MATERI DISKUSI PUBLIK DRAF PENULISAN BUKU
SEJARAH INDONESIA 2025
JILID I
AKAR PERADABAN NUSANTARA
PENULIS:
Dr. Lutfi Yondri, M.Hum.
Dr. M. Irfan Mahmud, S.S., M.Si.
Dr. Mahirta, M.A.
Prof. Dr. R. Cecep Eka Permana, M.Si.
Prof. Dr. Akin Duli, M.A.
Rochtri Agung Bawono, S.S., M.Si.
Dr. Yadi Mulyadi, S.S., M.A.
Dr. Muhammad Nur, M.A.
Karina Arifin, Ph.D.
Dr. Sofwan Noerwidi, S.S., M.P.Q.
Adhi Agus Oktaviana, S.Hum., Ph.D.
PENDAHULUAN
Latar Belakang
Hadirnya Jilid 1 Sejarah Indonesia ini menandai sebuah langkah penting dalam upaya memahami dan menarasikan masa lalu bangsa Indonesia. Buku ini merupakan pemutakhiran dari karya-karya sebelumnya, khususnya Sejarah Nasional Indonesia Edisi Pemutakhiran (terbit terakhir 2011) dan Indonesia dalam Arus Sejarah (terbit 2012). Sumber penulisan jilid 1 ini umumnya setelah sumber referensi terakhir penulisan sejarah terdahulu tahun 2006.
Dengan memusatkan perhatian pada khazanah penelitian, temuan arkeologis, dan perspektif baru yang muncul sekitar 20 tahun kemudian, jilid ini menyajikan sintesis terkini tanpa menafikan signifikansi karya-karya pendahulunya.
Buku ini dirancang untuk membangun dialog yang berkesinambungan dengan korpus pengetahuan tersebut. Untuk itu, setiap bab didahului dengan pengantar ringkas untuk menjembatani bahasan dengan hasil-hasil penelitian sebelumnya.
Secara konseptual, Jilid 1 ini dirancang untuk menelusuri dan memetakan budaya dan akar peradaban Nusantara yang terbentuk jauh sebelum perjumpaan dengan budaya dari luar terutama India dan Tiongkok. Penelusuran itu dimulai dengan menguraikan hasil penelitian dan perspektif baru tentang proses terbentuknya fisik muka bumi Nusantara hingga melahirkan rona geografis sebagaimana yang kita jumpai saat ini.
Bersamaan dengan itu, diuraikan pula temuan dan perspektif baru tentang awal kehadiran manusia purba hingga kemunculan dan perkembangan manusia modern sekarang. Interaksi dinamis antara manusia dengan karakter lingkungan alam Nusantara selama rentang waktu yang panjang telah melahirkan modal sejarah budaya yang kaya, mencakup sistem pengetahuan, teknologi, organisasi sosial, religi, hingga bahasa dan sistem ekonomi. Fondasi inilah yang kemudian membentuk karakter dan jadi diri budaya bangsa Indonesia.
Untuk memetakan fondasi budaya ini secara komprehensif, pembahasan aspek-aspek kebudayaan dalam Jilid 1 ini dikurasi berdasarkan hasil penelitian termutakhir yang merefleksikan awal kebudayaan pada masanya. Cakupan temporalnya pun tidak berhenti pada “ambang kesejarahan” yang ditandai oleh markah epigrafi paling awal dari Raja Mulawarman di Kalimantan Timur dan Purnawarman di Jawa Barat pada sekitar abad ke-4 hingga ke-5 Masehi. Batas ini dilampaui secara sadar, didasarkan pada pemahaman bahwa pada era awal tersebut, introduksi budaya tulis tidak terjadi secara merata di seluruh Nusantara. Sejumlah hasil penelitian terbaru menunjukkan bahwa berbagai aspek kebudayaan yang berakar jauh sebelum era aksara terus tumbuh dan berkembang hingga berabad-abad kemudian.
Lebih jauh lagi, pencapaian kebudayaan yang matang dan kompleks pada periode awal ini menjadi bekal sosio-kultural yang kokoh bagi masyarakat Nusantara menapaki periode selanjutnya. Ketika berinteraksi dengan budaya dari India yang membawa budaya Asia Selatan, dari Arab yang membawa budaya Timur Tengah, dari Tiongkok yang membawa budaya Asia Timur, maupun dari bangsa-bangsa Eropa, nilai-nilai budaya yang telah tertanam kokoh berfungsi sebagai saringan budaya yang selektif. Nilai-nilai ini memungkinkan masyarakat secara aktif menyaring, memilah, mengambil, dan menerima unsur-unsur budaya dari luar yang dianggap relevan dan selaras dengan kebutuhan lokal, sebuah proses dinamis yang secara teoretis kerap disebut sebagai akulturasi budaya.
Permasalahan
Isu dan pertanyaan pokok yang dibahas dalam jilid 1 ini meliputi:
1. Kondisi geologi dan geografis Nusantara yang memungkinkan terbentuknya muka bumi yang menjadi faktor strategis untuk perkembangan manusia dan kebudayaannya pada tataran lokal, regional dan global.
2. Faktor penting keberadaan fosil Manusia Homo erectus tertua dari 1,5 Juta tahun (Sangiran) dan 1,8 juta tahun (Bumiayu), Homo sapiens tertua dari sekitar 70.000-50.000 tahun lalu di Flores (NTT) dan Gua Lida Ayer (Sumatera Barat), hingga kedatangan komunitas Penutur Austronesia sekitar 5.000-3.000 tahun lalu, dan terbentuknya sukusuku bangsa di Indonesia saat ini.
3. Beragamnya capaian tinggi hasil teknologi masyarakat Nusantara masa lalu yang terbuat dari bahan batu, tanah liat, logam, kaca, batu, serta tulang dan kerang, baik merupakan kreasi ciptaan lokal maupun hasil akulturasi dengan pengaruh dari luar.
4. Kecemerlangan budaya dalam religi dan seni yang ditunjukkan dengan capain luar biasa pada gambar cadas (rock art) di Sulawesi Selatan dan Kalimantan Timur yang mencapai usia 40.000-51.200 tahun lalu.
5. Konsep primus inter pares yang sudah berkembang sehingga memungkinkan adanya kepemimpinan kolektif dalam masyarakat untuk menghasilkan budaya gambar cadas, pendirian bangunan megalitik, prosesi penguburan, serta tradisi perburuan dan bercocok tanam.
6. Kondisi geografis kepulauan dan kepiawaian kebaharian masyarakat Nusantara menciptakan budaya maritim yang luas dan kuat seperti terlihat dari lukisan perahu pada gambar cadas, temuan situs kehidupan pesisir, aktivitas pertukaran dan perdagangan antarpulau, kemampuan membuat perahu dan sistem navigasi, dan tradisi kemaritiman yang masih terus berkembang hingga saat ini.
Ruang Lingkup Pembahasan
Struktur jilid ini dirancang untuk membawa pembaca dalam sebuah perjalanan intelektual yang runtut, dari fondasi paling dasar hingga terbentuknya sebuah tatanan budaya yang lebih kompleks, yang terurai dalam bab-bab sebagai berikut:
Bab 1. Kondisi Lingkungan Alam Nusantara
Bab ini memaparkan posisi kepulauan Nusantara dalam tatanan geologi global, dinamika iklim dan fisiografinya selama Zaman Kuarter, serta kekayaan flora dan fauna purba yang menjadi konteks ekologis bagi kehidupan manusia yang akan datang.
Bab 2. Manusia, Persebaran, dan Perkembangannya
Bab ini memulai narasi tentang sang aktor utama: manusia. Pembahasan beranjang dari kedudukan manusia dalam skema evolusi, menelusuri jejak
penghunian awal Nusantara oleh Homo erectus, hingga mengkaji kemunculan
Manusia Modern Anatomis Awal dan persebaran leluhur masyarakat Indonesia
saat ini.
Bab 3. Perkembangan Teknologi
Narasi kemudian bergerak untuk membedah bagaimana masyarakat ini
berinteraksi dengan lingkungan untuk menopang kehidupannya. Bab ini mengkaji
evolusi teknologi serta dampaknya pada perkembangan sosial dan ekonomi. Bab
ini menelusuri penguasaan teknologi batu yang mencerminkan corak masyarakat
berburu dan meramu; kemunculan teknologi tanah liat sebagai penanda revolusi
pertanian dan domestikasi; pengolahan teknologi logam yang memicu lahirnya
industri dan keahlian maritim; hingga pemanfaatan teknologi fosil, kayu, dan kaca
sebagai wujud adaptasi dan inovasi.
Bab 4. Religi, Seni, dan Tradisi
Pembahasan beralih ke ranah spiritual dan artistik yang mendalami sistem
kepercayaan awal seperti animisme dan dinamisme, mengupas makna di balik
gambar-gambar cadas dalam konteks dinamika global, serta merekonstruksi ritual
[28/7 15.00] rudysugengp@gmail.com: pemujaan dan tradisi pemakaman yang menunjukkan kompleksitas pandangan
hidup masyarakatnya.
