[18/9 13.40] rudysugengp@gmail.com: INI GAMBAR ASLI PANGERAN DIPONEGORO SEBELUM DIUBAH PAKE SORBAN PUTIH
By Ki Suwung
.
✍ Bahkan sejak lama gambar Pangeran Diponegoro sudah di Ba-alwikan dengan marga Al, kemudian mengubah BUSANA kejawennya jadi BERSORBAN.
.
Dan gambar P. Diponegoro naik kuda dengan sorban putihnya itu malah yang dinasionalkan, disebar lewat buku-buku pelajaran sekolah.
.
Padahal GAMBAR ASLI Pangeran Diponegoro itu selalu menggunakan beskap Mataraman, bukan jubah dan sorban putih seperti pada foto-foto yang beredar itu. Tapi kenapa kita malah bangga dengan busana yang direkayasa itu?
.
Sadarlah wahai anak cucu leluhur Nusantara, masih banyak yang dikaburkan sejarah bangsa ini dengan cara-cara yang TSM sejak lama demi untuk menguasai tanah air Indonesia ini.
.
Rahayu Mugia Gusti Paring Berkah 🙏
.
.
NB Ket. Foto : Pangeran Diponegoro digambar dengan arang oleh seorang tukang gambar keraton Yogyakarta saat beliau akan menikahi istri pertamanya; ini merupakan gambar satu-satunya di mana beliau memakai beskap
#sejarah
#nasab
[22/9 00.28] rudysugengp@gmail.com: Kerajaan Kandis
Kerajaan Kandis merupakan sebuah kerajaan Yang berada di Sumatera yang diklaim berbasis di wilayah tengah-barat pulau Sumatera, yang kini merupakan bagian dari timur wilayah Provinsi Sumatera Barat, Provinsi Riau, dan Provinsi Jambi.
Kerajaan Kandis diperkirakan berdiri sejak ca waktu 1 Sebelum Masihi/Masehi atau ada juga yang berpendapat ianya pada abad ke-11 Sebelum Masehi, diklaim sebagai kerajaan tertua ke 3 di Kepulauan Indonesia Setelah Situs gunung Padang yg berusia 25.000 SM dan situs tinggi hari 5.000 SM.Pada abad ke-13 Masehi wilayah tempat Kerajaan Kandis berada masih tetap dikenal sebagai Kandis.
Sejarah
Kerajaan Kandis diperkirakan berdiri sejak abad ke-1 SM, diyakini sebagai kerajaan Minangkabau tertua di Sumatera, serta Kepulauan Indonesia pada umumnya. Pada abad ke-13 M, di Nagarakretagama bekas wilayah Kerajaan Kandis masih disebut dengan Kandis. Disebutkan sebagai salah satu wilayah Majapahit (Nusantara) dalam sebuah karya sastra, Kakawin Nagarakretagama ditulis pada tahun 1365 oleh oleh Empu Prapañca, seorang bekas pembesar urusan agama Buddha di istana Majapahit.
Kerajaan ini diperkirakan berdiri pada 1 Sebelum Masehi, mendahului berdirinya kerajaan Moloyou atau Dharmasraya di Sumatra Tengah. Dua tokoh yang sering disebut sebagai raja kerajaan ini adalah Datuk Perpatih Nan Sebatang dan Datuk Katumanggungan.
Maharaja Diraja, pendiri kerajaan ini, sesampainya di Bukit Bakau membangun sebuah istana yang megah yang dinamakan dengan Istana Dhamna[yang mana?].
Putra Maharaja Diraja bernama Darmaswara dengan gelar Mangkuto Maharaja Diraja (Putra Mahkota Maharaja Diraja) dan gelar lainnya adalah Datuk Rajo Tunggal (lebih akrab dipanggil). Datuk Rajo Tunggal memiliki senjata kebesaran yaitu keris berhulu kepala burung garuda yang sampai saat ini masih dipegang oleh Danial gelar Datuk Mangkuto Maharajo Dirajo.
Datuk Rajo Tunggal menikah dengan putri yang cantik jelita yang bernama Bunda Pertiwi. Bunda Pertiwi bersaudara dengan Bunda Darah Putih. Bunda Darah Putih yang tua dan Bunda Pertiwi yang bungsu. Setelah Maharaja Diraja wafat, Datuk Rajo tunggal menjadi raja di kerajaan Kandis. Bunda Darah Putih dipersunting oleh Datuk Bandaro Hitam. Lambang kerajaan Kandis adalah sepasang bunga raya berwarna merah dan putih.
