas disini.


Athiyah mbanyol terus selama disini

Kami berada disini cukup lama dan lepas sudah semua penat yang ada. Berada jauh dari hiruk pikuk kesibukan kota sungguh sangat menenangkan dan menyenangkan. Setelah dirasa cukup dan memang waktunya juga sudah mendekati sore kami pun memutuskan untuk kembali. Jangan sampai lebih dari jam 15.30 disini lho yaa karena bisa ketinggalan kapal.


Banner peringatan

Ketika pulang Athiyah pun minta jalan sendiri meski panas banget



Sebelum turun ke kapal kita sempat foto bareng dulu


Formasi lengkap

Pulangnya Athiyah minta duduk sendiri di kapal dan minta yang bagian tepi. Kali ini kami dapat tempat duduk.


Tapi setelah beberapa menit dia sudah nampak ngantuk dan kecapekan. Sempat rewel sebentar karena nggak tahu apa maunya, akhirnya Athiyah pun tertidur pulas di pangkuanku. 

Sebenarnya masih ada jogging track yang ada disana, tapi karena Athiyah tidur dan pada kepanasan serta capek kami pun tidak kesana.

Bahkan sampai rumah pun Athiyah masih pules tidurnya.


Bagi yang ingin ke Ekowisata Mangrove Wonorejo ini jika naik mobil pribadi bisa lewat Jembatan MERR II di Jalan Ir. Soekarno lalu ambil jalan yang belok ke kiri, melewati samping kampus STIKOM Surabaya. Dari situ terus lurus ke arah timur sampai memasuki gerbang kawasan Ekowisata Mangrove Wonorejo Surabaya. 


Dan nikmati sensasi kawasan hutan mangrove-nya...

15 komentar:


Nurul Fitri Fatkhani5 April 2016 pukul 02.07

Semoga hutan mangrove ini bisa menjaga ekosistem di sekitarnya ya Mak. Sayang sekali pengunjung di sana kurang peduli dengan kebersihannya. Pemandangan jadi terganggu karena sampah yang berserakan. :(


Balas

Balasan


Reni Dwi Astuti6 September 2016 pukul 00.04

iya mbak, emang menjaga lebih sulit daripada membuatnya


Balas


Susindra5 April 2016 pukul 02.18

Wah... bisa jadi wisata keluarga yang asyik ya Mbak Reni.

Soal sampah itu.... sedih y kalau pengunjung dan warga sembrono mmbuang sampah. Kejam...


Balas

Balasan


Reni Dwi Astuti6 September 2016 pukul 00.05

sedih banget, mengurangi keindahannya yang pasti


Balas


Indra3H5 April 2016 pukul 02.35

Andai di kotaku ada wisata mangrove gini....


Balas


Kholis6 April 2016 pukul 17.55

indah ya kawasan mangrove, enak untuk ngajak keluarga


Balas

Balasan


Reni Dwi Astuti6 September 2016 pukul 00.06

betul, masih alami


Balas


Diah Kusumastuti7 April 2016 pukul 23.20

Aku udah lama juga pengen ke sana, Mbak.. Belum kesampaian sampe sekarang, hehe... Semoga ntar kalo ke sana sudah ada perbaikan terutama soal kebersihan :)


Balas

Balasan


Reni Dwi Astuti6 September 2016 pukul 00.07

segera diagendakan mbak, faiq dan fahima pasti senang


Balas


Dewi8 April 2016 pukul 16.36

Sayang masih banyak nyamuknya mbak reni...

Hehehehe


Balas

Balasan


Reni Dwi Astuti6 September 2016 pukul 00.06

wah iya ta, kok saya nggak digigit ya waktu kesana hehe


Balas


Lidya Fitrian13 April 2016 pukul 01.23

asyuk nih jalan-jalan alam kaya gini


Balas

Balasan


Reni Dwi Astuti6 September 2016 pukul 00.07

iya mbak seneng, sambil hirup oksigennya


Balas


willova13 April 2016 pukul 20.27

liburan pasti sangat menyenangkan bersama keluarga, anak-anak juga bisa nemanbah wawasan


Balas

Balasan


Reni Dwi Astuti6 September 2016 pukul 00.08

iya mbak, selain refreshing juga dapat ilmu




Kamis, 21 Desember 2023

APRESIASI PURNA TUGAS ASN 2020

APRESIASI PURNA TUGAS ASN 2020





















Kegiatan Apresiasi Purna Tugas ASN Dispendik Surabaya diadakan untuk pertama kalinya dengan mengundang 78 guru/KS Negeri dari TK/SD/SMP yang purna saat Pensiun untuk Kelahiran periode bulan November dan Desember tahun 1959.

Diprakarsai oleh Bapak Kadispendik, Drs. Supomo, MM , Selasa : 03032020 di Gedung Wanita Surabaya. Diiringi lagu Hymne guru dan Terima Kasihku (siswa siswi SMPN 1 Surabaya) ASN melewati Penapora (siswa siswi SMPN 32 Surabaya) untuk menuju tempat Wisuda dengan dipanggil satu persatu. Suasana haru dan meriah, membuat yang menyaksikan "merinding" serta larut dalam keheningan. 

Spektakuler dan terharu luar biasa dengan penampilan tanggal cantik 0303 2020 yang tak terlupakan dalam kronologis sejarah.

"Ucapan terima kasih yang sebesar-besarnya dihaturkan kepada _panjenengan_pendidik dan tenaga kependidikan yang mengabdikan diri mencetak generasi emas" ucap Supomo.

Terima kasih, Bapak Kadispendik Surabaya beserta Kesekretariatan, Kabid, Kasi, Staff, dan Bank Jatim. Semoga selalu memperhatikan nasib pendidik dan tenaga kependidikan di kota Surabaya lebih sejahtera.

Secara kebetulan istri saya sebagai salah satu yang ikut gembira dalam Apresiasi Purna Tugas ASN dalam bingkai pedang pora.

Video : https://youtu.be/0Zzc52IvJkQ

#dispendiksby #apresiasigurusurabaya #pgriindonesia #pgrisurabaya #nadiemmakarim #banggasurabaya #lovesurabaya #pemkotsurabayaRESIASI PURNA TUGAS ASN 2020

Kegiatan Apresiasi Purna Tugas ASN Dispendik Surabaya diadakan untuk pertama kalinya dengan mengundang 78 guru/KS Negeri dari TK/SD/SMP yang purna saat Pensiun untuk Kelahiran periode bulan November dan Desember tahun 1959.

Diprakarsai oleh Bapak Kadispendik, Drs. Supomo, MM , Selasa : 03032020 di Gedung Wanita Surabaya. Diiringi lagu Hymne guru dan Terima Kasihku (siswa siswi SMPN 1 Surabaya)  ASN melewati Penapora (siswa siswi SMPN 32 Surabaya) untuk menuju tempat Wisuda dengan dipanggil satu persatu. Suasana haru dan meriah, membuat yang menyaksikan "merinding" serta larut dalam keheningan.

Spektakuler dan terharu luar biasa dengan penampilan tanggal cantik 0303 2020 yang tak terlupakan dalam kronologis sejarah.

"Ucapan terima kasih yang sebesar-besarnya dihaturkan kepada _panjenengan_pendidik dan tenaga kependidikan yang mengabdikan diri mencetak generasi emas" ucap Supomo.

Terima kasih, Bapak Kadispendik Surabaya beserta Kesekretariatan,  Kabid, Kasi, Staff, dan Bank Jatim. Semoga selalu memperhatikan nasib pendidik dan tenaga kependidikan di kota Surabaya lebih sejahtera.

Secara kebetulan istri saya sebagai salah satu yang ikut gembira dalam Apresiasi Purna Tugas ASN dalam bingkai pedang pora.

Video : https://youtu.be/0Zzc52IvJkQ

#dispendiksby #apresiasigurusurabaya #pgriindonesia #pgrisurabaya #nadiemmakarim #banggasurabaya #lovesurabaya #pemkotsurabaya





Hari Ibu apa Hari Kartini

 *Hari Ibu apa Hari Kartini*



Ada dua kelompok wanita di Indonesia ini yang dijadikan sebagai peringatan bersejarah.

Peringatan Hari Kartini ditetapkan secara resmi melalui Keputusan Presiden Republik Indonesia No.108 Tahun 1964 yang ditandatangani pada tanggal 2 Mei 1964 yang didalamnya juga memuat penetapan Kartini sebagai Pahlawan Kemerdekaan Nasional.

Kehadiran Kartini yang dianggap sebagai Emansipasi Wanita atau persamaan Gender Laki-laki dan perempuan di Indonesia. Bahkan Lirik lagu Ibu Kita Kartini diciptakan oleh W.R Supratman pada saat diselenggarakannya Kongres Wanita Indonesia I di Yogyakarta tanggal 22-25 Desember 1928 di Yogyakarta (Gedung Dalem Jayadipuran) yang dihadiri 30 organisasi wanita dari 12 kota di Jawa dan Sumatra.

Organisasi wanita di Indonesia telah ada sejak 1912 yaitu "*Putri Mardiko*" terinspirasi perjuangan Kartini, Martha Christina Tiahahu, Cut Nyak Meuthia, Maria Walanda Maramis, Dewi Sartika, Nyai Ahmad Dahlan, Cut Nyak Dien, Rasuna Said, Nyi Ageng Serang, Malahayati, Ratu Kalinyamat, dll.

Kongres Perempuan Indonesia I dipimpin antara lain RA Soekanto, Nyi Hajar Dewantara dan Soekatin dan membentuk PPI (Perikatan Perempuan Indonesia) sebagai wadah memajukan hak-hak Perempuan.

   Pada Peringatan Kongres Perempuan Indonesia III di Bandung 23-28 Juli 1938 secara resmi menetapkan bahwa tanggal 22 Desember sebagai hari Ibu, namun secara resmi setelah Presiden Sukarno tgl. 16 Desember mengeluarkan Dekrit Presiden No. 316 tahun 1959.

*Perlu diketahui sebelum Indonesia Merdeka Kaum Wanita telah 4 X menyelenggarakan Kongres.*

Terlepas adanya Kontroversi di era belakangan ini, Kaum wanita/perempuan di Indonesia harus bersyukur bahwa telah memiliki dua hari bersejarah dalam memperjuangkan kemandirian di segala bidang.

Menginjak 95 tahun hari Ibu pada tahun ini kaum wanita harus tetap menjadi sosok yang wajib dihormati dan dihargai karena hanya wanita yang berhak menurunkan generasi berikutnya.

Hanya Ibu yang mampu membawa nasib bangsa selama 9 bulan 10 hari kemana-mana dengan taruhan nyawa sebelum hadir di dunia hingga umur puluhan tahun.

Bahkan setelah Ibu tiada banyak yang diangkat menjadi Pahlawan di Indonesia, seperti tahun ini dengan Kepres No. 115-TK-TH-2023, pemerintah menganugerahkan Gelar Pahlawan Nasional kepada Ratu Kalinyamat.

Meski kadang-kadang ada Ibu yang kurang dihargai sebagai Pahlawan Rumah Tangga.

Surabaya, 22 Desember 2023

_Rudy SP_

Senin, 18 Desember 2023

HARI BELA NEGARA

 *HARI BELA NEGARA*

     Kemerdekaan Indonesia yang telah dikumandangkan 17 Agustus 1945, tidak serta   merta mendapat pengakuan negara lain.

Apalagi Belanda yang didukung oleh Sekutu tidak rela jika Indonesia yang kaya makmur berdiri sendiri.

     Usaha melumpuhkan Pemerintah Indonesia ditempuh dengan cara serangan Agresi Militer yaitu : 21 Juli 1947 dan 19 Desember 1948.

Saat serangan Agresi Militer Belanda II di Yogyakarta, Presiden Sukarno,  Wapres Moh. Hatta, PM Syahrir dan beberapa Menteri ditawan oleh Belanda.

Jendral Sudirman memilih melanjutkan perang Gerilya bersama pasukan TNI dan rakyat, karena berhasil meloloskan diri dengan bantuan dokter dan perawat yang _menyamarkan_ sebagai pasien biasa meski dalam kondisi sakit.

Nyaris Pemerintah Indonesia dianggap ambruk.

    Tgl. 19 Desember 1948, usai Sidang Kabinet di Yogyakarta, Presiden Sukarno mengirimkan telegram kepada Menteri Persemakmuran yang berada di Bukittinggi (Sumbar) untuk mendirikan PDRI (Pemerintah Darurat Republik Indonesia).

Meski telegram tersebut belum sampai dan atas inisiatif Syafruddin maka dibentuklah Pemerintah Indonesia dari Jarak jauh.

    Kabar berdirinya Pemerintah Darurat Republik Indonesia ini sampai juga ke telinga Dewan Keamanan PBB di New York berkat usaha Lambertus N.Palar dan Mr. AA Maramis (Menlu PDRI yang berkedudukan di India) dan dr. Sudarsono.