Bab 5. Organisasi Sosial dan Perkembangan Masyarakat
Bab ini menukik pada perkembangan organisasi sosial, dari struktur
kepemimpinan awal berupa primus inter pares, hingga terbentuknya kelompokkelompok masyarakat yang lebih kompleks dan mapan.
Bab 6. Maritim dan Jaringan Budaya Nusantara
Bab ini membahas peran sentral budaya maritim dalam membentuk jaringan
budaya Nusantara. Bab ini menggarisbawahi bagaimana kondisi geografis dan
potensi kelautan telah melahirkan struktur sosial-ekonomi, teknologi, dan tradisi
maritim yang memungkinkan terhubungnya masyarakat antar pulau dalam sebuah
jaringan perdagangan dan budaya regional yang dinamis.
“Benang Merah” ke-Indonesiaan
Perjalanan panjang sejarah Nusantara terlihat pada “benang merah” dari beberapa hal sebagai
berikut.
1. Kedatangan komunitas Penutur Austronesia ke Nusantara sekitar 5.000-3.000 tahun lalu,
tidak saja berpengaruh pada aspek kebahasaaan, tetapi juga aspek sosial- budaya lainnya.
Jejak pengaruh Austronesia di Tanah Air tersebar mulai dari Sumatera sampai Papua.
Adanya interaksi Penutur Austronesia dengan masyarakat Nusantara melahirkan bahasa
khususnya komunikasi lisan. Dari kemampuan lisan ini ketika bersentuhan dengan budaya
India teralihkan kosakata lisan dalam tulisan yang menjadi pengayaan prasasti dan naskah
di Nusantara. Sementara itu, dari aspek sosial-budaya yang masih dirunut jejak pengaruh
Austronesia, antara lain kemampuan menjelajahi lautan dengan perahu, membangun
jaringan perdagangan dan migrasi antar pulau, tradisi bercocok tanam, penguburan, dan
pembangunan rumah panggung.
2. Kemampuan teknologi masyarakat Nusantara dalam mengolah sumber daya alam seperti
batu, tanah liat, dan logam. Artefak yang dihasilkan dapat merupakan kreasi ciptaan lokal
maupun hasil akulturasi dengan pengaruh dari luar. Dari bahan batu sangat sederhana
(kapak genggam) hingga kapak lonjong yang sudah diupam yang masih digunakan
sekarang oleh masyarakat di Papua. Dari bahan tanah liat berupa wadah tembikar sejak
masa awal manusia bermukim dan bercocok tanam hingga saat ini masih dibuat dan
digunakan seperti periuk, mangkuk, kendi, dan lain-lain. Selain itu, dari bahan logam sejak
masa awal dikenalnya logam hingga kini masih dibuat dan digunakan seperti tajak, kapak,
pedang, bejana, dan lain-lain.
3. Gambar cadas (rock art) yang berlatar religi dan seni sejak 50.000 tahun lalu di Sulawesi
Selatan dan Kalimantan Timur, tradisinya masih berlanjut pada gambar cadas berupa
lukisan perahu, geometris, dan abstrak di Kepulauan Maluku dan Nusa Tenggara dalam
tradisi Penutur Austronesia (5.000-3.000 tahun lalu), lukisan kuda Pulau Muna (diduga
dari sekitar 600-500 tahun lalu), dan “gambar gua besurek” di Sumatera Barat dari sekitar
300 tahun hingga kini (berkaitan tarekat Naqsyabandiyah).
4. Pendirian bangunan religi menggunakan batu-batu besar mulai dari masa awal budaya
megalitik, hingga berdasarkan penelitian terbaru menunjukkan berkembang terus hingga
memasuki masa sejarah antara lain situs megalitik di Nias (abad 10-15), Jambi (abad 7-
13), Sumatera Selatan (abad 10-13), Jawa Barat (abad 9-11), Jawa Timur (abad 6-15),
Sulawesi Utara (abad 4-10). Demikian pula, tradisi pendirian menhir dan dolmen yang
masih dilakukan hingga saat ini antara lain di Nias (Sumatera Utara), Toraja (Sulawesi
Selatan), dan Sumba (NTT). Bahkan pendirian menhir sebagai tanda kubur (nisan)
termasuk kubur Islam, juga masih digunakan antara lain di Sumatera Barat dan Sulawesi
Selatan. Sementara itu, konsep pembangunan bangunan berundak banyak mengilhami
bentuk candi dan kompleks kuburan masa Islam.
5. Sebagai negara kepulauan Indonesia kental pada budaya kemaritimannya. Bukti
kemaritiman itu ditunjukkan antara lain oleh lukisan perahu pada gambar cadas, temuan
situs kehidupan nelayan/pesisir, artefak sebagai aktivitas pertukaran dan perdagangan
antar-pulau. Pada masa sejarah ditemukan sisa-sisa perahu kayu antara lain di Jambi,
Sumatera Selatan, dan Jawa Tengah. Belum lagi relief candi, prasasti dan naskah yang
menggambarkan kemaritiman, dan memuncak pada periode kolonial. Hingga saat ini
hampir di seluruh wilayah Indonesia terdapat komunitas masyarakat maritim baik yang
masih tradisional maupun yang sudah lebih maju.
Kesimpulan
Sebagai kesimpulan singkat bahwa Jilid I ini dipersembahkan bukan sekadar sebagai
kumpulan data arkeologis atau kronik masa lampau, melainkan sebagai sebuah upaya rekonstruksi
dan refleksi. Semoga dengan memahami akar-akar peradaban ini secara lebih utuh, kita semua
dapat memperoleh perspektif yang lebih kaya dalam memandang lintasan sejarah dan jati diri kita sebagai sebuah bangsa
SISTEMATIKA PENULISAN
BAB I KONDISI LINGKUNGAN ALAM NUSANTARA MASA AWAL
Pendahuluan
1.1 Nusantara di Tengah Tatanan Geologi Global
1.2 Geologi Nusantara pada Zaman Kuarter
1.3 Siklus Iklim dan Dinamika Fisiografi Nusantara
1.4 Lingkungan Purba: Flora dan Fauna
Rangkuman
BAB II MANUSIA, PERSEBARAN DAN PERKEMBANGANNYA
Pendahuluan
2.1 Kedudukan Manusia dan Evolusinya
2.2 Penghunian Awal Nusantara Oleh Manusia Purba
2.3 Manusia Modern Anatomis Awal (MMAA) di Nusantara
2.4 Manusia Holosen Akhir-Recent
Rangkuman
BAB III PERKEMBANGAN TEKNOLOGI
Pendahuluan
3.1 Teknologi yang dikembangkan oleh Homo erectus
3.2 Teknologi yang dikembangkan Oleh Homo Sapiens dan Homo floresiensis
3.3 Munculnya Teknologi Pengupaman pada Masa Bercocok Tanam
3.4 Perkembangan Teknologi Tembikar dan Budaya yang Menyertainya
3.5 Perkembangan Teknologi Peleburan Logam dan Kaca serta Budaya yang
Menyertainya
3.6 Teknologi Kayu dan Budaya yang Menyertainya
Rangkuman
BAB IV RELIGI, SENI, DAN TRADISI
Pendahuluan
4.1 Animisme dan Dinamisme
4.2 Gambar Cadas dan Dinamika Globalnya
4.3 Megalitik Sebagai Fenomena Global
4.4 Praktik Penguburan di Kawasan Nusantara
4.5 Keberlanjutan Religi dan Seni di Nusantara
Rangkuman
BAB V ORGANISASI SOSIAL & PERKEMBANGAN MASYARAKAT
Pendahuluan
3.1 Konsep Primus inter pares
3.2 Pertumbuhan Kelompok Masyarakat
3.3 Perkembangan Organisasi Sosial
3.4 Budaya Unggul dan Berkelanjutan Sukus Tradisional Mapan
Rangkuman
BAB VI MARITIM DAN JARINGAN BUDAYA NUSANTARA
Pendahuluan
6.1 Awal Mula Maritim Nusantara
6.2 Jejak Nusantara dalam Dinamika Bumi dan Iklim Purba
6.3 Wajah Geografis Nusantara: Dari Pleistosen ke Holosen
6.4 Sejarah Iklim dari Zaman Glasial ke Interglasial
6.5 Jejak Angin Purba: Monsun, Siklon, dan Dinamika Atmosfer Pleistosen-Holosen
6.6 Sejarah Terumbu Karang Indonesia
6.7 Terumbu Karang dan Ingatan Laut
6.8 Potensi Maritim
6.9 Melayari Masa Silam: Inovasi Perahu dan Tradisi Maritim
6.10 Teknologi dan Tradisi Maritim
6.11 Jaringan Pertukaran Regional
6.12 Struktur Kehidupan Sosial dan Ekonomi Masyarakat Maritim
6.13 Lanskap Permukiman Masyarakat Maritim
Rangkuman
PENUTUP
Jilid I ini bukan sekadar sebagai kumpulan data arkeologis atau kronik masa lampau,
melainkan sebagai sebuah upaya rekonstruksi dan refleksi. Upaya rekonstruksi dan refleksi yang
dipaparkan mulai terbentuknya rupa muka bumi Nusantara hingga bentuknya seperti sekarang,
muncul dan berkembangnya sejak manusia awal hingga masyarakat Nusantara sekarang,
kemahiran dalam pembuatan alat kebutuhan sehari-hari berbahan batu, tulang, tanah liat, dan
logam mulai dari sederhana hingga kompleks, hingga aspek sosial-budaya lain dan kemaritiman
yang menjadi fondasi kuat sejarah dan budaya Nusantara. Dengan menelisik paparan tersebut
semoga dapat memahami akar-akar peradaban ini secara lebih utuh. Pada akhirnya, kita semua
dapat memperoleh perspektif yang lebih kaya dalam memandang lintasan sejarah dan jati diri kita
sebagai sebuah bangsa.
Substansi tentang kondisi lingkungan alam Nusantara sejak awal terbentuknya hingga saat
ini membawa dampak signifikan terhadap keletakan ekologis yang strategis, serta kekayaan
sumber daya alam, flora, fauna, dan manusianya. Manusia sebagai aktor utama dalam kebudayaan
sejak Homo erectus dari 1,8 juta tahun lalu hidup secara berkelanjutan dengan menciptakan dan
mengembangkan berbagai kemampuan dan kearifan. Kemampuan mulai dari penguasaan
teknologi batu yang mencerminkan corak masyarakat berburu dan meramu; kemunculan teknologi
tanah liat sebagai penanda revolusi pertanian dan domestikasi; pengolahan teknologi logam yang
memicu lahirnya industri dan keahlian maritim; hingga pemanfaatan teknologi lainnya sebagai
wujud adaptasi dan inovasi. Ranah spiritual dan artistik memberikan makna tinggi dan luas di balik
gambar-gambar cadas dalam konteks dinamika global, serta merekonstruksi ritual pemujaan dan
tradisi pemakaman yang menunjukkan kompleksitas pandangan hidup masyarakatnya.
Capaian tinggi kerukunan hidup dan keberhasilan dalam teknologi, seni dan religi tidak
terlepas dari adanya struktur kepemimpinan awal yang kuat berupa primus inter pares, hingga
terbentuknya kelompok-kelompok masyarakat yang lebih kompleks dan mapan. Kelompokkelompok masyarakat hidup dalam dinamika yang tinggi dalam kehidupan agraris maupun
maritime. Kehidupan agraris terciptanya masyarakat bercocok tanam dengan memanfaatkan dan
mengembangkan teknologi dan kearifan lingkungan gunung, lembah, dan daratan lainnya.
Sementara itu, kehidupan maritim memanfaatkan kondisi geografis dan potensi kelautan yang
strategis, sehingga memungkinkan terhubungnya masyarakat antar pulau dalam sebuah jaringan
perdagangan dan budaya regional yang dinamis.
Substansi yang dipaparkan dalam jilid 1 ini menjadi dasar yang kuat bagi masyarakat
Nusantara terutama ketika bersentuhan dan berinteraksi dengan masyarakat lain seperti yang
dibicarakan dalam jilid 2 mengenai perjumpaan budaya dengan budaya dari India. Kemampuan
maritim membuka pintu tersebarnya pengaruh itu ke berbagai tempat lewat jalur laut dan sungai,
sehingga memperkaya dan memperkuat budaya yang ada, seperti bahasa tulis (dari yang
sebelumnya hanya lisan), teknologi bangunan pemujaan candi (dari yang sebelumnya berupa
bangunan megalitik), konsep pemujaan kedewataan (dari yang sebelumnya pemujaan nenek
moyang atau primus inter pares), dan sistem pemerintahan kerajaan (dari sebelumnya hanya
berupa kelompok masyarakat sederhana atau kedatuan). Kemampuan dan keunggulan
pengetahuan, teknologi, sosial dan budaya lainnya juga menjadi modal penting ketika bertemu
dengan budaya lain seperti Cina, Arab, dan Eropa yang dibicarakan dalam jilid 3, 4, dan seterusnya
Tidak ada komentar:
Posting Komentar