71. Buatlah Risalah tentang Candi di Jawa Timur yaitu :
Candi Plumbangan (Doko, Blitar)
ðŠķ RISALAH CANDI PLUMBANGAN – DOKO, BLITAR
ð️ Identitas Candi
- Nama Situs: Candi Plumbangan
- Lokasi: Desa Plumbangan, Kecamatan Doko, Kabupaten Blitar, Jawa Timur
- Koordinat: Sekitar 15 km arah timur dari Kota Blitar
- Perkiraan Masa: Abad ke-14 Masehi (masa Majapahit)
- Bahan Bangunan: Batu andesit
ð§ Deskripsi dan Arsitektur
Candi Plumbangan merupakan situs berbentuk gapura paduraksa, yaitu pintu gerbang beratap yang menjadi ciri khas arsitektur Majapahit. Bangunannya berdiri megah di atas batu andesit berukuran sekitar 4,7 meter tinggi dan 4,9 meter lebar, dengan lubang pintu setinggi 3,5 meter.
Keunikan utama dari candi ini adalah kesederhanaan relief dan bentuknya yang kokoh, menandakan fungsi religius dan simbolis sebagai gerbang menuju kawasan suci. Batu-batu penyusunnya tersusun rapi tanpa banyak ornamen, menonjolkan gaya arsitektur akhir Majapahit yang fungsional namun tetap agung.
ð Prasasti Plumbangan (1312 Saka / 1390 M)
Di dekat situs ini ditemukan Prasasti Plumbangan yang berangka tahun 1312 Saka (1390 M). Prasasti tersebut ditulis dalam bahasa Jawa Kuno dan menyebutkan tentang penetapan wilayah Plumbangan sebagai tanah perdikan (bebas pajak) oleh raja Majapahit.
Isi prasasti menunjukkan bahwa wilayah Plumbangan dahulu memiliki peranan penting dalam pemerintahan Majapahit, terutama sebagai kawasan suci atau tempat pemujaan yang dilindungi hukum kerajaan.
ð️ Fungsi dan Makna
- Fungsi Arsitektural: Gerbang menuju area suci (mandala) atau tempat pemujaan.
- Fungsi Spiritual: Lambang peralihan antara dunia fana dan dunia spiritual.
- Makna Historis: Menunjukkan adanya sistem administrasi dan hukum Majapahit yang mengatur tanah perdikan serta perlindungan terhadap kawasan religius.
ðŋ Kondisi dan Pelestarian
Kini Candi Plumbangan masih terpelihara dengan baik. Lingkungannya asri, dikelilingi pepohonan rindang dan sawah pedesaan. Situs ini menjadi objek wisata sejarah dan religi yang sering dikunjungi pelajar, peneliti, dan wisatawan budaya.
Candi ini juga menjadi simbol ketenangan spiritual masyarakat Plumbangan, sering dikaitkan dengan nilai kesucian, kesederhanaan, dan penghormatan terhadap leluhur.
ðŠ Nilai Penting Candi Plumbangan
- Saksi sejarah hukum dan administrasi Majapahit melalui prasasti abad ke-14.
- Contoh nyata arsitektur paduraksa sederhana namun monumental.
- Warisan budaya lokal yang masih dihormati masyarakat hingga kini.
ð “Candi Plumbangan bukan sekadar gapura batu tua — ia adalah gerbang masa lalu, yang menyambungkan kebijaksanaan Majapahit dengan napas budaya Blitar hari ini.”
72. Buatlah Risalah tentang Candi di Jawa Timur yaitu :
Candi Tepas (Kasembon, Blitar).
ðŠķ RISALAH CANDI TEPAS – KASEMBON, BLITAR
ð️ Identitas Candi
- Nama Situs: Candi Tepas
- Lokasi: Desa Tepas, Kecamatan Kasembon, Kabupaten Blitar, Jawa Timur
- Perkiraan Masa: Abad ke-14 Masehi (masa Majapahit)
- Bahan Bangunan: Batu andesit
- Kondisi: Sebagian besar reruntuhan dan sisa struktur dasar
ð§ Deskripsi dan Arsitektur
Candi Tepas merupakan situs percandian kecil yang diperkirakan berasal dari akhir masa Majapahit. Struktur yang tersisa menunjukkan susunan batu andesit berbentuk alas (batur) persegi, dengan bagian tubuh dan atap yang telah hilang.
Di beberapa sisi masih ditemukan batu-batu berelief sederhana, menandakan bahwa bangunan ini kemungkinan dahulu berfungsi sebagai tempat pemujaan lokal atau bagian dari kompleks candi yang lebih besar di wilayah Kasembon.
Letaknya di dataran tinggi perbukitan Blitar bagian barat menjadikan kawasan ini strategis dan sejuk, dengan suasana yang mendukung kegiatan spiritual pada masa lalu.
ð Temuan dan Jejak Sejarah
Selain struktur candi, di sekitar area Tepas ditemukan fragmen arca dan batu yoni, menunjukkan adanya unsur pemujaan terhadap dewa-dewa Hindu, khususnya Siwa.
Beberapa arkeolog menduga Candi Tepas merupakan bagian dari jaringan tempat suci pedesaan Majapahit yang berfungsi memperkuat pengaruh keagamaan dan pemerintahan pusat di daerah-daerah perbatasan.
Walau tidak ditemukan prasasti langsung di lokasi ini, gaya arsitektur dan bahan bangunan mengindikasikan periode Majapahit akhir (sekitar abad ke-14–15 M).
ð️ Fungsi dan Makna
- Fungsi Religius: Tempat pemujaan bagi masyarakat sekitar, terutama untuk penghormatan kepada Dewa Siwa atau roh leluhur.
- Fungsi Sosial: Titik pusat spiritual dan adat dalam kehidupan masyarakat desa kuno.
- Makna Kultural: Melambangkan hubungan harmonis antara manusia, alam, dan kekuatan ilahi di masa Majapahit.
ðŋ Kondisi dan Pelestarian
Kini Candi Tepas telah mengalami kerusakan, namun sisa-sisa batunya masih tersusun di lokasi asli. Upaya pelestarian dilakukan oleh warga dan pemerintah daerah dengan menata ulang batuan serta menjaga kawasan agar tetap bersih dan terawat.
Kawasan ini masih menarik untuk penelitian arkeologi, serta menjadi destinasi wisata budaya dan spiritual di lereng barat Blitar.
ðŠ Nilai Penting Candi Tepas
- Menunjukkan eksistensi peradaban Majapahit hingga pelosok pedesaan Blitar.
- Bukti nyata persebaran agama Hindu-Siwa di kawasan perbukitan Jawa Timur bagian selatan.
- Menjadi warisan arkeologis langka yang menyimpan potensi sejarah dan spiritual tinggi.
ð “Dari reruntuhan Candi Tepas, tersisa jejak kesunyian masa Majapahit — di mana doa dan batu menyatu, menjaga keseimbangan antara langit dan bumi.”
73. Buatlah Risalah tentang Candi di Jatim yaitu :
Candi Meja (Boyolangu, Tulungagung)
ðŠķ RISALAH CANDI MEJA – BOYOLANGU, TULUNGAGUNG
ð️ Identitas Candi
- Nama Situs: Candi Meja
- Lokasi: Desa Boyolangu, Kecamatan Boyolangu, Kabupaten Tulungagung, Jawa Timur
- Koordinat: Terletak di lereng utara Gunung Wilis
- Perkiraan Masa: Abad ke-14–15 Masehi (masa Majapahit)
- Bahan Bangunan: Batu andesit
- Kondisi: Reruntuhan candi datar (teras berundak)
ð§ Deskripsi dan Arsitektur
Candi Meja merupakan salah satu situs penting peninggalan masa akhir Majapahit, berbentuk teras berundak datar yang menyerupai meja batu besar — dari sinilah asal nama “Meja”.
Bangunannya tersusun dari batu andesit besar membentuk susunan persegi bertingkat tiga, tanpa atap atau dinding tubuh candi yang utuh. Permukaan paling atas datar dan luas, kemungkinan berfungsi sebagai tempat upacara pemujaan atau sesaji.
Di sekitarnya ditemukan batu yoni, fragmen arca, dan sisa struktur kecil yang menunjukkan bahwa kawasan ini dahulu merupakan kompleks suci pegunungan.
ð Konteks Sejarah
Letak Candi Meja yang berada di ketinggian menjadikannya bagian dari kompleks percandian lereng Gunung Wilis, yang berfungsi sebagai tempat pertapaan dan pemujaan dewa-dewa gunung.
Tradisi lokal menyebut kawasan ini berhubungan dengan situs-situs lain seperti Candi Penampihan, Candi Dadi, dan Candi Sanggrahan.
Fungsi spiritualnya diyakini sebagai pemujaan terhadap Dewa Siwa dan Dewi Parwati, sekaligus tempat semedi para resi dan bangsawan Majapahit.
ð️ Fungsi dan Makna
- Fungsi Religius: Tempat pemujaan suci di kawasan pegunungan (mandala gunung).
- Fungsi Kultural: Tempat leluhur bermeditasi untuk mencapai kesempurnaan batin.
- Makna Spiritual: Melambangkan kedekatan manusia dengan alam dan Sang Hyang Widi melalui kesunyian dan ketinggian.
ðŋ Kondisi dan Pelestarian
Kini Candi Meja masih dapat dikunjungi dengan perjalanan pendakian ringan dari Boyolangu menuju lereng Gunung Wilis. Reruntuhan batunya masih tersusun rapi dan alami, dikelilingi pepohonan rindang dan udara sejuk pegunungan.
Masyarakat sekitar sering mengunjungi tempat ini untuk ziarah budaya dan napak tilas sejarah Majapahit. Pemerintah daerah telah menempatkan papan penanda situs dan berupaya menjaga kebersihan lingkungan sekitar.
ðŠ Nilai Penting Candi Meja
- Salah satu situs tertinggi di lereng Gunung Wilis yang menunjukkan pola keagamaan Majapahit di pegunungan.
- Bentuk arsitektur teras berundak menjadi simbol hubungan manusia dan alam semesta.
- Menjadi pusat spiritual dan arkeologis yang penting di kawasan Boyolangu.
ð “Candi Meja bukan sekadar susunan batu di ketinggian — ia adalah altar sunyi Majapahit, tempat doa mengalun di antara kabut dan pepohonan Wilis.”
74. Buatlah Risalah tentang Candi di Jawa Timur yaitu :
Candi Selomangteng atau Goa Pertapaan Selomangleng (Boyolangu, Tulungagung)
Berikut versi teks lengkap dan rapi dari Risalah Candi Selomangteng (Goa Pertapaan Selomangleng, Boyolangu, Tulungagung) ð
ðŠ RISALAH CANDI SELOMANGTENG – BOYOLANGU, TULUNGAGUNG
ð️ Letak dan Latar Sejarah
Candi Selomangteng, dikenal juga sebagai Goa Pertapaan Selomangleng, terletak di Desa Boyolangu, Kecamatan Boyolangu, Kabupaten Tulungagung, Jawa Timur.
Nama Selomangleng berasal dari bahasa Jawa: Selo berarti batu, dan Mangleng berarti miring atau menjorok—menggambarkan bentuk goa batu yang menjadi tempat pertapaan.
Goa ini merupakan peninggalan masa Kerajaan Kadiri (abad XI–XII Masehi) dan diyakini berhubungan erat dengan masa pemerintahan Raja Airlangga serta legenda Dewi Kilisuci, putri raja yang memilih hidup bertapa daripada kembali ke kehidupan istana.
ð§ą Bentuk dan Struktur
Goa Selomangleng dipahat langsung pada batu andesit besar di lereng perbukitan.
Bagian luar goa menampilkan pintu berhiaskan ukiran kala-makara, sementara bagian dalam berbentuk ruang kecil berlantai batu yang digunakan sebagai tempat bertapa.
Relief pada dinding goa menggambarkan tokoh-tokoh pewayangan dan dewa-dewi Hindu, seperti Durga, Agastya, dan Ganesha, menunjukkan fungsi keagamaan yang kuat dalam pemujaan terhadap Dewa Siwa.
ðŠ Ragam Hias dan Arca
Ciri khas Candi Selomangleng terdapat pada:
- Relief arca Durga Mahisasuramardini (Durga membunuh raksasa kerbau),
- Arca Agastya dan Ganesha,
- Ornamen bunga teratai dan sulur-suluran,
- Lingga-Yoni kecil di bagian dalam, sebagai simbol kesucian dan penyatuan kosmis.
Ragam hias tersebut memperkuat dugaan bahwa tempat ini dahulu berfungsi sebagai pertapaan suci penganut Siwaisme.
ð Nilai Historis dan Legendaris
Masyarakat setempat percaya bahwa Goa Selomangleng adalah tempat pertapaan Dewi Kilisuci, putri Raja Airlangga yang menolak kembali ke istana setelah berhasil membantu ayahnya menyatukan kerajaan.
Ia memilih hidup suci dan bertapa di tempat ini hingga akhir hayatnya.
Legenda ini mengandung nilai moral tentang pengendalian diri, kesucian hati, dan pengabdian spiritual—ciri khas ajaran Hindu-Jawa klasik.
ðŋ Kondisi Kini dan Pelestarian
Kini Candi Selomangleng menjadi situs wisata sejarah dan spiritual yang dikelola oleh Pemerintah Kabupaten Tulungagung.
Kawasan ini sering dikunjungi wisatawan, peziarah, serta peneliti arkeologi yang tertarik pada goa pertapaan batu pahat dari masa klasik Jawa Timur.
Upaya pelestarian dilakukan dengan penataan area, penerangan, serta pembangunan akses jalan menuju situs.
ð°️ Kesimpulan
Candi atau Goa Selomangleng merupakan situs pertapaan Hindu–Siwaistis yang mencerminkan perpaduan antara ajaran spiritual, seni pahat batu, dan legenda lokal pada masa Kadiri.
Keheningan goa, relief sakral, dan kisah Dewi Kilisuci menjadikan Selomangleng sebagai warisan budaya yang sarat makna spiritual dan sejarah Jawa Timur.
ð Lokasi: Desa Boyolangu, Kabupaten Tulungagung, Jawa Timur
Periode: Kerajaan Kadiri (abad XI–XII Masehi)
Fungsi: Tempat pertapaan dan pemujaan Hindu–Siwaistis
Bahan: Batu andesit pahat
Status: Cagar Budaya Kabupaten Tulungagung
75. Buatlah Risalah tentang Candi di Jawa Timur yaitu :
Candi Penampihan atau Candi Asmoro Bangun (Sendang, Tulungagung)
ðŠķ RISALAH CANDI PENAMPIHAN (ASMORO BANGUN) – SENDANG, TULUNGAGUNG
ð️ Identitas dan Lokasi
- Nama lain: Candi Asmoro Bangun
- Lokasi: Desa Penampihan, Kecamatan Sendang, Kabupaten Tulungagung, Jawa Timur
- Koordinat: Lereng barat Gunung Wilis
- Akses: Sekitar 25 km dari pusat kota Tulungagung
ð°️ Latar Sejarah
Candi Penampihan dikenal juga dengan nama Candi Asmoro Bangun, sebuah peninggalan masa Kerajaan Kediri atau Singhasari. Berdasarkan gaya arsitektur dan bahan batu andesit yang digunakan, para arkeolog memperkirakan candi ini dibangun sekitar abad ke-13 Masehi.
Nama “Asmoro Bangun” muncul dari legenda lokal yang mengaitkan tempat ini dengan kisah percintaan Raden Panji Asmarabangun dan Dewi Sekartaji (Candrakirana), tokoh dalam cerita Panji yang sangat populer di Jawa Timur.
ð§ą Bentuk dan Arsitektur
Candi Penampihan terbuat dari batu andesit, dengan ukuran bangunan utama sekitar 6 x 6 meter, berdiri di atas teras batu bertingkat yang menghadap ke barat.
Ciri khasnya adalah adanya tangga batu kecil dengan pipi tangga yang dihiasi pahatan sederhana.
Bagian tubuh candi kini sudah banyak rusak, tetapi fondasi dan kaki candi masih tampak jelas memperlihatkan rancangan yang cukup simetris.
Di sekitar lokasi juga ditemukan arca Siwa, Ganesha, dan Nandi, yang menunjukkan bahwa candi ini bercorak Hindu-Siwaistis.
ðŠ Fungsi dan Makna
Candi Penampihan diyakini berfungsi sebagai tempat pemujaan bagi para pertapa dan bangsawan kerajaan yang mengasingkan diri untuk mendekatkan diri pada Dewa Siwa.
Dalam tradisi masyarakat setempat, tempat ini dianggap keramat, dan pada malam-malam tertentu masih sering digunakan untuk ritual atau ziarah spiritual.
ðū Legenda Rakyat
Masyarakat sekitar percaya bahwa di tempat ini Raden Asmoro Bangun bertapa untuk mencari petunjuk agar dapat bertemu kembali dengan kekasihnya, Dewi Sekartaji.
Dari kisah tersebut, nama “Asmoro Bangun” berarti “Cinta yang Membangun”, melambangkan kesetiaan dan pengorbanan demi cinta sejati.
ð§ Temuan Arkeologis
Beberapa artefak yang pernah ditemukan di sekitar situs:
- Fragmen arca Durga Mahisasuramardini
- Pecahan lingga-yoni
- Batu inskripsi dengan tulisan aksara Jawa Kuno yang belum sepenuhnya terbaca
- Batu altar persembahan
ð️ Kondisi dan Pelestarian
Saat ini, Candi Penampihan masih berada dalam kondisi sebagian runtuh, namun lingkungan sekitarnya telah dibersihkan dan dijaga oleh masyarakat lokal.
Dinas Kebudayaan Tulungagung dan Balai Pelestarian Kebudayaan Wilayah XI telah melakukan pendataan dan konservasi ringan, agar situs ini tidak hilang ditelan waktu.
ð️ Nilai Historis dan Kultural
Candi Penampihan bukan hanya peninggalan arkeologis, tetapi juga penanda kehidupan spiritual masyarakat Jawa Timur kuno di lereng Gunung Wilis.
Ia menjadi simbol perpaduan antara sejarah, legenda, dan keindahan alam, yang membentuk jati diri budaya Tulungagung.
ð Kesimpulan
Candi Penampihan atau Asmoro Bangun merupakan warisan penting dari masa Hindu di Jawa Timur. Selain memuat nilai sejarah dan keagamaan, situs ini juga menyimpan pesan tentang ketekunan, cinta, dan pencarian spiritual yang menjadi bagian dari warisan budaya Nusantara.
76. Buatlah Risalah tentang Candi di Jawa Timur yaitu :
Candi Mirigambar (Kalidawir, Tulungagung)
RISALAH CANDI MIRIGAMBAR – KALIDAWIR, TULUNGAGUNG
ð️ Letak dan Latar Sejarah
Candi Mirigambar terletak di Desa Mirigambar, Kecamatan Kalidawir, Kabupaten Tulungagung, Jawa Timur. Situs ini berada di kawasan pedesaan yang tenang di lereng selatan Gunung Wilis, sekitar 20 km dari pusat kota Tulungagung.
Nama Mirigambar diyakini berasal dari kata “miri” (pohon miri atau kemiri) dan “gambar” (lukisan atau relief), menggambarkan kawasan berhutan yang banyak pohon kemirinya serta peninggalan candi dengan ukiran menarik.
Candi ini diperkirakan berasal dari masa Majapahit akhir, sekitar abad XIV–XV Masehi. Berdasarkan bentuk arsitektur dan ragam hiasnya, Candi Mirigambar kemungkinan besar memiliki fungsi keagamaan Hindu–Siwaistis, sekaligus tempat pemujaan bagi para leluhur.
ð§ą Bentuk dan Struktur Candi
Candi Mirigambar kini tidak lagi utuh, hanya tersisa bagian batur (alas candi) dan beberapa bagian kaki candi dari batu andesit.
Batur berbentuk persegi panjang, tersusun rapi dari batu berukuran besar, dengan tangga di sisi timur sebagai arah utama (orientasi timur–barat).
Di sekeliling batur terdapat relief yang menggambarkan kehidupan sehari-hari, tokoh-tokoh berpakaian kerajaan, hewan, serta kisah yang diduga berhubungan dengan ajaran moral Hindu. Relief ini menunjukkan tingkat seni pahat yang tinggi, dengan gaya khas Majapahit yang realistis namun simbolis.
ðŠ Ragam Hias dan Arca
Temuan di sekitar situs antara lain:
- Fragmen arca Siwa dan Durga,
- Batu antefik dengan motif kala-makara,
- Batu pipisan (alat untuk menumbuk sesaji),
- Lingga–Yoni kecil yang menandakan tempat suci pemujaan.
Sebagian arca dan batu hias kini disimpan di Balai Pelestarian Cagar Budaya (BPCB) Jawa Timur untuk keperluan konservasi.
ð Nilai Historis dan Budaya
Candi Mirigambar menjadi salah satu bukti penyebaran budaya Majapahit ke wilayah selatan Jawa Timur, terutama di daerah Tulungagung dan sekitarnya.
Selain itu, candi ini menegaskan adanya pusat keagamaan kecil di luar kota raja, yang berfungsi melestarikan ajaran Hindu sekaligus memperkuat hubungan spiritual masyarakat dengan kerajaan.
Bagi masyarakat sekitar, situs ini dianggap keramat dan sering dijadikan tempat bersih desa atau ritual sedekah bumi.
ðŋ Kondisi Kini dan Pelestarian
Saat ini, reruntuhan Candi Mirigambar telah dilindungi sebagai Cagar Budaya.
Upaya pelestarian dilakukan dengan membersihkan area situs, menata batuan yang tersisa, serta memasang papan informasi sejarah.
Masyarakat desa turut berperan menjaga kebersihan dan kesakralan area candi, menjadikannya bagian dari identitas sejarah lokal Tulungagung.
ð°️ Kesimpulan
Candi Mirigambar merupakan saksi bisu kejayaan Majapahit yang tersebar hingga pedalaman selatan.
Meski kini hanya tersisa reruntuhan, keindahan relief dan nilai spiritualnya tetap memancarkan jejak kebesaran masa lalu dan menjadi pengingat pentingnya menjaga warisan budaya nenek moyang.
ð Lokasi: Desa Mirigambar, Kecamatan Kalidawir, Kabupaten Tulungagung – Jawa Timur
Periode: Akhir Majapahit (abad XIV–XV M)
Fungsi: Tempat pemujaan Hindu–Siwaistis
Bahan utama: Batu andesit
Status: Cagar Budaya Nasional
77. Buatlah Risalah tentang Candi di Jawa Timur yaitu :
Candi Kanigoro (Campurdarat, Tulungagung)
RISALAH CANDI KANIGORO – CAMPURDARAT, TULUNGAGUNG
ð️ Letak dan Latar Sejarah
Candi Kanigoro terletak di Desa Candirejo, Kecamatan Campurdarat, Kabupaten Tulungagung, Jawa Timur. Candi ini berada di kawasan yang tidak jauh dari sumber mata air dan sawah, menandakan lokasi yang dulu dipilih karena kesakralan dan kesuburan alamnya.
Berdasarkan hasil penelitian arkeologis, Candi Kanigoro diperkirakan dibangun pada masa Majapahit akhir sekitar abad XIV–XV Masehi. Gaya arsitektur serta bahan penyusunnya menguatkan dugaan bahwa candi ini berkaitan dengan tradisi Hindu–Siwaistis, mungkin sebagai tempat pemujaan atau pendarmaan tokoh penting lokal.
ð§ą Bentuk dan Struktur Candi
Candi Kanigoro kini tidak lagi utuh; sebagian besar bangunan utama telah runtuh dan hanya menyisakan batur (alas candi) yang dibuat dari batu andesit.
Bentuk batur berdenah persegi panjang dengan tangga kecil di sisi timur, yang mengindikasikan orientasi utama menghadap ke arah timur, sesuai dengan tradisi Majapahit.
Di sekitar area situs ditemukan pecahan batu candi, fragmen arca, serta batu bata kuno berukuran besar yang kemungkinan merupakan bagian dari pagar keliling atau bangunan pendukung di masa lalu.
ðŠ Ragam Hias dan Temuan Arkeologis
Temuan penting di sekitar Candi Kanigoro antara lain:
- Fragmen arca Siwa dan Nandiswara,
- Batu Yoni tanpa Lingga,
- Relief sederhana dengan motif flora dan geometris,
- Pipisan dan lumpang batu, diduga digunakan untuk upacara ritual.
Gaya pahatan menunjukkan kesamaan dengan candi-candi di wilayah Blitar dan Kediri, memperkuat dugaan bahwa Tulungagung pada masa itu merupakan bagian dari jaringan keagamaan dan budaya Majapahit.
ð Nilai Historis dan Budaya
Candi Kanigoro merupakan jejak penting penyebaran budaya Majapahit di wilayah selatan Jawa Timur.
Selain berfungsi sebagai tempat ibadah, candi ini juga diyakini menjadi pusat kegiatan spiritual desa-desa kuno di sekitar Campurdarat.
Bagi masyarakat setempat, situs ini masih dianggap angker dan keramat, sering dikunjungi pada waktu-waktu tertentu untuk berdoa atau melakukan ritual tradisional seperti ruwatan dan bersih desa.
ðŋ Kondisi Kini dan Upaya Pelestarian
Saat ini, situs Candi Kanigoro sudah terdaftar sebagai Cagar Budaya Kabupaten Tulungagung.
BPCB Jawa Timur bersama warga sekitar melakukan penataan ulang batuan candi, memasang pagar pembatas, dan membuat papan informasi sejarah untuk pengunjung.
Meski hanya tersisa reruntuhan, situs ini menjadi lokasi edukasi sejarah lokal dan bagian dari jalur wisata budaya Tulungagung selatan.
ð°️ Kesimpulan
Candi Kanigoro adalah peninggalan Majapahit yang menyimpan nilai religius dan arkeologis tinggi.
Melalui relief, batu, dan legenda yang tersisa, Candi Kanigoro menjadi saksi bisu perjalanan panjang peradaban Hindu di Tulungagung, serta wujud harmoni antara manusia dan alam di masa lalu.
ð Lokasi: Desa Candirejo, Kecamatan Campurdarat, Kabupaten Tulungagung – Jawa Timur
Periode: Akhir Majapahit (abad XIV–XV M)
Fungsi: Tempat pemujaan Hindu–Siwaistis
Bahan utama: Batu andesit dan bata merah
Status: Cagar Budaya
78. Kabupaten Magetan
Candi Sadon (Magetan)
RISALAH CANDI SADON – MAGETAN, JAWA TIMUR
ð️ Letak dan Latar Sejarah
Candi Sadon terletak di Desa Cepoko, Kecamatan Panekan, Kabupaten Magetan, Jawa Timur.
Situs ini berada di kaki Gunung Lawu, kawasan yang sejak masa klasik dikenal sebagai wilayah suci karena banyak ditemukan peninggalan arkeologis bercorak Hindu dan Buddha.
Candi Sadon diperkirakan berasal dari masa Majapahit akhir, sekitar abad XIV–XV Masehi, dan diyakini memiliki fungsi keagamaan Hindu–Siwaistis. Letaknya di dataran tinggi menunjukkan peran spiritual sebagai tempat pertapaan atau peribadatan bagi pendeta dan bangsawan Majapahit yang mencari ketenangan batin di lereng Lawu.
ð§ą Bentuk dan Struktur Candi
Candi Sadon saat ini tidak berdiri utuh, namun masih tampak batur (alas candi) berdenah persegi panjang dengan sisa susunan batu andesit.
Orientasi bangunan menghadap ke timur, seperti tradisi umum candi-candi Hindu Jawa Timur.
Di sekitar situs ditemukan tumpukan batu berukir, fragmen yoni, dan pecahan relief yang menggambarkan dedaunan serta binatang mitologis.
Sisa-sisa batu bata kuno juga ditemukan di sekitar area, menunjukkan kemungkinan adanya bangunan pendukung atau pagar keliling.
ðŠ Ragam Hias dan Temuan Arkeologis
Beberapa temuan penting di kawasan Candi Sadon antara lain:
- Fragmen arca Siwa dan Ganesha,
- Lingga–Yoni kecil tanpa hiasan,
- Relief sederhana dengan motif tumbuhan dan kala-makara,
- Batu pipisan dan batu lumpang yang mungkin digunakan untuk ritual.
Gaya pahatannya sederhana namun memiliki ciri khas Majapahit akhir, yaitu proporsi tubuh yang kaku namun ekspresif, serta pola hias minimalis.
ð Nilai Historis dan Budaya
Candi Sadon merupakan bukti penting bahwa kawasan Gunung Lawu bagian timur menjadi pusat kegiatan spiritual sejak masa Majapahit.
Selain sebagai tempat pemujaan Hindu, wilayah Sadon dan sekitarnya diyakini juga menjadi jalur ziarah dan pertapaan, seiring dengan tradisi keagamaan sinkretik yang berkembang di akhir masa Majapahit.
Bagi masyarakat Magetan, situs ini dianggap keramat dan sering dikunjungi untuk berdoa atau tirakat, terutama pada bulan Suro.
ðŋ Kondisi Kini dan Pelestarian
Kini Candi Sadon telah ditetapkan sebagai Cagar Budaya Kabupaten Magetan.
BPCB Jawa Timur telah melakukan pemetaan, dokumentasi, dan penataan ulang batuan candi, meskipun sebagian besar struktur asli belum dapat direkonstruksi sepenuhnya.
Area situs dijaga oleh warga sekitar dan dijadikan lokasi edukasi sejarah bagi pelajar maupun peneliti.
ð°️ Kesimpulan
Candi Sadon menjadi saksi sejarah spiritual di lereng timur Gunung Lawu, mencerminkan keagungan dan kedalaman ajaran Hindu Majapahit di Magetan.
Meski hanya tersisa reruntuhan, keheningan dan aura kesuciannya tetap terasa, menjadikannya situs penting dalam mozaik warisan budaya Jawa Timur.
ð Lokasi: Desa Cepoko, Kecamatan Panekan, Kabupaten Magetan – Jawa Timur
Periode: Akhir Majapahit (abad XIV–XV M)
Fungsi: Pemujaan Hindu–Siwaistis dan tempat pertapaan
Bahan utama: Batu andesit dan bata merah
Status: Cagar Budaya Kabupaten Magetan
79. Buatlah Risalah tentang Candi di Jawa Timur yaitu :
Candi Pamotan I dan II (Porong, Sidoarjo)
Berikut teks Risalah Candi Pamotan I dan II (Porong, Sidoarjo):
ð️ RISALAH CANDI PAMOTAN I DAN II – PORONG, SIDOARJO
Letak dan Penemuan
Candi Pamotan I dan II terletak di Desa Pamotan, Kecamatan Porong, Kabupaten Sidoarjo, Jawa Timur. Kedua candi ini berada tidak jauh dari aliran Sungai Porong, di daerah yang pada masa lampau merupakan bagian dari jalur penting penghubung antara wilayah Mojokerto–Sidoarjo–Delta Brantas.
Situs ini pertama kali tercatat oleh para arkeolog Balai Pelestarian Cagar Budaya (BPCB) Jawa Timur pada akhir abad ke-20, setelah ditemukan struktur bata kuno oleh warga saat penggalian tanah.
Bentuk dan Struktur
Candi Pamotan I dan II terbuat dari bata merah khas peninggalan Kerajaan Majapahit.
Keduanya merupakan candi perwara (pendamping) yang kemungkinan besar menjadi bagian dari kompleks keagamaan yang lebih besar.
- Candi Pamotan I memiliki denah bujur sangkar berukuran sekitar 6 x 6 meter dengan bagian kaki candi masih cukup jelas terlihat.
- Candi Pamotan II, yang terletak tidak jauh dari candi pertama, memiliki bentuk serupa namun sebagian besar struktur atasnya telah runtuh dan tertimbun tanah.
Gaya Arsitektur dan Hiasan
Kedua candi menampilkan gaya arsitektur Majapahit akhir (abad XIV–XV M) dengan ciri bata merah yang disusun rapat tanpa perekat semen, tetapi menggunakan teknik gosok.
Hiasan relief pada bagian kaki dan dinding sudah aus, namun masih tampak pola sulur dan kala makara sederhana, menunjukkan fungsi religius bercorak Hindu.
Fungsi dan Makna
Candi Pamotan I dan II diperkirakan digunakan sebagai tempat pemujaan atau bangunan peringatan (prasada) bagi tokoh lokal yang dihormati.
Letaknya yang berdekatan menunjukkan hubungan antara dua bangunan ini sebagai pasangan suci, mungkin melambangkan aspek Dewa Siwa dan Dewi Parwati, sebagaimana lazim dalam tradisi Majapahit.
Kondisi dan Pelestarian
Kini, kedua situs candi telah mengalami kerusakan akibat erosi dan kegiatan manusia.
Balai Pelestarian Kebudayaan Wilayah XI (BPK) Jawa Timur telah melakukan pendataan, pelindungan, dan pemagaran lokasi, serta berencana melakukan rekonstruksi sebagian struktur untuk kepentingan edukasi sejarah dan wisata budaya Porong.
Nilai Historis
Candi Pamotan I dan II menjadi bukti bahwa kawasan Porong pada masa Majapahit bukan sekadar daerah pertanian dan perdagangan, tetapi juga pusat kegiatan keagamaan dan spiritualitas Hindu-Siwa.
Situs ini memperkaya peta persebaran warisan Majapahit di dataran delta Brantas bagian Timur.
ð Sumber:
Balai Pelestarian Cagar Budaya Jawa Timur; Dinas Kebudayaan dan Pariwisata Kab. Sidoarjo; Kajian Arkeologi Majapahit (2020).
80. Buatlah Risalah tentang Candi di Jawa Timur yaitu :
Candi Darmo (Wonosoyo, Sidoarjo)
Berikut teks risalahnya:
RISALAH CANDI DARMO – WONOSOYO, SIDOARJO
LETAK DAN PENEMUAN
Candi Darmo terletak di Desa Wonosoyo, Kecamatan Wonoayu, Kabupaten Sidoarjo, Jawa Timur. Situs ini pertama kali dikenal masyarakat sekitar sebagai tumpukan bata merah tua yang sebagian tertimbun tanah sawah. Berdasarkan penelitian Balai Pelestarian Kebudayaan, struktur tersebut merupakan sisa bangunan suci masa akhir Kerajaan Majapahit.
BENTUK DAN STRUKTUR
Candi Darmo dibuat dari bata merah dengan bentuk persegi berundak satu, tanpa relief yang mencolok. Di tengah bagian lantai ditemukan bekas lubang peripih, menandakan bahwa candi ini dulunya digunakan untuk upacara keagamaan atau pemujaan dewa tertentu. Ukurannya relatif kecil, menandakan fungsi lokal di lingkungan pedesaan.
GAYA ARSITEKTUR DAN HIASAN
Gaya arsitektur Candi Darmo menunjukkan kesederhanaan khas bangunan masa Majapahit akhir, dengan proporsi bata yang rapi dan tidak banyak ornamen. Diperkirakan candi ini merupakan tempat pemujaan dewa pelindung desa atau tempat penghormatan terhadap leluhur.
KONDISI DAN PELESTARIAN
Kini, sisa struktur Candi Darmo telah mengalami kerusakan akibat erosi dan kegiatan pertanian. Upaya pelestarian dilakukan oleh warga bersama pemerintah daerah dengan menandai area situs dan membersihkan vegetasi liar secara berkala. Diharapkan di masa depan, dilakukan ekskavasi dan pemugaran terbatas agar peninggalan ini dapat dimanfaatkan untuk pendidikan dan wisata sejarah.
NILAI HISTORIS
Candi Darmo merupakan bukti adanya jaringan tempat pemujaan kecil di sekitar wilayah Sidoarjo pada masa Majapahit. Keberadaannya memperkaya pemahaman tentang sebaran budaya Majapahit hingga ke pedesaan, serta menjadi simbol keterhubungan masyarakat lokal dengan pusat kerajaan di Trowulan.
81. Buatlah Risalah tentang Candi di Jawa Timur yaitu :
Candi Tawangalun (Sedati, Sidoarjo)
ðŠķ RISALAH CANDI TAWANGALUN – SEDATI, SIDOARJO
ð️ Identitas dan Lokasi
- Nama Situs: Candi Tawangalun
- Lokasi: Dusun Tawangalun, Desa Kalanganyar, Kecamatan Sedati, Kabupaten Sidoarjo, Jawa Timur
- Koordinat: ±5 km dari Bandara Juanda
- Tipe: Candi batu bata merah
- Ketinggian lokasi: ±5 meter di atas permukaan laut
ð°️ Latar Sejarah
Candi Tawangalun merupakan salah satu peninggalan masa akhir Kerajaan Majapahit yang ditemukan di kawasan pesisir Sidoarjo bagian selatan. Nama “Tawangalun” diduga berasal dari tokoh legendaris Prabu Tawangalun, raja yang disebut dalam beberapa babad dan cerita rakyat Jawa Timur sebagai penerus tradisi kebesaran Majapahit di masa peralihan ke era Islam.
Secara arkeologis, situs ini memperlihatkan pengaruh arsitektur Majapahit abad XV Masehi, dengan ciri bata merah halus dan denah bujur sangkar yang mirip dengan candi-candi di Trowulan.
ð§ą Bentuk dan Arsitektur
- Candi terbuat dari batu bata merah khas Majapahit.
- Sisa bangunan berupa fondasi berbentuk bujur sangkar dengan ukuran sekitar 6 x 6 meter.
- Di sekitarnya ditemukan pecahan bata, fragmen arca, dan sisa yoni tanpa lingga.
- Letaknya yang dekat dengan pantai menunjukkan peran penting wilayah ini sebagai kawasan pemujaan atau pelabuhan suci di masa Majapahit.
Bagian kaki candi memiliki sistem bata bersusun tanpa perekat semen, mengandalkan kerapatan susunan bata yang direkatkan dengan teknik tradisional.
ðŠ Fungsi dan Keagamaan
Candi Tawangalun diperkirakan berfungsi sebagai tempat pemujaan Dewa Siwa atau leluhur kerajaan. Beberapa arkeolog menduga bahwa tempat ini merupakan padepokan suci yang juga berfungsi untuk ritual pelayaran atau permohonan keselamatan laut, mengingat lokasinya yang dekat dengan pantai Sedati.
ðū Legenda Rakyat
Menurut cerita masyarakat setempat, Prabu Tawangalun adalah penguasa bijaksana yang hidup setelah keruntuhan Majapahit. Ia dikenal suka bertapa di tempat yang kini disebut Dusun Tawangalun, sehingga masyarakat menamai wilayah tersebut untuk mengenang beliau.
Beberapa orang percaya bahwa di bawah tanah situs ini terdapat pintu rahasia menuju istana gaib, tempat roh Prabu Tawangalun bersemayam.
ð§ Temuan Arkeologis
- Batu bata merah besar berukuran tidak lazim (panjang ±40 cm).
- Fragmen yoni dan arca batu andesit.
- Serpihan keramik asing (Tiongkok abad XV).
- Tulang-belulang hewan kurban di sekitar area galian, menandakan adanya aktivitas ritual.
ð️ Kondisi dan Pelestarian
Saat ini situs Candi Tawangalun telah dilindungi oleh Balai Pelestarian Kebudayaan Wilayah XI dan masyarakat sekitar.
Beberapa bagian telah diberi atap pelindung sederhana agar tidak rusak oleh air hujan dan abrasi udara laut.
Lingkungan sekitarnya telah dijadikan zona konservasi situs budaya oleh Pemerintah Kabupaten Sidoarjo.
ð️ Nilai Historis dan Kultural
Candi Tawangalun mencerminkan jejak terakhir kejayaan Majapahit di pesisir utara Jawa Timur, sekaligus menandai masa transisi dari kepercayaan Hindu-Siwa menuju awal penyebaran Islam.
Situs ini menjadi saksi bahwa peradaban pesisir bukan hanya pelabuhan dagang, tetapi juga pusat spiritual dan budaya yang penting di masa lalu.
ð Kesimpulan
Candi Tawangalun di Sedati, Sidoarjo adalah situs bersejarah yang mengandung nilai arkeologis tinggi. Ia menyatukan unsur sejarah Majapahit, legenda Prabu Tawangalun, dan kearifan lokal masyarakat pesisir yang menjaga warisan leluhur hingga kini.
Apakah Anda ingin saya lanjutkan membuat gambar risalah krem elegan seperti seri sebelumnya (dengan ilustrasi candi bata merah berlatar pesisir Sedati)?
82. Buatlah Risalah tentang Candi di Jawa Timur yaitu :
Candi Medalem (Sidoarjo)
ðŠķ RISALAH CANDI MEDALEM – SIDOARJO
ð️ Identitas dan Lokasi
- Nama Situs: Candi Medalem
- Lokasi: Desa Medalem, Kecamatan Tulangan, Kabupaten Sidoarjo, Jawa Timur
- Koordinat: Sekitar 10 km ke arah barat dari pusat Kota Sidoarjo
- Tipe: Candi bata merah
- Lingkungan: Area pedesaan agraris dengan sawah dan pemukiman penduduk
ð°️ Latar Sejarah
Candi Medalem merupakan salah satu peninggalan arkeologis masa akhir Kerajaan Majapahit yang tersebar di wilayah Sidoarjo. Nama “Medalem” diyakini berasal dari kata “dalem” yang berarti rumah bangsawan atau tempat suci keluarga kerajaan.
Candi ini kemungkinan dibangun sekitar abad ke-14 hingga ke-15 Masehi, masa di mana Majapahit masih memiliki pengaruh kuat di daerah delta Sungai Brantas. Fungsi candi ini diduga terkait dengan pemujaan leluhur atau tempat penyimpanan abu jenazah bangsawan Majapahit.
ð§ą Bentuk dan Arsitektur
- Dibangun dari batu bata merah berukuran besar khas arsitektur Majapahit.
- Bentuk denah bujur sangkar, ukuran sekitar 6 x 6 meter, menghadap ke barat.
- Di sekitar situs ditemukan pecahan yoni, fragmen bata bersudut, dan arca kecil Siwaistis.
- Candi Medalem kini tinggal bagian fondasi dan sebagian kaki candi, namun susunan batanya masih menunjukkan teknik presisi tanpa perekat semen.
ðŠ Fungsi dan Makna
Candi Medalem kemungkinan berfungsi sebagai:
- Tempat pemujaan terhadap Dewa Siwa atau leluhur bangsawan Majapahit.
- Padepokan spiritual bagi pendeta atau resi yang bertugas menjaga kesucian wilayah.
- Sebagian warga percaya tempat ini dahulu merupakan gerbang sakral menuju permukiman bangsawan di wilayah delta Sidoarjo.
ðū Legenda Rakyat
Dalam kisah lisan masyarakat Tulangan, disebutkan bahwa Candi Medalem adalah tempat pertapaan seorang putri Majapahit bernama Dewi Retno Kusumawati, yang bertapa untuk memohon keselamatan kerajaan dari kehancuran.
Dikisahkan pula bahwa pada malam-malam tertentu, tercium aroma dupa dan bunga kenanga dari arah situs, diyakini sebagai pertanda kehadiran roh suci penjaga tempat tersebut.
ð§ Temuan Arkeologis
Beberapa temuan penting dari sekitar situs:
- Fragmen bata besar (panjang ±40 cm) dengan permukaan halus.
- Potongan yoni kecil tanpa lingga.
- Serpihan gerabah dan keramik Tiongkok abad XV.
- Lapisan tanah abu dan arang, kemungkinan sisa ritual pembakaran suci.
ð️ Kondisi dan Pelestarian
Situs Candi Medalem kini berada di area pemukiman penduduk dan ladang, dikelilingi pagar pelindung sederhana.
Balai Pelestarian Kebudayaan Wilayah XI telah melakukan pendataan dan pemetaan arkeologis agar situs ini tidak hilang karena perluasan lahan.
Masyarakat sekitar juga aktif menjaga situs ini dengan tradisi selamatan desa setiap bulan Suro.
ð️ Nilai Historis dan Kultural
Candi Medalem merepresentasikan masa akhir kejayaan Majapahit di daerah delta sungai, di mana budaya Hindu-Siwa masih hidup berdampingan dengan munculnya pengaruh Islam awal.
Candi ini menjadi bukti bahwa Sidoarjo bukan hanya pusat pertanian dan perdagangan, tetapi juga pusat spiritual yang penting di masa lalu.
ð Kesimpulan
Candi Medalem di Tulangan, Sidoarjo adalah warisan arkeologis yang mencerminkan harmoni antara sejarah, religi, dan budaya lokal. Walau tersisa dalam bentuk reruntuhan, ia tetap menyampaikan pesan luhur tentang kesetiaan dan penghormatan kepada leluhur yang menjadi bagian dari jati diri masyarakat Jawa Timur.
Apakah Anda ingin saya lanjutkan membuat gambar risalah krem elegan seperti seri sebelumnya (dengan ilustrasi candi bata merah di tengah ladang dan latar langit lembut)?
Berikut Risalah Candi Sumberjati (Jawa Timur)
ð️ RISALAH CANDI SUMBERJATI
Kabupaten Blitar, Jawa Timur
1. Lokasi dan Kondisi
Candi Sumberjati terletak di Desa Sumberjati, Kecamatan Kademangan, Kabupaten Blitar. Situs ini berada di daerah perbukitan rendah bagian selatan Blitar, yang dikelilingi oleh lahan pertanian dan sumber air alami. Kondisi situs kini berupa reruntuhan batu bata merah yang tersisa dari struktur candi kuno.
2. Sejarah dan Penemuan
Candi ini diduga berasal dari masa akhir Kerajaan Majapahit, sekitar abad ke-15 Masehi. Penemuan awalnya dilakukan oleh warga desa pada tahun 1970-an saat penggalian tanah untuk membuat saluran irigasi. Setelah itu, Balai Pelestarian Cagar Budaya (BPCB) Jawa Timur melakukan pendataan dan pelindungan dasar.
3. Arsitektur dan Struktur
- Bahan: Batu bata merah khas Majapahit.
- Tata letak: Diperkirakan berbentuk candi tunggal dengan pondasi berundak.
- Orientasi: Menghadap ke Timur.
- Ornamen: Tersisa fragmen batu berpahat sederhana dan beberapa bata berhias garis geometris.
Ciri-ciri ini menunjukkan bahwa Candi Sumberjati kemungkinan digunakan sebagai tempat pemujaan lokal bagi masyarakat pedesaan Majapahit menjelang kemundurannya.
4. Fungsi dan Makna
Candi ini diyakini berfungsi sebagai tempat peribadatan Hindu atau Sinkretik Siwa–Buddha, sesuai corak keagamaan masa akhir Majapahit. Letaknya di dekat sumber air memperkuat fungsi spiritual dan simbolik air sebagai penyucian diri.
5. Pelestarian
Kini, situs Candi Sumberjati termasuk dalam daftar Cagar Budaya Kabupaten Blitar. Pemerintah daerah bersama warga desa melakukan perawatan sederhana dan penanaman pohon pelindung di sekitar area situs agar tetap lestari.
6. Nilai Penting
Candi Sumberjati menjadi saksi sejarah persebaran pengaruh Majapahit hingga wilayah selatan Blitar dan memperlihatkan bagaimana masyarakat desa tetap menjaga tempat suci kecil sebagai bagian dari warisan leluhur.
ð°️ Jejak bata merah di tanah Sumberjati adalah gema sunyi dari kejayaan Majapahit yang kini dijaga dengan doa dan kesetiaan warga desa.
Apakah Anda ingin saya buatkan gambar risalah versi krem elegan seperti risalah-risalah sebelumnya (dengan ilustrasi candi dan teks di lembar risalah)?
84. Buatlah Risalah tentang Candi di Jawa Timur yaitu :
Candi Laras
Berikut Risalah Candi Laras (Jawa Timur)
ð️ RISALAH CANDI LARAS
Kabupaten Sidoarjo, Jawa Timur
1. Lokasi dan Kondisi
Candi Laras terletak di Desa Laras, Kecamatan Candi, Kabupaten Sidoarjo. Situs ini berada di wilayah dataran rendah yang dulunya merupakan daerah persawahan. Kini, sisa bangunannya berupa struktur bata merah yang sebagian telah terkubur tanah dan ditumbuhi vegetasi liar.
2. Sejarah dan Penemuan
Candi Laras ditemukan oleh warga sekitar tahun 1910 ketika dilakukan penggalian tanah untuk keperluan pertanian. Berdasarkan penelitian arkeologis, candi ini berasal dari masa Majapahit abad ke-14 hingga 15 M, bersamaan dengan masa kejayaan pusat pemerintahan di Trowulan.
3. Arsitektur dan Struktur
- Bahan: Bata merah yang disusun rapi tanpa perekat semen.
- Orientasi: Menghadap ke Timur, seperti umumnya candi Hindu-Majapahit.
- Bentuk: Diduga berbentuk persegi dengan pondasi berundak.
- Fragmen: Ditemukan bagian kaki candi dan beberapa bata berhias ukiran polos serta sisa yoni dari batu andesit.
Ciri-ciri ini menegaskan bahwa Candi Laras adalah tempat pemujaan kecil, kemungkinan untuk penghormatan Dewa Siwa.
4. Fungsi dan Makna
Candi Laras diperkirakan berfungsi sebagai tempat ibadah Hindu Siwaistis atau tempat peribadatan lokal bagi masyarakat sekitar. Letaknya yang tidak jauh dari jalur air menunjukkan adanya fungsi simbolik air sebagai penyucian dalam ritual keagamaan.
5. Pelestarian
Kini situs ini berada di bawah pengawasan Balai Pelestarian Cagar Budaya (BPCB) Jawa Timur, dengan pagar pelindung dan papan informasi. Warga setempat turut berperan menjaga kebersihan dan menanam pohon pelindung di sekitar area candi.
6. Nilai Penting
Candi Laras menjadi bukti nyata persebaran budaya dan spiritual Majapahit di wilayah Sidoarjo. Meski kecil dan sederhana, ia melambangkan hubungan manusia dengan alam dan keyakinan leluhur yang masih dihormati hingga kini.
ð°️ Dari bata merah yang sunyi, Candi Laras menyapa masa kini — kisah abadi dari tanah Sidoarjo yang bersejarah.














Tidak ada komentar:
Posting Komentar