KLASIFIKASI PRASASTI
1). prasasti asli dan prasasti turunan.
Apabila raja memberi anugerah, naskah yang memuat anugerah itu dibuat dua atau tiga. Naskah asli, biasanya prasasti batu, didirikan dekat tempat anugerah sendiri, dekat candi, umpamanya. Tembusannya berupa logam, keropak, lontar, dan lain-lain disimpan dalam kraton, yang lain dibawa oleh orang yang berkepentingan.
Prasasti batu dinamakan prasasti asli, ialah autentik juridis, atau authentisch = berkewibawaan dalam bidang hukum. Yang lain dinamakan prasasti turunan atau tembusan. Turunan tadi membawa nama: surat prasasti (sasana).
Contoh lebih dari satu, yaitu Prasasti Balitung (907) dalam tiga contoh, Tetapi adat itu tiada tahan lama. Dalam zaman Majapahit prasasti hanya disimpan pada tempat di luar kraton, dalam sebuah arsip carca, jang menjamin kelangsungan hak kabukti. Waktu Mpu Prapanca singgah di pertapaan Darbaru, ia membaca prasasti yang bagus sehingga timbullah padanya keinginan untuk mempelajarinya: "prasasti winacamangun waspada", jauh dari keraton : "rasa nikang prasasti magawe Hyung ing kawaii madoka sangkaeng pura". Prapanca sebagai pujangga kraton, akhirnya tahu bahwa di kraton sendiri tidak ada lagi prasasti tersebut.
2). Prasasti turunan sezaman dan prasasti turunan terlambat.
Selain dari tembusan biasa yang dibuat pada ketika anugerah raja ditetapkan, juga terdapat turunan dari zaman kemudian. Bila prasasti asli sudah rusak atau hilang, lalu diperbaharui dengan semestinya; pembaharuan ber catatan "tinulad". Dalam prasasti berjudul "tinulad" terdapat dua tanggal yaitu waktu dikeluarkan untuk pertama kalinya, dan waktu berikutnya. Prasasti tinulad kerap kali memuat "pengimbuh", pengluasan anugerah asli. Kalau prasasti yang sudah ada dipersatukan dengan prasasti baru, dinamakan penggabungan, sehingga prasasti Sukabumi bertanggal dua: 784 dan 921. Dalam tergabung Sukabumi itu bahasa Sansekerta dari prasasti 784 dimasukkan dalam prasasti baru dalam bentuk terjemahan Jawa Kuno.
3). Prasasti tulen atau asli dan prasasti palsu.
Karena prasasti memberi hak yang amat diinginkan orang, kerap kali ditiru secara korupsi, Ahli prasasti harus mahir untuk membedakan prasasti tulen. Autentik kritis, dari tiruan.
Dalam prasasti palsu kerap kali terdapat beberapa ralat dalam ejaan, tanggal, nama orang, atau suatu anakhronisme. Sarjana yang menjadi perintis dalam keahlian membedakan prasasti yang benar dari yang palsu adalah J. Papenbroeck S.J, dalam "De distinctione veri et falsi in membranis" tahun 1675.
4). Prasasti bertanggal dan prasasti tak bertanggal.
5). Prasasti dalam bahasa Sansekerta, Jawa Kuno, Melayu Kuno, dan prasasti dalam dua bahasa.
Prasasti dalam dwi-bahasa itulah, sebagaimana batu Rosette, amat penting untuk pengetahuan bahasa kuno.
Prasasti Batu Rosetta adalah tulisan yang terukir pada batu granit hitam yang berisi maklumat dari Raja Ptolemaios lima dari Mesir. Maklumat ini ditulis dalam tiga bahasa, yaitu hieroglif, demotik, dan Yunani.
sti Batu Rosetta ditemukan oleh tentara Prancis di Mesir pada tahun 1799. Batu ini sekarang disimpan di British Museum di London.
Prasasti dwi-bahasa terdapat dalam berbagai kombinasi: Sangsekerta dan Jawa Kuno; Melayu Kuno dengan Tamil. Sampai sekarang ditemukan 10 prasasti Indonesia dengan tulisan dalam 2 bahasa: Prasasti Karangtengah (824), Prasasti Siwagerha (856); Prasasti Wukiran Pereng (863); Keempatnya dengan bahasa Jawa Kuno dan Sanskrta;
Prasasti Tugu Sanur (914); dengan bahasa Bali Kuno dan Sanskrta;
Prasasti bPucangan Airlangga (1041) dengan bahasa Jawa Kuno dan Sansekerta.
Prasasti Arca Lokanatha (1039) dengan bahasa Melayu Kuno dan Sansekerta; Prasasti Batu Perlak (1213) dengan bahasa Melayu Kuno dan Tamil, batu Amogapaça (1286) dan Tugu Pagar Ruyung I (1356) juga dengan bahasa Melayu Kuno dan Sansekerta.
6), Prasasti dengan berhuruf Siddham, Pallawa, Indonesia kuno.
7). Prasasti batu dan prasasti logam.
Prasasti-prasasti yang ditulis atas batu dibagi dalam yupa prasasti atau tugu pengorbanan, silaprasasti atau batu biasa, dan prasasti pada kaki atau balik arca.
Waktu dikeluarkannya prasasti batu meliputi zaman antara 500-1550 Masehi.
Prasasti logam biasa ditulis atas lempeng perunggu atau tembaga yang disebut tamra prasasti, juga dipahat diatas perak atau emas. Prasasti logam terdapat antara 810-1541 Masehi.
Catatan 1. Setiap prasasti mempunyai "kartu pendaftaran yang memuat klasifikasi, misalnya :
Prasasti Cicacah Asli, sezaman, tulen, bertanggal 952 saka atau 1030 Masehi, bahasa Jawa-Kuno, huruf kawi bulat, batu.
Prasasti Sidateka asli, sezaman, tulen tahun 1245 saka 1323 Masehi, bahasa Jawa Kuno, huruf kawi pesagi, perunggu, 10 lempeng.
Catatan 2. Tidak semua tulisan adalah prasasti; ada batu tulis yang berisikan putusan hakim atau kehakiman atau paduan seperti (jayapattra, jayasong, likhita patra), inventaris candi (dewa dewa), tanda kemenangan (jayasinha), bukti pembayaran (suddha-pattra),
Berdasarkan buku SERI RISALAH PENGANTAR PENGAJARAN DAN PELAJARAN SEJARAH
J.W.M. BAKKER S.J.
ILMU PRASASTI INDONESIA
CETAKAN KE-4 (direvisi)
JURUSAN SEJARAH BUDAYA
IKIP SANATA DHARMA
JOGJAKARTA
1972 di Indonesia ditemukan sebanyak 702 prasasti, ada 292 yang bertanggal. Dibagi begini:
Prasasti Di Jawa : bertanggal 210 buah, tak bertanggal 250 buah.
Prasasti Bali : bertanggal 67 buah, tak bertanggal 110 buah.
Prasasti Sumatra : bertanggal 13 buah, tak bertanggal 6 buah.
Prasasti Sunda : bertanggal 1 buah, tak bertanggal 11 buah.
Prasasti Madura/Lombok: bertanggal 1 buah, tak bertanggal 2 buah.
Prasasti Kalimantan : bertanggal 0 buah, tak bertanggal 8 buah.
Saat ini 2025 jumlah prasasti lebih dari ribuan.
Prasasti-prasasti milik Indonesia yang berada di luar negeri di antaranya: Prasasti Sangsang, Prasasti Wukajana, Prasasti Guntur, Prasasti Pucangan.
Prasasti-prasasti tersebut berada di beberapa museum di Belanda, yaitu:
Tropen Museum
Maritim Museum Roterdam
Leiden National Museum Of Ethnology
Instituut voor de Tropen, Amsterdam
Prasasti Sangsang terbuat dari lempengan tembaga dan ditulis dalam bahasa Jawa kuno. Prasasti ini menceritakan tentang kuti, yaitu bangunan suci agama Buddha di Hujung Galuh.
Prasasti Pucangan ditemukan di Gunung Penanggungan, Kabupaten Mojokerto, Jawa Timur. Saat ini, prasasti ini berada di Museum India.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar