Minggu, 06 Februari 2022

DIMANA WR SUPRATMAN ?





















Pertanyaan 5 W 1 H akan membuka mata kita tentang jati diri seseorang.

Tak kenal, maka tak sayang.

Setiap hari Senin, sebelum 16 Maret 2020,  kita terutama yang ada di  Sekolah selalu memberikan petuah pada murid tentang Etika,  tata Krama, kepribadian, dan Reno Mangan Gotri hingga akhirnya menuju Profil Pelajar Pancasila.

Tiga kata terakhir hanya muncul di kala Daring.

Tingkat SD/sederajat hingga Sekolah Menengah atas/sederajat tak lupa menampilkan siswa dan guru secara bergantian sebagai Petugas Upacara.

Apa hubungannya dengan WR Supratman ?

Nanti dulu.

Setiap Senin, siswa diperkenalkan dengan 5 piranti persatuan dan kesatuan bangsa.

Pancasila, Bendera Merah Putih, Garuda Pancasila, Bahasa Indonesia, dan Lagu Kebangsaan Indonesia Raya.

Piranti Kebanggaan NKRI selalu tampil di setiap Upacara Bendera.

Nah ..jelaslah, bahwa di sini muncul banyak tokoh, pejuang, nilai kesejarahan.

Salah satunya sesuai judul di atas yaitu WR SUPRATMAN.

Tanggal lahirnya 9 Maret 1903, diperingati sebagai Hari Musik.

Lahir di Purworejo.

Mendapat tambahan Rudolf dari kakak iparnya agar dapat bersekolah sejajar dengan bangsa Belanda di Makasar_Sulawesi.

Wafat 17 Agustus 1938. 

Tanggalnya persis seperti tanggal Proklamasi 7 tahun kemudian.

Dimakamkan di Kuburan Rangkah bersama dengan warga umumnya.

Baru kemudian disendirikan dan dipindahkan ke Makam yang sekarang di Tambak Segaran/Kenjeran_Surabaya.

Sebelum wafat tinggal di rumah rumah kakaknya setelah melakukan hidup nomaden berpindah-pindah dari kota ke kota, hingga hari ini di Jalan Mangga No. 21 depan seberang jalan Gelora 10 November (yang dibangun tahun 1969/PON VII_Surabaya)  Posisi rumah tersebut dekat SDN Tambaksari I/Jl. Mundu & SDN Tambaksari III/Jl. Salak).

Tahun 2018 bulan November tgl. 10 dijadikan Museum WR SUPRATMAN oleh Ibu Tri Rismaharini.

Sebelum wafat, beliau harus menerima siksaan lebih dahulu di Penjara Kali Sosok.

Mengapa ?

Karena Menyanyikan Lagu MATAHARI TERBIT dan dianggap membela Jepang. Karena tak terbukti barulah dilepaskan, setelah 10 hari disiksa Belanda dan dikembalikan di Jalan Mangga No.21 dalam keadaan parah.

Bahkan setelah WR SUPRATMAN wafat, lagu tersebut tetap dilarang sejak 1939.

Padahal syair terakhir ada kata..."Indonesia Tanah Airku".

Sebelum di tangkap, Beliau baru saja diskusi dengan Dr. Sutomo di Jalan Bubutan. 


Hanya karena lagu yang dinyanyikan dengan iringan Biola sejak 28 Oktober 1928, hidupnya was-was dan mendapat tekanan dari Penjajah Belanda. Lagu lainnya : Ibu Kita Kartini (1929) dan Di Timur Matahari (1931) dll.

Satu lagi karya WR SUPRATMAN yaitu Perawan Desa yang isinya mengisahkan kebencian pada Penjajah Belanda juga dilarang beredar/terbit. Sebagai Komponis, Sastrawan, Wartawan yang taat beragama Islam memiliki integritas yang tinggi terhadap bangsanya.

Perlukah kita mengenalkan sosok WR SUPRATMAN kepada siswa atau generasi muda ?

Terserah kepada semua masyarakat terutama Insan Pendidik. 

Sejarah bukan dongeng tapi tetap harus di dongengkan kepada generasi penerus agar memetik buah perjuangan dan pengorbanan dari tokoh-tokoh.


Tidak ada komentar:

Posting Komentar

ASAL-USUL AIRLANGGA, RAJA JAWA YANG SEMPAT JADI GLANDANGAN

 ASAL-USUL AIRLANGGA, RAJA JAWA YANG SEMPAT JADI GLANDANGAN Airlangga adalah Raja dari Kerajaan Medang Kemulan pertama, sebelum menjadi Raja...