DetikPedia
Peristiwa 19 September dalam Sejarah: Perobekan Bendera di Hotel Yamato
Nikita Rosa - detikEdu
Senin, 19 Sep 2022 10:30 WIB
Refleksi perobekan bendera Belanda di Hotel Yamato. Foto: Zainal Effendi/detikcom
Jakarta - Tepat 77 tahun yang lalu, tanggal 19 September 1945 silam, terjadi peristiwa perobekan bendera Belanda oleh pemuda Surabaya.
Disebutkan dalam Modul Sejarah Indonesia Kelas XI oleh Kemendikbud, insiden perobekan bendera terjadi di Hotel Yamato, Jalan Tunjungan, Surabaya. Peristiwa ini terjadi sebelum Pertempuran 10 November meletus.
Sejarah Perobekan Bendera Belanda di Hotel Yamato
Pada saat itu, orang-orang Belanda bekas tawanan Jepang menduduki Hotel Yamato dengan dibantu pasukan Sekutu. Di bawah kepemimpinan Victor W. Charles Ploegman, mereka lalu mengibarkan bendera Belanda berwarna merah putih biru di puncak Hotel Yamato.
Menurut buku Ensiklopedia Sejarah Lengkap Indonesia dari Era Klasik sampai Kontemporer oleh Adi Sudirman, tindakan ini memancing amarah para pemuda Surabaya. Mereka beranggapan tindakan orang-orang Belanda itu adalah bentuk penghinaan pada kemerdekaan Indonesia 17 Agustus di tahun yang sama.
Selain itu, tindakan mereka juga dianggap sebagai bentuk simbol Belanda mengembalikan kekuasaannya di Indonesia sekaligus melecehkan gerakan pengibaran bendera Merah Putih yang sedang berlangsung di Surabaya.
Residen Surabaya Sudirman kemudian meminta Belanda menurunkan bendera tersebut, namun Belanda menolaknya. Gagal dalam berunding, Hotel Yamato lalu diserbu para pemuda sehingga terjadi bentrokan.
Beberapa pemuda berhasil memanjat atap hotel dan menurunkan bendera Belanda yang berkibar di puncak Hotel Yamato. Pemuda lalu merobek warna biru di bendera tersebut dan mengibarkan kembali sebagai bendera Merah Putih. Peristiwa itu dikenal sebagai insiden perobekan bendera Belanda.
Faktor Penyebab Perobekan Bendera Belanda di Hotel Yamato
1. Belanda dinilai memprovokasi dengan mengibarkan bendera merah putih biru
2. Gagalnya perundingan antara Residen Sudirman dengan Victor W. Charles Ploegman untuk menurunkan bendera Belanda
3. Massa Indonesia mengetahui situasi perundingan tidak berjalan baik sehingga masuk ke Hotel Yamato
Akhir dari Insiden Perobekan Bendera Belanda di Hotel Yamato
Kejadian ini semakin diperparah dengan kedatangan Brigadir Jenderal AWS Mallaby dan Brigade 49 di Surabaya pada 25 Oktober 1945. Pasukan ini bertugas melucuti tentara Jepang dan menyelamatkan interniran Sekutu.
Brigjen Mallaby lalu bertemu dengan perwakilan masyarakat Jawa Timur yang dipimpin oleh RMTA Soerjo. Kedua pihak di antaranya sepakat Inggris tidak menyertakan Angkatan Perang belanda di pasukannya, bekerja sama untuk menjamin keamanan dan ketentraman, membentuk kontrak biro kerja sama, dan Inggris hanya akan melucuti senjata tentara Jepang.
Perjanjian itu dilanggar oleh Mallaby dan pasukannya. Konflik bersenjata akhirnya meletus pada 27 Oktober 1945. Pada peristiwa ini, masyarakat Surabaya menyerang pusat kedudukan Inggris.
Insiden perobekan bendera Belanda itu pun berujung pada konflik di bulan Oktober dan memuncak pada pertempuran 10 November 1945.
Pertempuran 10 November terjadi selama tiga minggu dan menewaskan sekitar 6.000 rakyat Surabaya seperti disebut dalam buku Perang dan Revolusi Indonesia dalam Arus Sejarah jilid 6 oleh Imran, Amrin, dkk.
Pertempuran 10 November akhirnya ditetapkan sebagai Hari Pahlawan melalui Keppres Nomor 316 tahun 1959 pada 16 Desember 1959. Dalam Sejarah Nasional Indonesia VI oleh Poesponegoro, Marwati Djoened dan Nugroho Notosusanto, konflik yang dimulai melalui insiden perobekan bendera Belanda itu resmi berakhir pada 28 November 1945 di Gunungsari, Banten.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar