Sabtu, 05 Juli 2025

Tugu Batu Bukan Ditancapkan Manusia

 Kerusakan alat berat saat mencoba mencabut Tugu Batu di tepi Sungai Menur bukan sekadar kegagalan teknis. Bagi warga setempat, itu adalah tanda penolakan dari alam gaib. Di balik kejadian itu, beredar berbagai versi misteri yang menguatkan keyakinan bahwa tugu tersebut tidak boleh diganggu.


Berikut adalah tiga misteri utama yang diyakini menyebabkan alat berat itu rusak secara tak wajar:




---


1. Tugu Batu Bukan Ditancapkan Manusia


Warga tua percaya, Tugu Batu itu ditanam oleh seorang pertapa sakti pada masa kuno. Tapi bukan ditanam ke tanah biasa—melainkan ke "pusat urat air gaib", tempat di mana aliran sungai dunia nyata bersentuhan dengan sungai halus milik makhluk tak kasatmata.


> “Yang nyabut tugu, sama saja dengan nyabut simpul antara dunia,” kata Mbah Jariyo.




Saat alat berat menyentuh tanahnya, bukan cuma tanah yang terguncang—alam seberang pun terganggu. Itulah sebabnya, mesinnya mati, ban pecah, dan operator terganggu jiwanya.



---


2. Dijaga oleh Sosok Gaib


Konon, Penjaga Tugu adalah makhluk perempuan berbaju putih panjang, bermata hitam, yang duduk di atas tugu pada malam-malam sepi. Ia disebut "Mbok Menur", sosok halus yang setia menjaga aliran sungai dari kerusakan dan keserakahan manusia.


Saat alat berat mencoba mengangkat tugu:


Operator melihat sosok wanita berdiri di kabin


Seorang tentara merasa pundaknya berat, dan punggungnya luka seperti dicakar


Mesin mendadak panas dan terbakar bagian dalamnya, meskipun baru servis



Warga berkata:


> “Sing nyentuh tugu tanpa ijin, disentuh balik karo sing jaga.”

(Yang menyentuh tugu tanpa izin, akan disentuh balik oleh penjaganya)





---


3. Tugu Menyimpan Janji Leluhur


Ada kepercayaan bahwa leluhur kampung Menur dahulu pernah mengikat janji dengan alam, bahwa sungai ini tak boleh dialihkan, dikotori, atau diuruk. Sebagai gantinya, kampung akan dijaga dari banjir besar, wabah, dan gagal panen.


Tugu menjadi simbol janji itu.


Maka ketika tentara atau dinas ingin mencabutnya, bukan cuma benda yang diganggu—tapi juga perjanjian suci antara manusia dan alam.


Dikatakan oleh warga tua:


> “Kalau tugu itu lepas, bukan cuma kampung ini yang kebanjiran—tapi roh-roh yang diam di air bisa bebas berkeliaran.”

(Pak Tambir, 1980)





---


Kesimpulan Mistis


Kerusakan alat berat bukan karena faktor teknis. Itu adalah reaksi spiritual dari alam yang tidak ingin dirusak.


Tugu itu tetap berdiri hingga kini bukan karena kokoh, tapi karena ia ditopang oleh kekuatan yang tak bisa dilihat.



---


Kalau ingin saya kembangkan jadi satu bab khusus atau cerita sandiwara radio dengan narator tua yang menceritakan ini di malam Jumat Legi, saya bisa bantu. Mau dibuatkan versinya?

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Mulai Des 2025

 Gajah Mada (bahasa Jawa: ꦓꦗꦃꦩꦢ; ca 1290 – ca 1364), dikenal juga dengan nama lain Jirnnodhara adalah seorang panglima perang dan Mapatih (P...