BELAJAR PRASASTI
Ahli Prasasti atau epigrafi, tidak dapat membaca isi prasasti di tempat prasasti didirikan. Jika hal ini dilakukan banyak membutuhkan waktu, tenaga, dan beaya. Sebagian besar dari Prasasti, sudah dibawa orang ke penjuru dunia, dan disimpan di museum yaitu London, Leiden, Berlin, India dan Kopenhagen. Prasasti yang dipahat dalam batu karang besar, ditunjukkan dengan istilah "in loko" atau "in situ".
Cara belajar Prasasti :
1). "Rubbing" atau Abklats : teraan sebesar tulisan asli.
2). foto, digambar, mikrofilm.
3). faksimil: turunan yang sama dengan yang asli.
4), transkripsi: turunan dengan huruf latin.
5), terjemahan beserta penafsiran.
Kumpulan Prasasti disebut aerarium, terdapat di museum yaitu : Museum Nasional Jakarta, Trowulan (Mojokerto), dan Kirtya Liefrinck van der Tuuk (Bali).
Prasasti diberi tanda dan nomor sendiri, dengan huruf:
D untuk prasasti batu,
E untuk prasasti logam.
Turunan prasasti-prasasti dikumpulkan dalam sebuah "korpus", yaitu buku yang memuat transkripsi-transkripsi prasasti.
Hasilnya diurutkan menurut waktu, diberi nomor pendaftaran, disusul oleh penerbitan dan tafsir-tafsir.
Negara India telah membuat Korpus incriptionum latinarum, sejak 1863.
Tahun 1972 sudah mencapai 40 jilid, dengan daftar 200.000 inskripsi, dan dilanjutkan dengan Ephemeris Epigraphical (Majalah Epigrafi).
Konferensi Ikatan Sarjana Sastra Indonesia (Novemberc 1959) Drs. Bukhori mengatakan : "Penulisan sejarah kuno Indonesia dapat ditinjau kembali berdasarkan prasasti yang sedang dipelajari; karena itu penerbitan prasasti yang belum lengkap perlu dipercepat, dan diperbanyak kegiatan.
Banyak tafsir prasasti yang diterjemahkan bangsa lain, sangat merugikan dan menghina bangsa Indonesia.
Penerbitan korpus Indonesia dimulai tahun 1940 oleh Purbacaraka, Stutterheim dan de Casparis, meski hanya satu jilid diterbitkan.
Sejak 1950, Jawatan Purbakala Indonesia menerbitkan Prasasti Indonesia 1, prasasti zaman Sailendra, 6 buah banyaknya, dengan tafsir; karangan Prof. Dr. J.G. de Casparis.
Tahun 1976 cetakan 1, Depdikbud menerbitkan buku 50 tahun Lembaga Purbakala dan Peninggalan Nasional 1913 sampai 1963.
Tahun 1985, Museum Nasional membuat buku Prasasti Museum Nasional jilid 1.
Tahun 2015, Museum Nasional Depdikbud membuat buku Prasasti dan Raja-raja Nusantara.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar