Selasa, 05 April 2022

Sejarah Puasa Ramadan, Lengkap dengan Keutamaan Bagi yang Melakukannya

 

Sumber bahan : Anatasia Anjani - detikEdu

Senin, 04 Apr 2022 04:00 WIB


Jakarta - Sejarah puasa Ramadan tidak dapat dipisahkan dari peristiwa penting hijrah Nabi Muhammad SAW ke Madinah. Hijrah tersebut dilakukan untuk menghindari gangguan kaum musrik Quraisy.

Puasa Ramadan diwajibkan pada Nabi Muhammad SAW dan umatnya pada bulan Sua'ban tahun 2 Hijriyyah dengan cara dan model yang dilakukan umat Islam selama ini.


Ibadah fisik atau ritual Islam yang diwajibkan antara lain yaitu salat, azan, dan iqamat. Ibadah itu dilakukan setelah menempuh peletakan dasar keimanan melalui hijrah ke Madinah.




Menurut Imam al Qurthubi seperti yang dikutip dari buku Misteri Bulan Ramadan karya Yusuf Burhanudin, yang pertama kali berpuasa saat Ramadan adalah Nabi Nuh as. Nabi Nuh melakukannya saat turun dari perahunya setelah badai menimpa negeri umatnya.


Puasa saat zaman Nabi Nuh dilakukan sebagai tanda dan rasa syukur kepada Allah SWT atas keselamatan dirinya dan kaumnya dari badai dan banjir.


Adapun sebelum ayat yang mewajibkan puasa turun, umat Islam biasa berpuasa wajib pada 10 Muharram atau yang dikenal dengan hari Asyura.


Sementara itu, ketika Nabi Muhammad SAW tiba di Madinah semasa peristiwa hijrah, Muhammad melihat orang-orang Yahudi juga biasa berpuasa setiap tanggal 10 Muharram.


Muhammad lalu bertanya kepada salah satu dari mereka, apa sebabnya melakukan puasa. Orang-orang Yahudi menjawab berpuasa karena Allah telah menyelamatkan Nabi Musa as dan kaumnya dari serangan Firaun. Nabi Musa as lalu berpuasa pada hari 10 Muharram sebagai bentuk syukur kepada Allah.


Nabi Muhammad SAW menjelaskan peristiwa tersebut kepada umatnya kemudian memerintahkan umat Islam agar berpuasa pada tanggal 10 Muharram.


Pada awalnya, umat Islam wajib berpuasa hingga waktu maghrib. Setelah berbuka mereka diperbolehkan makan, minum, dan bersetubuh hingga salat isya dan tidur. Mereka tidak diperbolehkan lagi makan, minum, atau bersetubuh hingga tiba saatnya waktu berbuka.


Praktik itu benar-benar menyulitkan umat Islam sehingga banyak yang melanggar larangan tersebut.


Kemudian, Allah SWT menurunkan surah al-Baqarah ayat 187 yang mengganti praktik tersebut.


Surat Al-Baqarah Ayat 187 أُحِلَّ لَكُمْ لَيْلَةَ ٱلصِّيَامِ ٱلرَّفَثُ إِلَىٰ نِسَآئِكُمْ ۚ هُنَّ لِبَاسٌ لَّكُمْ وَأَنتُمْ لِبَاسٌ لَّهُنَّ ۗ عَلِمَ ٱللَّهُ أَنَّكُمْ كُنتُمْ تَخْتَانُونَ أَنفُسَكُمْ فَتَابَ عَلَيْكُمْ وَعَفَا عَنكُمْ ۖ فَٱلْـَٰٔنَ بَٰشِرُوهُنَّ وَٱبْتَغُوا۟ مَا كَتَبَ ٱللَّهُ لَكُمْ ۚ وَكُلُوا۟ وَٱشْرَبُوا۟ حَتَّىٰ يَتَبَيَّنَ لَكُمُ ٱلْخَيْطُ ٱلْأَبْيَضُ مِنَ ٱلْخَيْطِ ٱلْأَسْوَدِ مِنَ ٱلْفَجْرِ ۖ ثُمَّ أَتِمُّوا۟ ٱلصِّيَامَ إِلَى ٱلَّيْلِ ۚ وَلَا تُبَٰشِرُوهُنَّ وَأَنتُمْ عَٰكِفُونَ فِى ٱلْمَسَٰجِدِ ۗ تِلْكَ حُدُودُ ٱللَّهِ فَلَا تَقْرَبُوهَا ۗ كَذَٰلِكَ يُبَيِّنُ ٱللَّهُ ءَايَٰتِهِۦ لِلنَّاسِ لَعَلَّهُمْ يَتَّقُونَ


Arab-Latin: Uḥilla lakum lailataṣ-ṣiyāmir-rafaṡu ilā nisā`ikum, hunna libāsul lakum wa antum libāsul lahunn, 'alimallāhu annakum kuntum takhtānụna anfusakum fa tāba 'alaikum wa 'afā 'angkum, fal-āna bāsyirụhunna wabtagụ mā kataballāhu lakum, wa kulụ wasyrabụ ḥattā yatabayyana lakumul-khaiṭul-abyaḍu minal-khaiṭil-aswadi minal-fajr, ṡumma atimmuṣ-ṣiyāma ilal-laīl, wa lā tubāsyirụhunna wa antum 'ākifụna fil-masājid, tilka ḥudụdullāhi fa lā taqrabụhā, każālika yubayyinullāhu āyātihī lin-nāsi la'allahum yattaqụn.


Artinya: Dihalalkan bagi kamu pada malam hari bulan puasa bercampur dengan isteri-isteri kamu; mereka adalah pakaian bagimu, dan kamupun adalah pakaian bagi mereka. Allah mengetahui bahwasanya kamu tidak dapat menahan nafsumu, karena itu Allah mengampuni kamu dan memberi maaf kepadamu. Maka sekarang campurilah mereka dan ikutilah apa yang telah ditetapkan Allah untukmu, dan makan minumlah hingga terang bagimu benang putih dari benang hitam, yaitu fajar. Kemudian sempurnakanlah puasa itu sampai (datang) malam, (tetapi) janganlah kamu campuri mereka itu, sedang kamu beri'tikaf dalam mesjid. Itulah larangan Allah, maka janganlah kamu mendekatinya. Demikianlah Allah menerangkan ayat-ayat-Nya kepada manusia, supaya mereka bertakwa.


Keutamaan Berpuasa Ramadan

Setelah mengetahui sejarah puasa Ramadan, berikut adalah keutamaan puasa Ramadan:


1. Memiliki bau mulu yang disukai Allah SWT

Saat berpuasa, bau mulut akan muncul. Namun bau mulut tersebut dipandang Allah SWT sebagai sebuah keutamaan.


2. Doanya Dikabulkan Allah SWT

Bulan Ramadan adalah waktu dikabulkannya doa-doa. Doa yang dipanjatkan selama berpuasa akan menjadi doa yang mustajab.


3. Dilindungi dari Setan

Ketika bulan Ramadan setan akan dikurung dan tidak dapat mengganggu manusia saat berpuasa. Setan juga tidak gampang menggoda orang yang sedang berpuasa untuk melakukan dosa karena dibelenggu oleh Allah SWT.



4. Mendapatkan Surga Ar-Rayyan

Salah satu keutamaan paling sempurna yang akan didapatkan oleh orang yang berpuasa adalah masuk surga melalui pintu ar-Rayyan.


Pintu ar-Rayyan secara khusus diberikan oleh Allah SWT kepada orang yang menjalankan ibadah puasa. Puntu ini tidak akan dilalui oleh siapapun kecuali orang yang berpuasa saja.


Nah itulah sejarah puasa Ramadan dan keutamaanya. Selamat berpuasa Sahabat Hikmah!

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

62-75 Kisah Fiktif Mbedug

 [20/7 12.44] rudysugengp@gmail.com: Bab Mbedug Mulai 62 [20/7 12.44] rudysugengp@gmail.com: Lanjutan bab 62 Perjalanan bus ke Mbedug Kediri...