Minggu, 26 Oktober 2025

No. 51-70 Candi di Jatim

 51. Buatlah Risalah tentang Candi di Jawa Timur yaitu :

Candi Klinterejo (Sooko, Mojokerto).


Berikut Risalah Candi Klinterejo (Sooko, Mojokerto) versi teks (siap dijadikan risalah gambar krem seperti seri sebelumnya):


🏛️ RISALAH CANDI KLINTEREJO – SOOKO, MOJOKERTO

Letak dan Sejarah

Candi Klinterejo terletak di Desa Klinterejo, Kecamatan Sooko, Kabupaten Mojokerto, Jawa Timur. Candi ini termasuk salah satu peninggalan penting dari masa Kerajaan Majapahit, dan diyakini dibangun pada abad ke-14 Masehi.

Menurut prasasti dan bukti arkeologis, Candi Klinterejo dibangun untuk memuliakan Dyah Hayam Wuruk, raja besar Majapahit, serta menjadi tempat pemujaan bagi arwah Raja Bhre Kahuripan (Sri Tribhuwana Tunggadewi atau Gayatri Rajapatni, tergantung interpretasi sumber).


Arsitektur dan Bahan

Candi Klinterejo dibuat dari batu andesit dengan bentuk persegi berukuran kecil hingga sedang. Gaya bangunannya menunjukkan pengaruh kuat arsitektur Majapahit akhir, dengan hiasan relief halus dan ukiran bermotif bunga, sulur, serta makhluk mitologis.

Candi ini dahulu memiliki arca perwujudan Gayatri Rajapatni, yang kini disimpan di Museum Nasional Indonesia di Jakarta. Arca tersebut menggambarkan sosok wanita bijaksana dalam posisi duduk padmasana, membawa simbol kebijaksanaan.


Fungsi dan Makna

Candi Klinterejo berfungsi sebagai candi pendharmaan (pemujaan arwah raja atau tokoh besar). Dalam konteks sejarah Majapahit, candi ini menunjukkan penghormatan mendalam terhadap leluhur kerajaan serta ajaran Buddha dan Siwa yang hidup berdampingan pada masa itu.

Selain nilai spiritual, keberadaan candi ini juga menjadi bukti pusat keagamaan dan kebudayaan Majapahit di wilayah Mojokerto, yang dikenal sebagai jantung kerajaan.


Kondisi dan Pelestarian

Kini, sisa-sisa Candi Klinterejo berada di area terbuka dengan beberapa bagian sudah tidak utuh. Pemerintah daerah dan Balai Pelestarian Kebudayaan Wilayah XI terus melakukan pemugaran dan perlindungan situs, agar warisan budaya Majapahit ini tetap lestari.

Pengunjung dapat melihat pondasi asli, batu bersurat, dan fragmen arca di lokasi yang tenang di tengah perkampungan Desa Klinterejo.


Nilai Historis

Candi Klinterejo bukan sekadar peninggalan arkeologis, melainkan penanda perjalanan spiritual dan politik Majapahit. Dari sinilah, kita mengenang kebesaran masa lalu—bahwa kebudayaan Nusantara pernah mencapai puncak kejayaan dan toleransi tinggi dalam kehidupan beragama.


🕊️ “Dari batu yang tersisa, kita membaca hikayat kebijaksanaan dan cinta tanah air dari masa Majapahit.”




52. Buatlah Risalah tentang Candi di Jawa Timur yaitu :

Candi Gentong


Berikut teks Risalah Candi Gentong dalam gaya historis khas risalah candi-candi Jawa Timur:


RISALAH CANDI GENTONG – JAWA TIMUR

Lokasi:
Candi Gentong terletak di Dusun Gentong, Desa Candirejo, Kecamatan Trowulan, Kabupaten Mojokerto, Jawa Timur. Situs ini termasuk dalam kawasan purbakala Trowulan, yang dahulu merupakan pusat Kerajaan Majapahit.

Deskripsi Umum:
Candi Gentong merupakan salah satu dari tiga kompleks percandian di daerah ini, bersama dengan Candi Tengah dan Candi Gedong. Kini yang tersisa hanya bagian kaki dan sebagian tubuh candi dari batu bata merah, menandakan bahwa bangunan ini dahulu cukup besar dan megah.

Bahan dan Arsitektur:
Candi ini dibuat dari bata merah, seperti kebanyakan bangunan Majapahit lainnya. Struktur dasarnya berbentuk persegi, dengan sisa pondasi dan tangga naik di sisi barat. Arsitekturnya menunjukkan perpaduan antara gaya Hindu dan unsur lokal Majapahit.

Fungsi dan Makna:
Diduga Candi Gentong berfungsi sebagai tempat peribadatan atau pemujaan dewa tertentu, kemungkinan besar berkaitan dengan keagamaan Hindu-Siwa. Namun sebagian ahli juga berpendapat bahwa kawasan ini mungkin merupakan bagian dari kompleks permukiman suci atau vihara Majapahit.

Temuan Arkeologis:
Dalam penggalian ditemukan fragmen arca, yoni, dan batu bata berukir. Posisi candi-candi di kawasan Gentong menunjukkan tata letak yang simetris, menandakan adanya perencanaan religius dan simbolik dalam pembangunannya.

Nilai Historis:
Candi Gentong menjadi saksi bisu kemegahan Majapahit yang menempatkan seni arsitektur, keagamaan, dan teknologi bangunan pada puncak kejayaannya di abad ke-14–15 M. Kini situs ini menjadi objek penelitian penting dalam memahami lanskap spiritual dan budaya masa Majapahit.

Keterangan Tambahan:
Nama “Gentong” kemungkinan berasal dari temuan wadah besar menyerupai gentong di sekitar lokasi saat pertama kali ditemukan oleh penduduk setempat.




53. Buatlah Risalah tentang Candi di Jawa Timur yaitu :

Gapura Wringin Lawang (tipe candi bentar)


Berikut Risalah Candi Wringin Lawang (Tipe Candi Bentar) versi teks lengkap:


🏛️ RISALAH GAPURA WRINGIN LAWANG – MOJOKERTO, JAWA TIMUR

Letak dan Sejarah

Gapura Wringin Lawang terletak di Dusun Jatipasar, Desa Jatipasar, Kecamatan Trowulan, Kabupaten Mojokerto, Jawa Timur. Situs ini berada di kawasan peninggalan Kerajaan Majapahit, yang dikenal sebagai pusat pemerintahan terakhir kerajaan besar di Nusantara.

Nama Wringin Lawang berarti “Pintu Beringin” (wringin = pohon beringin, lawang = pintu), mungkin karena dahulu di dekat gapura ini tumbuh pohon beringin besar yang menjadi penanda tempat suci.


Arsitektur dan Bahan

Gapura Wringin Lawang merupakan contoh paling terkenal dari tipe candi bentar, yaitu pintu gerbang tanpa atap penghubung di bagian tengah—terbagi menjadi dua bangunan simetris yang saling berhadapan.

Bangunan ini terbuat dari bata merah, bahan khas arsitektur Majapahit. Tingginya sekitar 13 meter, berdiri megah dengan tangga naik di bagian tengah dan hiasan batu bata yang disusun tanpa perekat semen, menunjukkan kecanggihan teknik bangun masa itu.

Ciri khasnya adalah kesan agung dan anggun, mencerminkan kemegahan istana Majapahit di Trowulan.


Fungsi dan Makna

Wringin Lawang diyakini dahulu berfungsi sebagai pintu gerbang menuju kompleks istana atau kediaman pejabat tinggi Majapahit, mungkin bahkan ke kediaman Mahapatih Gajah Mada.

Sebagai candi bentar, gapura ini menandai batas antara dunia luar (profana) dan dunia dalam (suci). Ia melambangkan peralihan dari kehidupan biasa menuju lingkungan spiritual atau pemerintahan suci.


Kondisi dan Pelestarian

Situs Wringin Lawang masih berdiri kokoh hingga kini, meskipun beberapa bagian pernah runtuh dan kemudian dipugar oleh Balai Pelestarian Cagar Budaya (BPCB) Jawa Timur.
Lingkungannya dijaga rapi, dilengkapi area taman, papan informasi, dan menjadi salah satu ikon wisata sejarah Trowulan.


Nilai Historis

Gapura Wringin Lawang adalah bukti keindahan arsitektur dan simbol kebesaran Majapahit.
Selain nilai estetika, gapura ini merepresentasikan keharmonisan antara teknik, fungsi, dan spiritualitas yang menjadi ciri khas peradaban Jawa Timur masa lampau.