   Berdasarkan Kepres No. 28 tahun 2006, ditetapkan Hari Bela Negara semasa Presiden SBY.

     Syafruddin Prawiranegara adalah Presiden Indonesia yang mendapat pengakuan di luar negeri meski di negeri sendiri tidak tertulis di Sejarah.

     Namanya saja PEMERINTAH DARURAT REPUBLIK INDONESIA.

     Terlepas dari itu semua bahwa Pemimpin Indonesia pada masa itu dengan berbagai macam perbedaan selalu kompak dalam usaha Bela Negara.

     Jangan lupa peran Sri Sultan Hamengku Buwono IX sangat menakutkan juga bagi Belanda bahkan merelakan kota Yogyakarta menjadi Ibu Kota Negara di masa Revolusi/Perang.


Surabaya, 19 Desember 2023

RUDY SP

Apresiasi Guru Surabaya 2019

Apresiasi Guru Surabaya 2019















































  Syukuran Guru, 22 November 2019 di halaman Dispendik Surabaya dengan acara Padus, Band, dan Campursari mulai pukul 18.00. Hadir Kadispendik yang baru yaitu Drs. Supomo, MM yang dilantik 11 November 2019 menggantikan Bp. Ikhsan yang dipromosikan sebagai Asisten Perekonomian dan Pembangunan Pemkot Surabaya, Ketua PGRI, Dewan Pendidikan, dan Kepala Sekolah TK, SD dan SMP. 

  Serangkaian lomba meliputi Bahan Ajar, Media, dan PTK  diadakan di Balai Pemuda. Untuk yang lolos memasang Poster. (26-28 November 2019). Bagi yang masuk 6 besar mengadakan Presentasi di SDN Kaliasin I, 28 November 2019. Sore hari dibacakan pengumuman Juara dan Pembagian hadiah berupa uang.

  Seminar Pendidikan 27 November 2019, diadakan di Balai Budaya dengan BachrulAmiq, Rektor Universitas Dr Soetomo selaku narasumber menuturkan, "Guru merupakan profesi mulia. Kunci sukses sesorang adalah patuhi kedua orang tua.", , diikuti oleh 236 peserta, 9 KS SD, 14 KS SMP, 3 KS TK, 1 Penilik, yang lain guru TK, SD, SMP dan tenaga kependidikan.

  Puncak Apresiasi Guru untuk semua Guru dan Tenaga Kependidikan, 30 November 2019.  Suasana meriah dengan kehadiran orang nomor 1 di Surabaya yaitu Ibu Walikota, Dr.HC. Ir. Tri Rismaharini Harini, M.T., Asisten Perekonomian dan Pembangunan Bp. Ikhsan, dan Ketua Bappeko Eri Cahyadi. Untuk pertama kalinya Semarak Apresiasi Guru ke-8 dengan Pimpinan Baru : Mantan Kadinsos Surabaya (Bp. Supomo).I stri pak Supomo (Guru Ketrampilan SMPN) tetap berada di lapangan, meski suaminya sedang menjabat.

  Acara dominasi warna merah oleh tampilan guru Perempuan dari TK, SD, dan SMP se kota Surabaya. Untuk kalangan siswa ditampilkan tari kolosal siswa SMP, Paduan Suara sisi Utara, dan Band di sisi Selatan yang didahului oleh Campursari. Panggung Tengah sisi sebelah Barat yang merupakan panggung kehormatan diisi oleh Forpimda Pemkot Surabaya, Dewan Pendidikan, Pengurus PGRI, KS, Guru berprestasi, dan Siswa Yatim/piatu perwakilan SD dan SMP. (Untuk 30+271) Jumlah guru yang hadir sekitar 25 ribu orang. 

#ikhsan_sby #apresiasigurusurabaya #banggasurabaya #pgrisurabaya #nadiemmakarim #Kemendikbudristek #pgriindonesia #dispendiksby by #lovesurabaya (Guru Ketrampilan SMPN 36 Surabaya) tetap berada di lapangan, meski suaminya sedang menjabat.


  

Lagu nasional

  Lagu nasional Tanah Airku Tanah air ku tidak kulupakan Kan terkenang selama hidupku Biarpun saya pergi jauh Tidak kan hilang dari kalbu Ta...