Misteri Arca Dwarapala yang hilang dari Candi Prambanan
Artikel ini juga ditulis sebagai penghormatan kepada Alm. Dr. Roy E Jordaan yang pertama kali menerbitkan jurnal penelitian mengenai topik ini. Jurnal beliau bisa didownload di link di akhir artikel ini.
Mari kita mulai !!
Anda pernah ke berwisata ke Prambanan? Bagi yang pernah ke Prambanan dan cukup teliti, biasanya akan menyadari bahwa di kompleks Candi Prambanan dengan 4 akses masuk utamanya tidak ada arca penjaganya (Dwarapala). Sementara candi yang dekat dengan Prambanan, Candi Sewu malah masih lengkap arca Dwarapalanya di 4 titik pintu utamanya.
Mengingat ciri arsitektur candi di era ini, sangat logis untuk berpikir bahwa SEHARUSNYA Candi Prambanan juga memiliki arca Dwarapala, minimal di satu masa dalam sejarahnya, candi megah ini pasti juga dijaga oleh 8 arca Dwarapala yang dibuat dengan baik, minimal sekelas candi tetangganya, Candi Sewu.
Dr. Roy E Jordaan dalam jurnalnya “The Lost Gatekeeper Statues of Candi Prambanan” menuliskan:
“Actually, the earlier presence and the loss of these gatekeeper statues are virtually unknown now, even among archaeologists and art historians. But this is hardly surprising in view of their long-time disappearance from the scene—literally and figuratively. Removed from the site well before the first systematic surveys and the excavation of the temple complex in the second half of the nineteenth century and also overlooked in the brief and rather vague descriptions of Prambanan by eighteenth-century European visitors, the statues’ erstwhile presence was bound to be forgotten.”
Diterjemahkan:
"Sebenarnya, keberadaan dan lenyapnya arca Dwarapala ini hampir tidak diketahui, baik diantara arkeolog dan ahli seni Sejarah. Tapi hal ini tidak mengejutkan, karena sudah lama lenyapnya arca ini dari lokasi, baik secara literal maupun figuratif. Arca ini sudah dipindahkan dari situs jauh sebelum survey sistematik dan ekskavasi pertama dari kompleks candi ini di paruh kedua abad ke 19, dan terlewatkan dalam deskripsi singkat (yang kabur) dari pengunjung-pengunjung dari Eropa di abad ke 18. Sedemikian sehingga keberadaannya terlupakan."
Dalam jurnalnya, Dr. Roy E Jordaan menyebutkan bahwa salah satu catatan tertua mengenai keberadaan arca Dwarapala ini adalah “Babad Bĕdhah ing Ngayogyakarta” – sebuah babad resmi yang ditulis di masa Sultan Hamengkubuwana III (20 Februari 1769 – 3 November 1814). Di dalam babad ini ada tulisan mengenai kunjungan Sultan Hamengkubuwana III yang baru dinobatkan (beliau dinobatkan tahun 1812) ke Prambanan.
Dalam kunjungan ini beliau ditemani oleh Residen Inggris pertama, John Crawfurd dan bersamanya banyak pejabat keraton dan pejabat Inggris. Diantara rombongan Sultan, ada seorang abdi dalem Bernama Adiwarna, seorang juru gambar yang ditugaskan sultan untuk menggambar candi Prambanan, reliefnya, dan artifak2 yang berserakan diantaranya. Salah satu gambarnya yang tersisa dimuat di buku Crawfurd “History of the Indian Archipelago” menggambarkan arca dwarapala yang berlutut dan dituliskan di bawahnya bahwa arca tersebut dari “Brambanan” (nama lama kompleks candi Prambanan)
Mengapa kita perlu membahas mengenai arca yang sudah lenyap selama beberapa abad?
Mungkin karena Prambanan adalah candi Hindu yang terindah di Jawa. Kita mengetahui dan mengakui bahwa Candi ini dibuat dengan sangat baik, sangat detail dan jelas menunjukkan titik tertinggi pencapaian kebudayaan kita di masa itu -sehingga, sangat logis untuk memikirkan bahwa kompleks candi yang hebat ini pasti juga memiliki (delapan) arca Dwarapala yang tidak kalah indahnya.
Bayangkan sejenak kompleks Candi ini dalam masa jayanya, lengkap dengan 8 arca penjaga yang berjongkok penuh wibawa menjaga setiap pintu masuknya!
Sekarang muncul dua pertanyaan logis
1. Seperti apa arca ini?
2. Kalau masih ada, Dimana posisinya sekarang?
Mari mencari jawaban nomor 1; seperti apa arca ini ?
Untuk menjawab pertanyaan ini, mari kita mundur dalam Sejarah, kita cek catatan Kolonel Colin MacKenzie, CB (1754 – 8 Mei 1821). Beliau adalah perwira Angkatan darat dari Skotlandia yang bertugas di bawah British East India Company, yang mana beliau kelak menjadi Surveyor Jendral India yang pertama. Beliau mengunjungi “Candi Brambana’” (Candi Prambanan) di kisaran tahun 1812-1813.
Dalam satu kunjungannya, dia menggambarkan sebuah arca penjaga (warder) di area yang menurut para ahli adalah Prambanan. Dia menggambarkan sebuah arca penjaga yang besar, setinggi 2,1 meter (dalam posisi berlutut). Dari penggambaran singkat ini kita bisa menarik Kesimpulan bahwa yang beliau gambarkan kemungkinan besar bukan arca dwarapala candi sewu (yang ditemukan berpasangan), dan bukan arca dwarapala candi kalasan (yang disebutkan terpisah dalam catatan beliau).
Untungnya, beliau (Kolonel MacKenzie) adalah orang yang sangat detail. Dia menuliskan detail arca Dwarapala yang dia lihat dengan deskripsi yang sangat baik. Sangat baik sehingga kita bisa menggunakan deskripsi beliau sebagai pembanding untuk mencari kandidat dimana arca ini mungkin berada.
Mari kita baca tulisan beliau
“The first object that attracted my notice here was a gigantic figure, such as we had seen yesterday, on knees looking at the east, on a pedestal; the countenance strongly marked, resembling a negro with great eyes, prominent nose and lips, teeth exposed or rather grinning. The hair curled and the head surrounded by a bandeau with ornaments; the curls seemed much to resemble those of the Persian figures at Persepolis; in its right hand it held or rather leaned on a club or mall, in its left it grasped something like a snake; the belly prominent, a belt round it, a necklace of pearls or large beads round its neck and rich jewels in its ears, the features well delineated in hard dark stone; its teeth seemed as grinning”
diterjemahkan:
“obyek pertama yang menarik perhatian saya adalah sebuah arca berukuran raksasa, seperti yang kita lihat kemarin (di tempat lain); dalam posisi berlutut menghadap ke timur dengan wajah yang digambarkan tegas, menyerupai wajah orang berkulit hitam (negroid) dengan mata lebar, hidung dan bibir yang menonjol, gigi terlihat atau tampak meringis. Rambut keriting dan ada bando berornamen (mahkota) di kepalanya; bentuk keritingnya mirip dengan arca Persia di kota Persepolis; di tangan kanannya memegang atau sedikit bersandar pada sebuah gada, di tangan kirinya menggenggam sesuatu yang tampak seperti ular. Perutnya gemuk menonjol dan dilingkari sebuah sabuk, sebuah kalung dari Mutiara atau manik besar melingkari lehernya dan permata hiasan menghiasi telinganya, arca ini diukir dengan baik dengan menggunakan bahan batu keras yang gelap; giginya tampak seperti meringis.”
dengan bekal deskripsi yang cukup jelas ini, apakah ada arca Dwarapala yang mungkin menjadi kandidat yang terdekat dengan arca yang dilihat oleh MacKenzie ini?
2. Kalau masih ada, dimana arca ini sekarang ?
Roy E Jordaan mengatakan bahwa kemungkinan arca ini dipindah ke kediaman Residen Jogjakarta di waktu itu, yang kemudian menjadi Istana Kepresidenan Jogjakarta.
lihat gambar.
Sangat menarik membandingkan dwarapala dari Candi Sewu dengan Dwarapala di Istana Kepresidenan Jogjakarta ini.
Karena sangat banyak kemiripannya, tapi juga banyak perbedaannya. Seolah dibuat oleh tim pemahat yang sama, tapi disengaja dibuat dengan sedikit perbedaan disana-sini.
Apakah arca Dwarapala di istana kepresidenan ini adalah Dwarapala dari Prambanan? Sangat besar kemungkinannya, karena selain arca ini dibuat dengan sangat detail, kualitasnya sama dengan arca dwarapala Candi Sewu yang berdekatan, deskripsi dari arca ini juga sangat mirip dengan tulisan Kolonel MacKenzie yang melihatnya sendiri di tahun 1812-1813
Saya tidak berani mengatakan dengan pasti bahwa arca di Istana Kepresidenan Jogjakarta PASTI adalah arca Dwarapala (yang hilang dari Candi Prambanan), tapi untuk saat ini bolehlah kita mengatakan “KEMUNGKINAN BESAR” arca ini adalah arca Dwarapala Candi Prambanan (sampai mungkin ada penelitian lebih lanjut yang mengatakan demikian).
Jadi bermimpi Pemerintah membuat 8 replika dari dwarapala ini dan dipasang di Prambanan ... ahh ....
Dan sampailah kita ke pertanyaan terakhir ... kalau harusnya ada 8, yang 7 kemana ?
*** Cukup sulit mendapatkan foto dari halaman Gedung Agung (Istana Kepresidenan Jogjakarta) terutama karena area tersebut bukan area terbuka untuk umum dan berpengamanan khusus). Berkat kebaikan dan bantuan dari humas Gedung Agung (yang saya recokin berkali-kali dan selalu sabar) dan BPK Wilayah 10 saya berhasil mendapatkan foto-foto yang baik dari Arca ini
Jayalah Indonesiaku.
credit foto :
BPK Wilayah X
Dengan terima kasih khusus kepada admin Humas Gedung Agung (Istana Kepresidenan Jogjakarta) yang sangat responsif dan membantu dengan tulus
Dr. Roy E Jordaan yang menulis jurnal mengenai topik ini. Semoga beliau damai disana.
Jurnal beliau bisa didownload disini (in English) : https://www.iseas.edu.sg/wp-content/uploads/pdfs/nscwps14.pdf
Dan teman-teman yang membantu penulisan artikel sederhana ini.
Arseniy Zorin
Andrea Acri
Article in English will be available a bit later
[30/7 18.23] rudysugengp@gmail.com: “Suku Penghasil Wanita Cantik di Indonesia🤔
Indonesia merupakan negara yang kaya akan keberagaman budaya, adat, dan etnis. Setiap suku memiliki ciri khas tersendiri, termasuk dalam hal kecantikan wanita. Faktor genetik, lingkungan geografis, serta warisan budaya turut membentuk karakteristik kecantikan wanita dari berbagai daerah. Berikut adalah beberapa suku di Indonesia yang dikenal sebagai penghasil wanita cantik dengan pesona unik mereka.
1. Suku Jawa – Anggun dan Berkarakter Lembut
Wanita dari suku ini dikenal dengan kecantikan yang lembut dan anggun. Mereka umumnya memiliki kulit kuning langsat atau sawo matang, dengan fitur wajah yang halus dan proporsional. Rambut hitam lurus dan panjang juga menjadi ciri khas yang memperkuat keanggunan mereka. Selain kecantikan fisik, mereka dikenal dengan sifat lemah lembut, tutur kata yang santun, serta pembawaan yang tenang dan elegan.
2. Suku Sunda – Manis dan Ceria
Wanita dari suku ini sering dianggap memiliki kecantikan alami yang menawan. Kulit mereka cenderung lebih cerah dengan bentuk wajah yang manis, hidung kecil, serta senyum yang menawan. Selain itu, mereka dikenal ramah, ceria, dan penuh kehangatan dalam berinteraksi dengan orang lain. Pesona mereka tidak hanya berasal dari wajah yang cantik tetapi juga dari kepribadian yang menyenangkan.
3. Suku Minahasa – Eksotis dan Percaya Diri
Wanita dari suku ini memiliki kecantikan yang khas dengan perpaduan budaya lokal dan pengaruh Eropa karena sejarah kolonialisme. Mereka sering memiliki kulit cerah, hidung yang lebih mancung, serta bentuk wajah yang tegas. Selain itu, mereka dikenal sebagai wanita yang mandiri, percaya diri, dan memiliki daya tarik yang kuat dalam pergaulan sosial. Keberanian serta semangat mereka dalam berbagai aspek kehidupan menjadi nilai tambah yang membuat mereka semakin menarik.
4. Suku Aceh – Eksotis dengan Karakter Kuat
Wanita dari suku ini memiliki kecantikan yang unik dengan perpaduan ciri khas Melayu dan Timur Tengah. Mereka umumnya memiliki mata yang tajam dan ekspresif, hidung yang lebih mancung, serta kulit kuning langsat hingga sawo matang. Selain kecantikan fisik, mereka juga dikenal memiliki karakter yang tegas, cerdas, dan mandiri, mencerminkan semangat perjuangan yang diwariskan oleh leluhur mereka.
5. Suku Minang – Elegan dan Berwibawa
Wanita dari suku ini dikenal dengan kecantikan yang elegan, dengan kulit kuning langsat, wajah oval, dan senyum yang khas. Sebagai bagian dari masyarakat yang menganut sistem matrilineal, mereka tumbuh dalam lingkungan yang menjunjung tinggi peran perempuan, sehingga memiliki kepribadian yang cerdas, mandiri, dan berwibawa. Kecantikan mereka tidak hanya terpancar dari fisik, tetapi juga dari sikap dan kecerdasan yang mereka miliki.
6. Suku Dayak – Eksotis dan Penuh Pesona Alam
Wanita dari suku ini memiliki kecantikan alami dengan kulit eksotis sawo matang, rambut hitam panjang yang tebal, serta mata besar yang tajam. Mereka juga dikenal memiliki postur tubuh yang proporsional dan karakter yang kuat serta pemberani. Kecantikan mereka semakin memancar karena kedekatan dengan alam, yang menjadikan mereka terlihat lebih autentik dan natural.
7. Suku Bali – Tropis dan Anggun
Wanita dari suku ini memiliki kecantikan tropis khas kepulauan. Kulit mereka umumnya sawo matang dengan struktur wajah yang harmonis dan senyum yang menawan. Mereka juga memiliki postur tubuh yang proporsional dan terlihat semakin anggun dalam balutan pakaian adat saat upacara keagamaan. Keunikan mereka terletak pada keselarasan antara kecantikan fisik dan nilai-nilai spiritual yang mereka pegang teguh.
Setiap suku di Indonesia memiliki karakteristik kecantikan yang berbeda, yang dipengaruhi oleh faktor genetik, lingkungan, dan budaya. Kecantikan wanita dari berbagai suku ini tidak hanya terlihat dari aspek fisik, tetapi juga dari kepribadian, kecerdasan, serta nilai-nilai luhur yang mereka pegang. Keunikan mereka mencerminkan betapa kayanya keberagaman bangsa ini, menjadikan Indonesia sebagai negeri yang memiliki pesona luar biasa dalam segala aspek, termasuk dalam hal kecantikan wanita.
Pendaki jadul
#jangkauanluas
#trending
#viral
Tidak ada komentar:
Posting Komentar