🕊️ “Dua sisi berdiri tanpa menyatu—namun saling melengkapi. Seperti kebijaksanaan dan kekuatan di masa Majapahit.”




54. Buatlah Risalah tentang Candi di Jawa Timur yaitu :

Gapura Bajang Ratu (tipe paduraksa)


Berikut Risalah Gapura Bajang Ratu (Tipe Paduraksa) versi teks lengkap:


🏛️ RISALAH GAPURA BAJANG RATU – MOJOKERTO, JAWA TIMUR

Letak dan Sejarah

Gapura Bajang Ratu terletak di Desa Temon, Kecamatan Trowulan, Kabupaten Mojokerto, Jawa Timur. Gapura ini merupakan salah satu peninggalan monumental dari masa Kerajaan Majapahit, yang diperkirakan dibangun pada abad ke-14 Masehi.

Nama Bajang Ratu secara harfiah berarti “raja kecil”, dan menurut cerita rakyat, gapura ini didirikan untuk memperingati wafatnya Raja Jayanegara, raja kedua Majapahit yang naik takhta saat masih muda (bajang = kecil atau muda).


Arsitektur dan Bahan

Gapura Bajang Ratu merupakan contoh terbaik dari tipe paduraksa, yaitu pintu gerbang beratap tinggi yang menyatu di bagian atas, berbeda dengan candi bentar yang terbelah dua.
Bangunan ini terbuat dari bata merah dan memiliki tinggi sekitar 16,5 meter, berdiri gagah dengan atap bertingkat tiga yang melambangkan dunia bawah, dunia manusia, dan dunia dewa.

Relief hias di permukaannya menggambarkan kisah Sri Tanjung dan Ramayana, melambangkan kesetiaan dan penyucian diri. Hiasan kala-makara di pintu masuk menandakan perlindungan dari kekuatan jahat.


Fungsi dan Makna

Gapura Bajang Ratu diyakini berfungsi sebagai pintu gerbang menuju kompleks suci atau istana kerajaan Majapahit. Karena termasuk tipe paduraksa, gapura ini melambangkan peralihan dari dunia fana menuju dunia spiritual atau sakral.

Selain itu, gapura ini dipercaya menjadi gerbang pendharmaan bagi Raja Jayanegara, tempat arwahnya disucikan setelah wafat. Struktur megah dan simbolik ini menggambarkan kemegahan serta ketulusan spiritual Majapahit.


Kondisi dan Pelestarian

Kini Gapura Bajang Ratu menjadi salah satu situs paling terawat di Trowulan. Pemerintah melalui Balai Pelestarian Kebudayaan (BPK) telah melakukan pemugaran dan konservasi menyeluruh, menjaga keaslian struktur bata merah dan lingkungan situs yang rindang.

Tempat ini kini menjadi ikon wisata sejarah yang sering dikunjungi pelajar, sejarawan, dan wisatawan untuk memahami kejayaan arsitektur Majapahit.


Nilai Historis

Gapura Bajang Ratu tidak hanya menjadi simbol kemegahan arsitektur, tetapi juga perwujudan ajaran moral dan spiritual yang melekat pada kehidupan masyarakat Majapahit.

Bangunan ini menjadi saksi bisu perpaduan antara seni, agama, dan kekuasaan, serta warisan penting yang menghubungkan masa lalu dengan identitas budaya bangsa Indonesia.


🕊️ “Menembus Gapura Bajang Ratu, seakan melangkah ke masa Majapahit — tempat kehormatan, kebijaksanaan, dan kemegahan bersatu.”




55. Buatlah Risalah tentang Candi di Jawa Timur yaitu :

Kolam Segaran

Berikut teks Risalah Kolam Segaran – Jawa Timur dalam gaya historis khas risalah peninggalan Majapahit:


RISALAH KOLAM SEGARAN – JAWA TIMUR

Lokasi:
Kolam Segaran terletak di Desa Trowulan, Kecamatan Trowulan, Kabupaten Mojokerto, Jawa Timur. Kolam ini berada tidak jauh dari situs-situs penting Kerajaan Majapahit, seperti Candi Tikus dan Candi Bajangratu.

Deskripsi Umum:
Kolam Segaran merupakan kolam buatan terbesar peninggalan Majapahit dengan bentuk persegi panjang berukuran sekitar 375 x 175 meter, dan kedalaman sekitar 3 meter. Dindingnya terbuat dari batu bata merah yang tersusun rapi dan kokoh.

Fungsi dan Makna:
Menurut catatan sejarah dan cerita rakyat, Kolam Segaran berfungsi sebagai tempat rekreasi dan perjamuan kerajaan, tempat para tamu penting dijamu oleh raja. Ada kisah populer bahwa piring emas yang digunakan untuk jamuan akan dibuang ke kolam setelah selesai makan, sebagai simbol kemakmuran Majapahit.
Selain itu, kolam ini juga berfungsi sebagai tandon air dan sarana pengairan bagi masyarakat sekitar.

Struktur dan Teknologi:
Sistem konstruksi Kolam Segaran menunjukkan kemajuan teknologi hidrologi masa Majapahit. Dinding bata merah dilapisi perekat alami yang membuatnya tahan air dan kokoh hingga kini. Kolam ini juga dilengkapi saluran masuk dan keluar air yang cermat dirancang agar air tidak meluap.

Nilai Arkeologis dan Historis:
Kolam Segaran menjadi salah satu simbol kejayaan Majapahit, menggambarkan kemakmuran, kecerdasan teknik, dan estetika masyarakat kala itu. Situs ini kini dijadikan objek wisata sejarah dan penelitian arkeologi, serta menjadi ikon kebanggaan Kabupaten Mojokerto.

Keterangan Tambahan:
Nama “Segaran” berasal dari kata “Segara” (laut), yang menggambarkan betapa luasnya kolam ini, seolah seperti laut kecil di tengah pusat Kerajaan Majapahit.



56. Buatlah Risalah tentang Candi di Jawa Timur yaitu :

 Candi Kedaton (Trowulan, Mojokerto)


Berikut Risalah Candi Kedaton – Trowulan, Mojokerto versi teks lengkap:


🏛️ RISALAH CANDI KEDATON – TROWULAN, MOJOKERTO

Letak dan Sejarah

Candi Kedaton terletak di Dusun Kedaton, Desa Sentonorejo, Kecamatan Trowulan, Kabupaten Mojokerto, Jawa Timur.
Situs ini merupakan salah satu peninggalan penting dari masa Kerajaan Majapahit, dan dipercaya sebagai bagian dari kompleks bangunan istana atau pusat pemerintahan Majapahit.

Nama “Kedaton” sendiri berarti “istana” atau “keraton”, yang menunjukkan fungsi kawasan ini sebagai tempat tinggal raja atau bangsawan tinggi Majapahit.
Berdasarkan temuan arkeologis, situs ini mulai dikenal sejak awal abad ke-20 dan masih menyimpan misteri tentang struktur besar di bawah tanah.


Arsitektur dan Bahan

Candi Kedaton terbuat dari bata merah, bahan khas arsitektur Majapahit.
Di lokasi ditemukan struktur bangunan setengah terpendam, berbentuk persegi dengan tangga batu menurun ke bagian bawah tanah, mirip seperti ruang bawah atau sumur suci (petirtaan).

Selain itu, ditemukan pula saluran air dari batu bata, arca perwujudan, dan fragmen peralatan upacara, menandakan bahwa tempat ini memiliki fungsi religius sekaligus administratif.


Fungsi dan Makna

Banyak ahli berpendapat bahwa Candi Kedaton bukan candi pemujaan biasa, melainkan bagian dari istana atau tempat suci khusus di lingkungan kerajaan.
Ada dugaan kuat bahwa situs ini terkait dengan ritual penyucian raja atau bangsawan, dan kemungkinan juga berhubungan dengan Sumur Upas, yang berada tidak jauh dari lokasi Kedaton.

Simbolisme tangga menuju ruang bawah tanah dapat diartikan sebagai penurunan menuju dunia spiritual, tempat manusia mendekat pada asalnya.


Kondisi dan Pelestarian

Kini Candi Kedaton berada dalam kawasan yang terawat dengan baik, dilindungi oleh Balai Pelestarian Kebudayaan Wilayah XI (BPK Wilayah Jawa Timur).
Proses pemugaran dilakukan dengan hati-hati untuk menjaga keaslian bentuk bata merah dan struktur bawah tanah.
Lokasi ini juga telah dilengkapi taman, pagar, serta papan informasi, menjadikannya destinasi edukatif yang populer di kawasan Trowulan.


Nilai Historis

Candi Kedaton merupakan saksi bisu kemegahan istana Majapahit, memperlihatkan betapa maju teknologi arsitektur dan sistem tata ruang kerajaan masa itu.
Lebih dari sekadar situs purbakala, Kedaton menyimpan jejak kehidupan spiritual, politik, dan budaya yang membentuk peradaban Nusantara.


🕊️ “Dari bata merah dan tanah yang tenang, Candi Kedaton berbicara tentang kebijaksanaan, kesucian, dan kemegahan istana Majapahit.”



57. Buatlah Risalah tentang Candi di Jawa Timur yaitu :

Kompleks Percandian Gunung Penanggungan (Trawas, Mojokerto).


Berikut Risalah tentang Kompleks Percandian Gunung Penanggungan (Trawas, Mojokerto):


🏛️ RISALAH KOMPLEKS PERCANDIAN GUNUNG PENANGGUNGAN

Trawas, Mojokerto – Jawa Timur

🌄 Latar Geografis dan Letak

Gunung Penanggungan (1.653 m dpl) terletak di perbatasan Kabupaten Mojokerto dan Pasuruan, Jawa Timur. Gunung ini sering disebut sebagai “miniatur Mahameru” karena bentuknya menyerupai kerucut sempurna dan dikeramatkan sejak masa kuno. Lereng-lerengnya menjadi rumah bagi puluhan situs arkeologi peninggalan masa Hindu-Buddha yang dikenal sebagai Kompleks Percandian Gunung Penanggungan.

Kompleks ini tersebar di empat lereng utama—Timur, Barat, Selatan, dan Utara—dengan ketinggian antara 400–1.200 meter di atas permukaan laut.


🕰️ Sejarah dan Latar Belakang

Peninggalan di Gunung Penanggungan diperkirakan berasal dari abad XIV–XV M, yaitu masa akhir Kerajaan Majapahit. Gunung ini dianggap sebagai gunung suci (Mahameru kecil), tempat para resi, pertapa, dan bangsawan Majapahit membangun tempat pemujaan dan pertapaan.

Naskah-naskah kuna seperti Tantu Panggelaran menyebutkan bahwa puncak Mahameru pernah dipindahkan ke Jawa dan menjadi Gunung Penanggungan. Karena itu, gunung ini memiliki makna kosmologis penting sebagai poros spiritual antara manusia dan para dewa.


🛕 Komponen Utama Kompleks Percandian

Di sekitar Gunung Penanggungan terdapat lebih dari 100 situs arkeologi, meliputi candi, petirtaan, gua pertapaan, dan relief batu. Beberapa yang terkenal antara lain:

  1. Candi Kendalisodo

    • Terletak di lereng Selatan.
    • Memiliki gapura paduraksa, pelataran bertingkat, dan arca dewa-dewi Hindu.
    • Diyakini sebagai tempat pemujaan Dewa Wisnu.
  2. Candi Belahan

    • Di lereng Timur.
    • Menghadirkan relief tokoh Airlangga dan patung bidadari yang memancurkan air dari payudara (simbol kesuburan).
    • Petirtaan ini berfungsi sebagai tempat pembersihan diri rohani (tirtha amerta).
  3. Candi Jolotundo

    • Di sisi Barat.
    • Salah satu petirtaan batu andesit terbesar di Jawa Timur, dibangun pada masa Mpu Sindok atau Raja Udayana dari Bali.
    • Airnya dianggap suci dan masih mengalir jernih hingga kini.
  4. Candi Bayi, Candi Selokelir, Candi Dhamasraya, Candi Sinta, dan Candi Lurah

    • Berfungsi sebagai tempat pemujaan sekaligus pertapaan para resi.
    • Banyak yang dibangun dari batu andesit dan bata merah dengan tata letak teras bertingkat.

⚱️ Arsitektur dan Ciri Khas

  • Mayoritas candi di Penanggungan menggunakan struktur teras berundak, melambangkan perjalanan spiritual naik menuju kesempurnaan.
  • Menghadap ke arah Timur atau Utara (simbol kesucian dan kehidupan).
  • Banyak situs menampilkan relief wayang dan simbol keagamaan Hindu-Siwaistik.
  • Kombinasi bahan batu andesit dan bata merah menandakan transisi teknologi arsitektur dari era klasik menuju akhir Majapahit.

ðŸŒŋ Makna Religius dan Filosofis

Gunung Penanggungan diyakini sebagai “Mahameru di Jawa”, pusat keseimbangan alam dan spiritual. Pendirian candi di lereng gunung mencerminkan keyakinan masyarakat bahwa semakin tinggi tempat pemujaan, semakin dekat dengan para dewa.

Kompleks ini menjadi saksi kebesaran Majapahit dalam memadukan ajaran Hindu dan Buddha serta nilai-nilai lokal kejawen, menciptakan warisan spiritual yang masih hidup hingga kini.


🧭 Kondisi Sekarang

Sebagian besar situs masih dalam bentuk reruntuhan atau telah mengalami pelapukan. Namun beberapa seperti Jolotundo dan Belahan tetap terpelihara baik. Pemerintah dan arkeolog secara berkala melakukan pemetaan dan konservasi. Jalur pendakian menuju situs-situs juga kini dibuka untuk wisata sejarah dan spiritual.

Gunung Penanggungan tidak hanya menjadi objek penelitian arkeologi, tetapi juga tempat ziarah, meditasi, dan wisata budaya bagi masyarakat Jawa Timur.


📜 Kesimpulan

Kompleks Percandian Gunung Penanggungan merupakan mahakarya spiritual akhir Majapahit, menggambarkan hubungan harmonis antara manusia, alam, dan dewa. Di lerengnya tersimpan pesan abadi tentang kesucian, kebijaksanaan, dan kesadaran kosmis yang menjadi bagian penting dari peradaban Jawa kuno.




58. Buatlah Risalah tentang Candi di Jawa Timur yaitu :

Candi Kama I dan Candi Kama II.

Berikut Risalah tentang Candi Kama I dan Candi Kama II (Mojokerto, Jawa Timur):


🏛️ RISALAH SEJARAH CANDI KAMA I & CANDI KAMA II (MOJOKERTO, JAWA TIMUR)

📍 Lokasi dan Gambaran Umum

Candi Kama I dan Candi Kama II terletak di lereng timur Gunung Penanggungan, wilayah Trawas, Kabupaten Mojokerto, Jawa Timur. Kedua candi ini termasuk dalam kompleks percandian Gunung Penanggungan yang terkenal sebagai kawasan suci peninggalan akhir masa Kerajaan Majapahit.
Letaknya saling berdekatan, dibangun dari batu andesit dengan orientasi ke arah Barat, menghadap lembah yang indah.


🏚 Latar Sejarah

Candi Kama I dan II diperkirakan dibangun antara abad ke-14 hingga ke-15 Masehi, pada masa pemerintahan Majapahit akhir. Penamaan “Kama” berkaitan dengan konsep spiritual dalam ajaran Hindu–Buddha, yaitu pengendalian hawa nafsu dan perjalanan menuju moksha.
Kedua candi berfungsi sebagai tempat pemujaan para pertapa yang menjalankan tapa brata di lereng Penanggungan — gunung yang dianggap suci dan menjadi simbol Mahameru di tanah Jawa.


ðŸ§ą Arsitektur dan Struktur

  • Candi Kama I memiliki denah persegi, dibangun dari batu andesit halus dengan bagian kaki, tubuh, dan atap yang sederhana.
  • Candi Kama II berukuran lebih kecil dan terletak tidak jauh di atas Candi Kama I. Struktur batunya memperlihatkan pola sambungan yang presisi dan terdapat sisa relief berbentuk lotus di beberapa bagian.
  • Di sekitar kedua candi ditemukan sisa tangga batu, petirtaan kecil, dan umpak batu penyangga bangunan pendukung.

🊷 Makna Religius

Nama “Kama” berasal dari bahasa Sanskerta yang berarti keinginan atau nafsu duniawi, dan dalam konteks spiritual Jawa, kedua candi ini melambangkan penyucian diri dari ikatan duniawi.
Ziarah ke Candi Kama I dan II dipercaya melambangkan tahapan perjalanan batin seorang pendeta menuju pencerahan.


📚 Nilai Historis dan Budaya

Candi Kama I dan II menjadi bukti nyata sinkretisme agama Hindu dan Buddha di Jawa Timur menjelang runtuhnya Majapahit.
Selain bernilai arkeologis, situs ini mencerminkan filosofi kejawen yang mengajarkan keseimbangan antara raga, rasa, dan sukma.


🕉️ “Dari hawa nafsu lahir penderitaan; dari pengendalian diri lahir kebijaksanaan.”
— Prasasti Penanggungan (interpretasi lokal)




59. Buatlah Risalah tentang Candi di Jawa Timur yaitu :

Candi Gajah Mungkur.

RISALAH CANDI GAJAH MUNGKUR – JAWA TIMUR
(Desa Kedungmaling, Kecamatan Sooko, Kabupaten Mojokerto)


🏛️ 1. Latar Sejarah

Candi Gajah Mungkur merupakan salah satu situs peninggalan masa Majapahit yang terletak di kawasan Kedungmaling, tak jauh dari kompleks percandian Trowulan, pusat kerajaan besar tersebut. Berdasarkan temuan arkeologis, candi ini diperkirakan dibangun pada abad ke-14 Masehi, saat Majapahit berada pada puncak kejayaan politik dan spiritualnya.

Nama “Gajah Mungkur” konon berasal dari posisi relief atau arca yang menggambarkan gajah dalam posisi membelakangi arah barat (mungkur berarti membelakangi). Hal ini memiliki makna simbolik spiritual — gajah sebagai kendaraan Dewa Indra sedang berpaling dari dunia fana menuju alam kesunyian.


ðŸ§ą 2. Arsitektur dan Bahan Bangunan

Candi ini terbuat dari batu bata merah, khas bangunan Majapahit. Bentuknya persegi dengan sisa pondasi yang menunjukkan adanya struktur bangunan utama dan beberapa lapik batu bata di sekitarnya.

Sisa reruntuhan menunjukkan bahwa di bagian tengah dulunya terdapat arca perwujudan (diduga arca Ganesha atau arca Dwarapala), namun kini sebagian besar telah rusak atau hilang. Di beberapa bagian tembok bata masih terlihat motif hias geometris dan pahatan bunga teratai.

Candi ini berorientasi ke timur, arah yang dalam ajaran Siwaisme melambangkan kebangkitan dan pencerahan spiritual.


🕉️ 3. Fungsi dan Makna Religius

Candi Gajah Mungkur diyakini berfungsi sebagai tempat pemujaan terhadap Dewa Ganesha, dewa pengetahuan dan penyingkir halangan, atau mungkin sebagai pemujaan leluhur bangsawan Majapahit yang telah wafat.

Selain itu, posisinya yang berada di jalur air kecil menuju Sungai Brantas menunjukkan peran penting candi ini dalam ritual penyucian dan penghormatan roh. Dalam tradisi Jawa Kuno, air dianggap sebagai penghubung antara dunia manusia dan para dewa.


ðŸŠķ 4. Temuan Arkeologis

Beberapa temuan penting dari situs ini meliputi:

  • Pecahan arca gajah dan makara, simbol penjaga gerbang suci.
  • Fragmen bata berhias ukir bunga padma.
  • Sisa struktur bata bertingkat, menandakan adanya halaman berteras.

Temuan-temuan ini kini sebagian tersimpan di Balai Pelestarian Cagar Budaya (BPCB) Jawa Timur dan Museum Majapahit Trowulan.


ðŸŒŋ 5. Kondisi dan Pelestarian

Saat ini, Candi Gajah Mungkur sudah tidak utuh lagi; sebagian besar telah menjadi gundukan tanah bercampur bata kuno. Namun, upaya dokumentasi dan pemetaan arkeologis terus dilakukan oleh BPCB.
Penduduk setempat masih menghormati tempat ini sebagai petilasan suci, dengan menggelar ritual kecil seperti nyekar atau tirakatan pada malam-malam tertentu di bulan Suro.


ðŸŪ 6. Nilai Budaya

Candi Gajah Mungkur menjadi saksi keagungan arsitektur bata Majapahit dan perwujudan nilai spiritual masyarakat Jawa masa lampau. Ia tidak hanya warisan arkeologis, melainkan juga jejak ingatan kolektif tentang harmoni antara manusia, alam, dan dunia spiritual.


🊔 7. Kesimpulan

Candi Gajah Mungkur merupakan salah satu candi kecil namun penting di kawasan Trowulan. Ia mencerminkan seni bangun Majapahit yang kuat dengan batu bata merah, sarat makna religius dan filosofis. Walau kini tinggal reruntuhan, semangat dan nilai luhur yang terkandung di dalamnya tetap menjadi bagian dari warisan budaya Jawa Timur yang harus dijaga.




60. Buatlah Risalah tentang Candi di Jawa Timur yaitu :

Candi Wayang.

ðŸŠķ RISALAH CANDI WAYANG – JAWA TIMUR
(Warisan Mistis di Lereng Penanggungan)


🏛️ 1. Nama dan Lokasi

Candi Wayang terletak di lereng barat daya Gunung Penanggungan, tepatnya di Desa Kedungudi, Kecamatan Trawas, Kabupaten Mojokerto, Jawa Timur. Candi ini merupakan salah satu dari sekian banyak situs suci di kawasan Gunung Penanggungan yang dikenal sebagai “Gunung Suci” sejak masa Hindu-Buddha.


📜 2. Latar Sejarah

Candi Wayang diperkirakan dibangun pada akhir abad ke-14 hingga awal abad ke-15 M, masa akhir Kerajaan Majapahit. Nama “Wayang” diduga berasal dari relief-relief yang menggambarkan tokoh-tokoh pewayangan yang terpahat pada dinding candi, menyerupai kisah dalam epos Mahabharata dan Ramayana.

Candi ini kemungkinan berfungsi sebagai tempat pemujaan pribadi atau pertapaan bagi para resi dan bangsawan Majapahit yang mencari kesempurnaan spiritual di Gunung Penanggungan.


ðŸ§ą 3. Arsitektur dan Bentuk

Bangunan Candi Wayang kini sebagian besar berupa reruntuhan dari batu andesit, namun bentuk aslinya dapat dikenali:

  • Struktur candi berdiri di atas teras batu persegi.
  • Di bagian dinding luar terdapat pahatan relief naratif, menampilkan tokoh-tokoh seperti Bima, Arjuna, dan tokoh resi.
  • Gaya pahatannya halus, dengan pola khas Majapahit akhir yang menunjukkan pengaruh seni Jawa Timur klasik.

Letak candi di tebing curam menunjukkan bahwa pembangunan dilakukan dengan teknik pemahatan langsung pada batu lereng, bukan sepenuhnya konstruksi berdiri bebas.


🕉️ 4. Fungsi dan Makna Religius

Candi Wayang bukan sekadar tempat upacara, melainkan pusat meditasi dan penyatuan diri dengan dewa. Relief-reliefnya melambangkan perjalanan spiritual manusia dari dunia fana menuju moksa.
Gunung Penanggungan sendiri dipercaya sebagai miniatur Gunung Mahameru, tempat para dewa bersemayam. Maka, setiap candi di lerengnya—termasuk Candi Wayang—dianggap bagian dari mandala suci Majapahit.


ðŸŒŋ 5. Kondisi Sekarang

Kini, Candi Wayang masih berada di kawasan hutan dan dapat dicapai dengan berjalan kaki sekitar 2 jam dari Desa Kedungudi. Meski terpencil, situs ini masih dikunjungi oleh peneliti, pendaki, dan peziarah spiritual.
Reliefnya yang menggambarkan kisah pewayangan menjadi daya tarik tersendiri bagi para pemerhati budaya dan sejarah.


🌄 6. Nilai Penting

Candi Wayang menyimpan nilai:

  • Arkeologis: memberikan petunjuk tentang seni relief Majapahit akhir.
  • Religius: simbol tempat penyatuan manusia dengan alam dan dewa.
  • Kultural: bukti bahwa kisah wayang telah menjadi bagian dari spiritualitas Jawa kuno.

✒️ Penutup

Candi Wayang adalah permata tersembunyi Gunung Penanggungan, tempat di mana batu, mitologi, dan keheningan bersatu. Ia menjadi saksi bisu kejayaan Majapahit serta kekayaan spiritual masyarakat Jawa Timur pada masa silam.
Kini, setiap langkah menuju Candi Wayang bukan hanya perjalanan sejarah, tetapi juga ziarah batin ke masa di mana cerita wayang hidup dalam batu.





61. Buatlah Risalah tentang Candi di Jawa Timur yaitu :

Candi Kendalisada 

ðŸŠķ RISALAH CANDI KENDALISADA – JAWA TIMUR
(Pusaka Spiritual di Lereng Gunung Penanggungan)


🏛️ 1. Nama dan Lokasi

Candi Kendalisada terletak di lereng utara Gunung Penanggungan, termasuk wilayah Desa Ngoro, Kecamatan Ngoro, Kabupaten Mojokerto, Jawa Timur.
Gunung Penanggungan dikenal sebagai kawasan suci pada masa Kerajaan Majapahit, dan Candi Kendalisada merupakan salah satu dari puluhan situs keagamaan yang tersebar di lerengnya.


📜 2. Latar Sejarah

Candi Kendalisada diperkirakan dibangun pada abad ke-14 hingga ke-15 M, yaitu masa akhir Majapahit, bersamaan dengan berkembangnya tradisi pertapaan gunung suci.
Nama Kendalisada berasal dari kata “Kendali” (kendaraan, pengendalian diri) dan “Sada” (batin atau kesadaran), yang dapat dimaknai sebagai tempat untuk mengendalikan kesadaran rohani.

Candi ini diduga kuat menjadi lokasi tapa brata para resi dan bangsawan Majapahit, sejalan dengan pandangan spiritual masa itu bahwa puncak pengetahuan dan kesucian dapat dicapai melalui meditasi di gunung.


ðŸ§ą 3. Arsitektur dan Bentuk

Candi Kendalisada kini berupa sisa-sisa struktur batu andesit, yang dibangun di teras batu bertingkat di tebing curam.
Ciri khasnya:

  • Terdapat bilik kecil atau relung pada dinding batu yang kemungkinan dahulu berisi arca atau pratima.
  • Bentuk dasar candi menunjukkan perpaduan antara struktur candi pemujaan dan pertapaan, bukan bangunan monumental.
  • Di sekitarnya ditemukan sisa tangga batu yang menghubungkan ke situs lain di jalur pendakian spiritual Gunung Penanggungan.

🕉️ 4. Fungsi dan Makna Religius

Candi Kendalisada berfungsi sebagai tempat suci untuk yoga, tapa, dan pemujaan dewa-dewi Hindu, terutama yang berkaitan dengan pengendalian diri dan kesadaran ilahi.
Candi ini menjadi simbol perjalanan spiritual manusia untuk menaklukkan hawa nafsu dan mencapai moksa (pembebasan jiwa).

Gunung Penanggungan sendiri dianggap sebagai miniatur Gunung Mahameru, sehingga setiap candi di lerengnya — termasuk Kendalisada — merupakan bagian dari mandala spiritual Majapahit.


ðŸŒŋ 5. Kondisi Sekarang

Kini Candi Kendalisada masih dapat dikunjungi dengan perjalanan mendaki sekitar 1,5 jam dari jalur Ngoro.
Meskipun dalam keadaan sebagian runtuh, suasananya masih sangat sakral dan sunyi, sering digunakan untuk meditasi dan penelitian arkeologi.
Dari tempat ini, pengunjung dapat menikmati panorama indah ke arah lembah Mojokerto dan Gunung Arjuno di kejauhan.


🌄 6. Nilai Penting

Candi Kendalisada memiliki nilai:

  • Spiritual: lambang kesucian dan pengendalian diri.
  • Historis: bukti nyata aktivitas keagamaan Majapahit di Penanggungan.
  • Arsitektural: contoh candi pertapaan batu dengan fungsi simbolik tinggi.

✒️ Penutup

Candi Kendalisada bukan sekadar peninggalan batu, melainkan prasasti keheningan dari masa lalu.
Ia mengajarkan bahwa kekuasaan sejati tidak terletak pada istana megah, tetapi pada jiwa yang mampu mengendalikan diri di tengah sunyi lereng gunung.





62. Buatlah Risalah tentang Candi di Jawa Timur yaitu :

Candi Pasetran, 

RISALAH CANDI PASETRAN – JAWA TIMUR


🏛️ Nama Candi:

Candi Pasetran

📍 Lokasi:

Desa Pasetran, Kecamatan Rejoso, Kabupaten Nganjuk, Provinsi Jawa Timur.

🕰️ Periode Sejarah:

Diduga berasal dari masa Kerajaan Majapahit (abad ke-14 hingga ke-15 Masehi).

ðŸ§ą Bahan dan Arsitektur:

Candi Pasetran terbuat dari bata merah khas peninggalan Majapahit, dengan struktur sederhana menyerupai altar atau petirtaan kecil. Bentuk bangunannya tidak tinggi, lebih menyerupai punden berundak dengan beberapa susunan bata yang tersisa.
Sisa-sisa struktur menunjukkan adanya tangga kecil dan kemungkinan tempat pemujaan yang menghadap ke arah barat daya.

🕉️ Fungsi dan Makna:

Nama “Pasetran” berasal dari kata setra yang berarti tempat pemujaan atau tempat semadi. Diperkirakan lokasi ini dulunya merupakan tempat pertapaan atau pemujaan leluhur, bukan candi utama untuk upacara besar.
Candi ini juga dianggap memiliki fungsi spiritual, tempat bagi para pendeta atau resi melakukan tapa brata di masa Majapahit.

ðŸ§Đ Temuan Arkeologis:

Di sekitar situs ditemukan:

  • Fragmen bata kuno berukuran besar.
  • Beberapa arca batu (kemungkinan perwujudan dewa lokal).
  • Bekas struktur batu bata yang tersusun rapi dalam pola persegi panjang.

🌄 Kondisi Sekarang:

Sebagian besar bangunan sudah runtuh dan tinggal pondasinya saja. Lokasi telah dijaga oleh masyarakat sekitar dan sering dikunjungi peziarah yang percaya akan kekuatan spiritual tempat tersebut.
Candi Pasetran kini menjadi situs cagar budaya lokal, meski belum sepenuhnya dipugar oleh Balai Pelestarian Kebudayaan.

📖 Nilai Historis dan Budaya:

Candi Pasetran merupakan salah satu contoh situs peribadatan kecil peninggalan Majapahit di luar pusat Trowulan.
Ia menunjukkan bahwa kehidupan spiritual dan kegiatan tapa semadi menyebar hingga ke pedesaan, menandakan perpaduan antara tradisi Hindu-Buddha dengan kepercayaan lokal Jawa.


ðŸŠķ Catatan Penutup:

Candi Pasetran bukan hanya tinggalan batu bata, melainkan jejak sunyi kehidupan batin masyarakat Majapahit yang mengedepankan keseimbangan antara dunia lahir dan batin.
Ia menjadi saksi bahwa di balik kejayaan istana, ada tempat-tempat hening di desa yang menjaga nyala spiritualitas Jawa kuno.





63. Buatlah Risalah tentang Candi di Jawa Timur yaitu :

Candi Lemari.

RISALAH CANDI LEMARI – JAWA TIMUR


🏛️ Nama Candi:

Candi Lemari

📍 Lokasi:

Desa Lemari, Kecamatan Kauman, Kabupaten Tulungagung, Provinsi Jawa Timur.

🕰️ Periode Sejarah:

Candi Lemari diperkirakan berasal dari masa akhir Kerajaan Majapahit, sekitar abad ke-15 Masehi, pada masa peralihan dari Hindu–Buddha menuju Islam di Jawa Timur.

ðŸ§ą Bahan dan Arsitektur:

Bangunan candi terbuat dari batu andesit berwarna abu tua dengan teknik susun tanpa perekat semen, seperti halnya candi-candi klasik Majapahit.
Struktur utamanya berupa batur persegi dengan sisa relief sederhana di beberapa sisi. Bentuk keseluruhannya tidak tinggi, menyerupai alas tempat sesaji atau miniatur candi.
Beberapa bagian dindingnya menunjukkan adanya pahatan motif bunga dan sulur, yang menjadi ciri khas estetika Majapahit akhir.

🕉️ Fungsi dan Makna:

Nama “Lemari” dipercaya berasal dari istilah lokal yang berarti tempat penyimpanan benda suci. Menurut tradisi masyarakat setempat, dahulu tempat ini digunakan untuk menyimpan arca dan prasasti sebelum dipindahkan ke tempat yang lebih besar.
Dengan demikian, Candi Lemari kemungkinan berfungsi sebagai bangunan pelindung atau gudang suci (perbendaharaan ritual), bukan candi pemujaan utama.

ðŸ§Đ Temuan Arkeologis:

Beberapa temuan di sekitar lokasi mencakup:

  • Pecahan arca batu (diduga bagian dari arca Siwa atau Brahma).
  • Fragmen yoni dan lingga kecil.
  • Sisa bata merah kuno dan pecahan tembikar.

Semua ini memperkuat dugaan bahwa lokasi Candi Lemari dahulu merupakan bagian dari kompleks pemujaan kecil atau situs penyimpanan ritual Majapahit.

🌄 Kondisi Sekarang:

Bangunan candi kini telah rusak sebagian dan hanya menyisakan pondasi serta beberapa batu andesit berserakan.
Namun, lokasi tetap dianggap keramat oleh penduduk sekitar. Mereka masih menaruh sesaji setiap malam Jumat Legi sebagai bentuk penghormatan terhadap leluhur.

📖 Nilai Historis dan Budaya:

Candi Lemari menjadi bukti penting adanya jaringan tempat suci kecil di luar pusat kerajaan, menunjukkan bahwa kehidupan religius masa Majapahit tidak hanya berpusat di Trowulan, melainkan tersebar di pedesaan Jawa Timur.
Situs ini mencerminkan perpaduan antara fungsi spiritual dan simbol penyimpanan kesucian, yang jarang ditemukan pada candi-candi lain.


ðŸŠķ Catatan Penutup:

Candi Lemari merupakan penanda hening warisan Majapahit yang menjaga benda-benda suci dan semangat spiritual di masa lalu.
Meski kecil dan sederhana, ia memancarkan nilai luhur tentang penjagaan kesakralan dan keseimbangan antara manusia dan alam di bumi Jawa Timur.




64. Buatlah Risalah tentang Candi di Jawa Timur yaitu :

Candi Gentong

🏛️ RISALAH CANDI GENTONG – JAWA TIMUR

(Jejak Spiritual di Lereng Penanggungan)


📍 Lokasi

Candi Gentong terletak di Desa Belahan Jowo, Kecamatan Trawas, Kabupaten Mojokerto, Jawa Timur, berada di lereng Gunung Penanggungan — gunung yang dikenal sebagai pusat spiritual dan tempat berdirinya puluhan situs percandian peninggalan akhir masa Majapahit.


🏗️ Bentuk dan Struktur

Candi Gentong merupakan candi batu andesit berbentuk persegi empat dengan ukuran sekitar 6 x 6 meter, terbuat dari batu andesit yang disusun rapi. Kini, sebagian besar bangunannya telah runtuh, menyisakan pondasi dan bagian kaki candi.
Di sekitar kompleks, ditemukan pula fragmen arca, batu-batu yoni, dan bongkahan kemuncak stupa yang menunjukkan bahwa tempat ini dahulu berfungsi sebagai tempat pemujaan keagamaan Hindu-Buddha.


📜 Sejarah dan Penemuan

Candi Gentong diyakini dibangun sekitar abad ke-14–15 Masehi, pada masa Kerajaan Majapahit.
Nama “Gentong” diduga berasal dari temuan wadah batu berbentuk gentong (tempayan) yang dahulu digunakan dalam ritual keagamaan, terutama upacara pemujaan arwah leluhur atau dewa.
Candi ini ditemukan kembali oleh peneliti arkeologi Belanda pada awal abad ke-20, bersamaan dengan penelitian situs-situs di Gunung Penanggungan seperti Candi Kendalisodo, Candi Dermo, dan Candi Bayi.


🕉️ Fungsi Keagamaan

Candi Gentong termasuk candi lereng, yaitu tempat peribadatan bagi para pertapa atau pendeta yang bermukim di sekitar Gunung Penanggungan.
Struktur sederhana dan letaknya yang terpencil menandakan fungsinya bukan sebagai candi kerajaan, melainkan tempat semedi dan pemujaan pribadi bagi kalangan spiritual Majapahit yang menghayati ajaran Hindu-Siwa dan tantrisme.


🌄 Makna Spiritual

Gunung Penanggungan dikenal sebagai “Gunung Suci Peninggalan Majapahit” karena diyakini sebagai miniatur Gunung Mahameru di India.
Candi Gentong menjadi salah satu titik perjalanan spiritual menuju puncak gunung, di mana para pendeta mencari moksa (pembebasan jiwa) melalui tapa dan ritual suci.


ðŸŠķ Nilai Arkeologis

Keberadaan Candi Gentong memperkaya pemahaman tentang:

  • Persebaran candi lereng Majapahit di kawasan Penanggungan.
  • Sinkretisme Hindu-Buddha pada masa akhir Majapahit.
  • Pola permukiman spiritual di gunung sebagai pusat meditasi dan pemujaan.

ðŸŽĻ Deskripsi Visual (untuk risalah bergambar)

Ilustrasi menampilkan reruntuhan batu abu gelap Candi Gentong di tengah hutan lereng Penanggungan yang berkabut pagi.
Tampak susunan batu andesit bertingkat dengan vegetasi hijau rimbun dan sinar matahari menembus sela pepohonan.
Judul di atasnya tertulis elegan:
“CANDI GENTONG – LERENG PENANGGUNGAN, MOJOKERTO”
dengan warna krem keemasan bergaya klasik Majapahit.




65. Buatlah Risalah tentang Candi di Jawa Timur yaitu :

Candi Bacem (Sutojayan, Blitar)


RISALAH CANDI BACEM – JAWA TIMUR


🏛️ Nama Candi:

Candi Bacem

📍 Lokasi:

Desa Bacem, Kecamatan Sutojayan, Kabupaten Blitar, Provinsi Jawa Timur.

🕰️ Periode Sejarah:

Candi Bacem diperkirakan berasal dari masa akhir Kerajaan Majapahit (abad ke-15 Masehi). Beberapa ahli menduga bahwa situs ini dibangun pada masa transisi antara Majapahit dan periode Islam awal di Jawa Timur.

ðŸ§ą Bahan dan Arsitektur:

Candi Bacem terbuat dari batu andesit berwarna abu kehitaman. Struktur bangunannya sederhana, dengan alas persegi berundak dan tangga kecil di sisi timur.
Tidak ditemukan atap atau tubuh candi yang masih utuh, namun pola pondasi menunjukkan bahwa bangunan ini memiliki denah bujur sangkar dengan relief polos, tanpa ornamen rumit.
Bentuknya menunjukkan pengaruh candi perwara atau bangunan pendamping dari kompleks candi yang lebih besar.

🕉️ Fungsi dan Makna:

Menurut tradisi setempat, Candi Bacem dahulu digunakan sebagai tempat pemujaan arwah leluhur atau pertapaan suci.
Kata “Bacem” dalam bahasa Jawa juga bisa berarti tempat perendaman atau penyucian, yang memperkuat dugaan bahwa situs ini berhubungan dengan ritual pembersihan spiritual atau pemujaan air.
Kemungkinan besar, candi ini berfungsi sebagai punden suci Majapahit akhir yang memadukan unsur Hindu–Buddha dan kepercayaan lokal.

ðŸ§Đ Temuan Arkeologis:

Beberapa temuan di sekitar lokasi mencakup:

  • Batu andesit berpahat sederhana.
  • Fragmen yoni kecil tanpa lingga.
  • Pecahan arca dan bata kuno.
  • Sisa batu pipih yang diduga altar atau tempat sesaji.

Semua ini menunjukkan bahwa Candi Bacem dulunya bukan kompleks besar, melainkan tempat ritual sederhana namun sakral.

🌄 Kondisi Sekarang:

Candi Bacem kini berada di area terbuka dekat permukiman penduduk. Sebagian besar batu-batunya masih berserakan dan hanya pondasi bawah yang tersisa.
Pemerintah daerah bersama warga telah memasang pagar pelindung sederhana untuk menjaga situs ini dari kerusakan lebih lanjut.
Setiap bulan Suro, beberapa warga masih mengunjungi lokasi ini untuk tirakat dan doa leluhur.

📖 Nilai Historis dan Budaya:

Candi Bacem menjadi salah satu bukti keberadaan pusat spiritual kecil di Blitar selatan yang memperlihatkan kesinambungan antara budaya Majapahit dan tradisi lokal Jawa.
Ia melambangkan peralihan dari pemujaan klasik menuju spiritualitas rakyat, di mana nilai kesucian tanah, air, dan leluhur dipelihara secara turun-temurun.


ðŸŠķ Catatan Penutup:

Candi Bacem bukan sekadar tumpukan batu tua — ia adalah prasasti sunyi dari masa akhir Majapahit, menyimpan gema doa para leluhur di tanah Blitar.
Situs ini mengajarkan kita tentang ketekunan menjaga warisan spiritual, bahkan di tengah perubahan zaman yang besar.




66. Buatlah Risalah tentang Candi di Jawa Timur yaitu :

Candi Boro (Sanan Kulon, Blitar)


🏛️ RISALAH CANDI BORO – SANAN KULON, BLITAR

(Jejak Keagamaan Majapahit di Lembah Brantas Selatan)


📍 Lokasi

Candi Boro terletak di Desa Boro, Kecamatan Sanan Kulon, Kabupaten Blitar, Jawa Timur.
Lokasinya berada di lembah subur Sungai Brantas bagian selatan, tidak jauh dari pusat Kota Blitar, pada kawasan yang dahulu menjadi jalur penting antara Blitar – Tulungagung – Kediri di masa Majapahit.


🏗️ Bentuk dan Struktur

Candi Boro dibangun dari batu andesit dengan bentuk persegi empat, berorientasi ke arah barat.
Candi ini memiliki ukuran sekitar 6,8 x 6,8 meter dengan tinggi tersisa ± 4 meter. Struktur bangunannya terdiri dari kaki candi, tubuh candi, dan atap bertingkat yang kini sebagian telah runtuh.
Di bagian kaki candi terdapat relief sederhana berupa motif bunga dan sulur, sementara pada sisi dinding ditemukan relung arca tempat menaruh perwujudan dewa-dewi Hindu.


📜 Sejarah dan Penemuan

Candi Boro diperkirakan dibangun pada abad ke-14 Masehi, masa Kerajaan Majapahit.
Penemuan kembali candi ini terjadi pada awal abad ke-20 oleh warga setempat yang menemukan batu bersusun dan arca-arca di lahan persawahan.
Restorasi dan penataan situs dilakukan oleh Balai Pelestarian Cagar Budaya Jawa Timur untuk menyelamatkan sisa struktur yang masih utuh.


🕉️ Fungsi Keagamaan

Candi Boro merupakan candi Hindu yang diduga digunakan untuk pemujaan terhadap Dewa Siwa.
Keberadaan yoni dan fragmen lingga di sekitar situs memperkuat dugaan bahwa Candi Boro berfungsi sebagai tempat upacara keagamaan dan peribadatan lokal bagi masyarakat agraris Majapahit di wilayah selatan.


🌄 Makna Spiritual

Sebagai bagian dari lanskap budaya Sungai Brantas, Candi Boro mencerminkan hubungan harmonis antara manusia, alam, dan dewa.
Masyarakat sekitar masih menghormati situs ini sebagai tempat sakral dan sering mengadakan ritual bersih desa atau tumpengan di area candi untuk memohon berkah keselamatan.


ðŸŠķ Nilai Arkeologis

Candi Boro menjadi bukti penting perkembangan budaya keagamaan Majapahit di wilayah selatan, memperlihatkan:

  • Persebaran candi-candi kecil di luar pusat kerajaan.
  • Ciri khas arsitektur Hindu Siwaistis dengan bentuk sederhana namun kokoh.
  • Peran Blitar sebagai wilayah spiritual dan agraris yang mendukung kehidupan Majapahit.

ðŸŽĻ Deskripsi Visual (untuk risalah bergambar)

Risalah menggambarkan Candi Boro berdiri di tengah hamparan sawah hijau, dengan latar langit lembayung sore.
Bangunan candi tampak kokoh meski sebagian batu telah aus oleh waktu.
Desain risalah berwarna krem tua keemasan, dengan judul besar bergaya klasik:
“CANDI BORO – SANAN KULON, BLITAR”,
serta ornamen motif bunga Majapahit di pinggir halaman.




67. Buatlah Risalah tentang Candi di Jawa Timur yaitu :

Candi Kalicilik (Ponggok, Blitar)

🏛️ RISALAH CANDI KALICILIK – PONGGOK, BLITAR

(Warisan Arsitektur Majapahit di Tepian Sungai Brantas)


📍 Lokasi

Candi Kalicilik terletak di Desa Candirejo, Kecamatan Ponggok, Kabupaten Blitar, Jawa Timur.
Situs ini berada di dataran rendah yang subur, sekitar 8 km sebelah timur laut Kota Blitar, dan tidak jauh dari aliran Sungai Brantas, jalur penting pada masa Majapahit.


🏗️ Bentuk dan Struktur

Candi Kalicilik dibangun dari batu bata merah, khas arsitektur Majapahit, dengan ukuran sekitar 6,5 x 6,5 meter dan tinggi ± 8 meter.
Bangunan candi berbentuk persegi empat dengan pintu masuk menghadap ke barat, dan di bagian atas terdapat atap bertingkat tiga (meru) yang menandakan pengaruh keagamaan Siwa-Buddha.
Ciri khas lainnya adalah pintu bersayap bata berundak, serta hiasan relief berbentuk kala-makara di atas ambang pintu.


📜 Sejarah dan Penemuan

Menurut catatan arkeologi, Candi Kalicilik dibangun pada akhir abad ke-13 hingga awal abad ke-14 Masehi, pada masa transisi antara Kerajaan Singhasari dan Majapahit.
Nama “Kalicilik” berasal dari nama sungai kecil (kali cilik) yang mengalir di dekat situs.
Candi ini ditemukan dalam kondisi rusak sebagian dan direstorasi oleh Dinas Purbakala pada awal abad ke-20. Kini, bangunannya berdiri megah di area yang telah dipagari dan dijadikan objek wisata sejarah oleh pemerintah Blitar.


🕉️ Fungsi Keagamaan

Candi Kalicilik diduga digunakan untuk pemujaan agama Siwaistis, terlihat dari adanya arca lingga-yoni, serta sisa arca Ganesha dan Durga Mahisasuramardhini yang pernah ditemukan di sekitar lokasi.
Sebagian arca tersebut kini disimpan di Museum Penataran, Blitar.
Selain fungsi religius, candi ini juga dipercaya sebagai tempat peringatan tokoh bangsawan setempat pada masa Majapahit awal.


🌄 Makna Spiritual dan Arsitektural

Candi Kalicilik menggambarkan keindahan arsitektur Majapahit awal yang masih sederhana namun sarat makna.
Struktur bata merahnya menunjukkan kemahiran leluhur Nusantara dalam teknik penyusunan tanpa semen, dengan sistem pengunci alami.
Letaknya di tepi sungai melambangkan kesucian dan keseimbangan alam, dua hal penting dalam filosofi Hindu-Buddha.


ðŸŠķ Nilai Arkeologis

Keberadaan Candi Kalicilik memperlihatkan:

  • Peralihan gaya arsitektur dari Singhasari ke Majapahit.
  • Bukti perkembangan keagamaan Hindu Siwaistis di wilayah Blitar.
  • Simbol kekuatan spiritual masyarakat di sekitar aliran Sungai Brantas.

ðŸŽĻ Deskripsi Visual (untuk risalah bergambar)

Desain risalah menampilkan Candi Kalicilik dari bata merah berdiri anggun di tengah taman hijau dengan latar langit kebiruan lembut.
Warna dasar risalah krem kehijauan dengan aksen bata kemerahan, menonjolkan kesan hangat dan bersejarah.
Judul ditulis besar:
“CANDI KALICILIK – PONGGOK, BLITAR”
dengan font klasik bergaya Majapahit dan ornamen tepi berpola sulur.




68. Buatlah Risalah tentang Candi di Jawa Timur yaitu :

Candi Kotes (Gandusari, Blitar)


ðŸŠķ RISALAH CANDI KOTES – GANDUSARI, BLITAR – JAWA TIMUR


🏛️ Letak dan Latar Sejarah

Candi Kotes terletak di Desa Kotes, Kecamatan Gandusari, Kabupaten Blitar, Jawa Timur. Candi ini merupakan salah satu peninggalan masa akhir Kerajaan Majapahit dan diperkirakan dibangun sekitar abad ke-14 hingga ke-15 Masehi. Keberadaannya menunjukkan penyebaran kebudayaan Hindu–Buddha hingga wilayah pedalaman Blitar bagian utara.

Nama “Kotes” diambil dari nama desa tempat candi ini berdiri, yang dahulu dikenal sebagai kawasan perbukitan batu andesit tempat ritual keagamaan masyarakat Majapahit dilakukan.


ðŸ§ą Arsitektur dan Struktur

Candi Kotes memiliki dua bangunan utama, yaitu Candi Kotes I dan Candi Kotes II, keduanya menghadap ke barat.

  • Candi Kotes I berdenah bujur sangkar dengan tubuh candi terbuat dari batu andesit. Di dalamnya terdapat arca Siwa dan lingga–yoni, menandakan bahwa candi ini beraliran Hindu-Siwa.
  • Candi Kotes II memiliki ukuran lebih kecil dan lebih sederhana, namun diduga berfungsi sebagai candi pendamping atau tempat peribadatan tambahan.

Relief di sekitar kaki candi menampilkan motif flora dan kala-makara, khas gaya Majapahit akhir.


ðŸ”Ĩ Fungsi dan Makna Religius

Candi Kotes diyakini berfungsi sebagai tempat pemujaan terhadap Dewa Siwa, pelindung kesuburan dan kekuatan alam. Lingga–yoni di dalamnya melambangkan kesatuan laki-laki dan perempuan sebagai sumber kehidupan. Selain itu, lokasi candi yang berada di dataran tinggi menunjukkan fungsi spiritualnya sebagai tempat penyucian diri para pendeta atau brahmana.


🧭 Penemuan dan Pelestarian

Candi ini pertama kali dilaporkan oleh Dinas Purbakala Hindia Belanda pada awal abad ke-20. Pemugaran dan penelitian lebih lanjut dilakukan oleh Balai Pelestarian Cagar Budaya (BPCB) Jawa Timur. Kini, kawasan Candi Kotes menjadi objek wisata sejarah dan edukasi, dengan pemandangan alam perbukitan yang masih asri.


ðŸŒŋ Nilai Budaya

Candi Kotes mencerminkan perpaduan antara unsur Hindu dan kejawen yang harmonis, memperlihatkan adaptasi lokal terhadap ajaran India klasik. Melalui simbol dan arsitekturnya, Candi Kotes mengajarkan pentingnya keseimbangan kosmis antara manusia, alam, dan Tuhan — suatu konsep yang masih hidup dalam tradisi masyarakat Jawa hingga kini.


📜 "Candi Kotes — Jejak sunyi Majapahit di antara perbukitan Gandusari, tempat batu dan doa berpadu dalam kesetiaan abadi kepada Dewa Siwa."




69. Buatlah Risalah tentang Candi di Jawa Timur yaitu :

Candi Wringin Branjang (Gandusari, Blitar)

ðŸŠķ RISALAH CANDI WRINGIN BRANJANG – GANDUSARI, BLITAR (JAWA TIMUR)


LETAK DAN LATAR SEJARAH

Candi Wringin Branjang terletak di Desa Gadungan, Kecamatan Gandusari, Kabupaten Blitar, Jawa Timur.
Candi ini merupakan salah satu peninggalan masa akhir Kerajaan Majapahit, yang menggambarkan perkembangan seni dan religi di wilayah pedalaman Blitar bagian utara.

Nama “Wringin Branjang” diyakini berasal dari kata “Wringin” (beringin) dan “Branjang” (keranjang atau anyaman), yang mungkin merujuk pada pohon besar atau bentuk batuan alami di sekitar lokasi candi.


ARSITEKTUR DAN STRUKTUR

Candi Wringin Branjang tersusun dari batu andesit dengan bentuk yang tidak terlalu besar, namun memiliki detail yang halus pada bagian tubuh candinya.

  • Candi ini memiliki relung arca pada sisi tubuhnya yang menghadap ke barat.
  • Terdapat ornamen kala-makara yang masih terlihat samar di pintu masuknya.
  • Diduga kuat bahwa candi ini merupakan candi pemujaan Siwa, berdasarkan penemuan arca dan simbol lingga-yoni di sekitar situs.

Bentuk atapnya bertingkat sederhana, menyerupai miniatur gunung suci, melambangkan hubungan manusia dengan alam semesta.


PENEMUAN DAN PELESTARIAN

Situs Candi Wringin Branjang pertama kali dilaporkan oleh para peneliti kolonial Hindia Belanda pada awal abad ke-20.
Pemugaran ringan dan pendataan dilakukan oleh Balai Pelestarian Cagar Budaya (BPCB) Jawa Timur, yang mencatat bahwa candi ini menjadi salah satu titik penting dalam jejak persebaran agama Hindu di wilayah selatan Gunung Kawi.

Kini, kawasan sekitar candi telah dijaga sebagai bagian dari jalur wisata sejarah Gandusari–Gadungan, yang menghubungkan beberapa situs Majapahit di Blitar utara.


NILAI BUDAYA

Candi Wringin Branjang memiliki nilai penting sebagai simbol perpaduan ajaran Hindu dan kearifan lokal Jawa Timur.
Selain fungsi keagamaannya, candi ini juga menjadi saksi hubungan harmonis antara masyarakat dengan alam, di mana batu dan pohon disucikan sebagai bagian dari kehidupan spiritual.

“Candi Wringin Branjang — tempat batu dan doa menyatu di bawah teduhnya beringin tua, jejak hening Majapahit yang tak lekang oleh waktu.”




70. Buatlah Risalah tentang Candi di Jawa Timur yaitu :

Candi Sumbernanas (Ponggok, Blitar)



Berikut risalah berjudul “CANDI SUMBERNANAS – PONGGOK, BLITAR” dengan gaya historis elegan, sesuai seri risalah candi-candi di Jawa Timur:


🏛️ RISALAH CANDI SUMBERNANAS – PONGGOK, BLITAR

Lokasi: Desa Sumbernanas, Kecamatan Ponggok, Kabupaten Blitar, Jawa Timur
Koordinat: ± 10 km ke arah timur laut dari pusat Kota Blitar
Periode: Diduga berasal dari masa Kerajaan Majapahit akhir (abad XIV–XV M)


ðŸŠķ Latar dan Sejarah Singkat

Candi Sumbernanas terletak di area pedesaan yang dikelilingi sawah dan sumber air alami. Nama “Sumbernanas” berasal dari kata “sumber” (mata air) dan “nanas”, yaitu tanaman yang dulu banyak tumbuh di sekitarnya.
Penemuan candi ini bermula dari laporan warga yang menemukan batu bata besar di area kebun. Setelah dilakukan penelitian oleh Balai Pelestarian Kebudayaan Wilayah XI, diketahui bahwa struktur tersebut merupakan sisa pondasi bangunan suci berbahan bata merah khas Majapahit.

Candi ini kemungkinan merupakan tempat pemujaan lokal atau petirtaan kecil yang berkaitan dengan sumber air di dekatnya. Sumber air tersebut dipercaya memiliki nilai kesucian dan menjadi tempat penyucian diri sebelum ritual keagamaan.


ðŸ§ą Arsitektur dan Struktur

Berdasarkan sisa reruntuhan yang ditemukan:

  • Bahan utama: bata merah padat dengan ukuran besar (± 40×25×10 cm).
  • Orientasi: menghadap ke barat, seperti banyak candi-candi Majapahit lainnya.
  • Bagian yang tersisa: pondasi berbentuk persegi, sebagian dinding bawah, serta saluran air batu andesit yang mengarah ke kolam kecil di sebelah timur.
  • Ukiran dan relief: sangat sederhana, menandakan fungsi candi lebih bersifat lokal-spiritual, bukan monumental.

💧 Fungsi dan Makna

Candi Sumbernanas diduga berfungsi sebagai candi petirtaan (tempat suci air) atau tempat pemujaan dewa air (Wisnu).
Sumber mata air di dekat lokasi dipercaya memiliki air abadi yang tidak pernah kering meskipun kemarau panjang. Tradisi warga setempat sering mengaitkannya dengan kesuburan tanah Ponggok yang subur dan cocok untuk pertanian.


🊔 Nilai Budaya dan Pelestarian

Meskipun hanya tersisa sebagian struktur, Candi Sumbernanas tetap menjadi jejak penting peradaban Majapahit di Blitar bagian timur.
Kini, area tersebut dijaga oleh masyarakat setempat dan dimanfaatkan sebagai lokasi ziarah budaya pada hari-hari tertentu, terutama menjelang bulan Suro dan saat ritual bersih desa.
Pemerintah daerah Blitar bersama komunitas budaya telah beberapa kali melakukan pembersihan situs dan pendataan batu bata candi, agar kelak bisa dilakukan rekonstruksi bentuk awalnya.


📜 Catatan Tambahan

  • Tipe candi: Candi bata kecil (kemungkinan candi petirtaan)
  • Kondisi: Reruntuhan, sebagian pondasi masih tertata
  • Konteks sejarah: Bagian dari jaringan situs Majapahit di Blitar Timur seperti Candi Kotes, Candi Kalicilik, dan Candi Wringin Branjang
  • Kelebihan unik: Dekat dengan sumber air alami yang masih aktif hingga kini

✒️ Penutup

Candi Sumbernanas mengingatkan kita bahwa kebesaran Majapahit tidak hanya lahir dari istana dan kota besar, tetapi juga dari desa-desa spiritual yang menjaga kesucian air dan keseimbangan alam.
Ia adalah simbol harmoni antara manusia, alam, dan keyakinan — warisan sunyi dari masa lalu yang tetap mengalir bersama sumbernya yang tak pernah kering.



Tidak ada komentar:

Posting Komentar

SITUS DAN CANDI JATIM

1. Buatlah Risalah tentang : Candi Gedhong Putri atau Candi Puro (Kloposawit, Candipuro). Kabupaten Lumajang Candi Gedhong Putri (atau diken...