Ekonomi Kerajaan
Kehidupan ekonomi kerajaan Kandis ini adalah dari hasil hutan seperti damar, rotan, dan sarang burung layang-layang, dan dari hasil bumi seperti emas dan perak. Daerah kerajaan Kandis kaya akan emas, sehingga Rajo Tunggal memerintahkan untuk membuat tambang emas di kaki Bukit Bakar yang dikenal dengan tambang titah, artinya tambang emas yang dibuat berdasarkan titah raja. Sampai saat ini bekas peninggalan tambang ini masih dinamakan dengan tambang titah.
Hasil hutan dan hasil bumi Kandis diperdagangkan ke Semenanjung Malaka oleh Mentri Perdagangan Dt. Bandaro Hitam dengan memakai ojung atau kapal kayu. Dari Kandis ke Malaka membawa barang-barang kebutuhan kerajaan dan masyarakat. Demikianlah hubungan perdagangan antara Kandis dan Malaka sampai Kandis mencapai puncak kejayaannya. Mentri perdagangan Kerajaan Kandis yang bolak-balik ke Semenanjung Malaka membawa barang dagangan dan menikah dengan orang Malaka. Sebagai orang pertama yang menjalin hubungan perdagangan dengan Malaka dan meninggalkan cerita Kerajaan Kandis dengan Istana Dhamna kepada anak istrinya di Semenanjung Melayu.
Dt. Rajo Tunggal memerintah dengan adil dan bijaksana.[kenetralan diragukan][butuh rujukan]Pada puncak kejayaannya terjadi perebutan kekuasaan oleh bawahan Raja yang ingin berkuasa sehingga terjadi fitnah dan hasutan. Orang-orang yang merasa mampu dan berpengaruh berangsur-angsur pindah dari Bukit Bakar ke tempat lain di antaranya ke Bukit Selasih dan akhirnya berdirilah kerajaan Kancil Putih di Bukit Selasih tersebut.
Air laut semakin surut sehingga daerah Kuantan makin terlihat daerah yang muncul kepermukaan.[butuh rujukan]Kemudian berdiri pula kerajaan Koto Alang di Botung (Desa Sangau sekarang) dengan Raja Aur Kuning sebagai Rajanya. Penyebaran penduduk Kandis ini ke berbagai tempat yang telah timbul dari permukaan laut, sehingga berdiri juga Kerajaan Puti Pinang Masak/Pinang Merah di daerah Pantai (Lubuk Ramo sekarang). Kemudian juga berdiri Kerajaan Dang Tuanku di Singingi dan kerajaan Imbang Jayo di Koto Baru (Singingi Hilir sekarang).
Dengan berdirinya kerajaan-kerajaan baru, maka mulailah terjadi perebutan wilayah kekuasaan yang akhirnya timbul peperangan antar kerajaan. Kerajaan Koto Alang memerangi kerajaan Kancil Putih, setelah itu kerajaan Kandis memerangi kerajaan Koto Alang dan dikalahkan oleh Kandis. Kerajaan Koto Alang tidak mau diperintah oleh Kandis, sehingga Raja Aur Kuning pindah ke daerah Jambi, sedangkan Patih dan Temenggung pindah ke Merapi.
Kepindahan Raja Aur Kuning ke daerah Jambi menyebabkan Sungai yang mengalir di samping kerajaan Koto Alang diberi nama Sungai Salo, artinya Raja Bukak Selo (buka sila) karena kalah dalam peperangan. Sedangkan Patih dan Temenggung lari ke Gunung Marapi (Sumatera Barat).
Tidak lama kemudian, pembesar-pembesar kerajaan Kandis mati terbunuh diserang oleh Raja Sintong dari Cina belakang, dengan ekspedisinya dikenal dengan ekspedisi Sintong. Tempat berlabuhnya kapal Raja Sintong, dinamakan dengan Sintonga. Setelah mengalahkan Kandis, Raja Sintong beserta prajuritnya melanjutkan perjalanan ke Jambi. Setelah kalah perang pemuka kerajaan Kandis berkumpul di Bukit Bakar, kecemasan akan serangan musuh, maka mereka sepakat untuk menyembunyikan Istana Dhamna dengan melakukan sumpah. Sejak itulah Istana Dhamna hilang, dan mereka memindahkan pusat kerajaan Kandis ke Dusun Tuo (Teluk Kuantan sekarang).
sumber wikipedia
[22/9 00.36] rudysugengp@gmail.com: Raden Ayu Tan Peng Nio
Raden Ayu Tan Peng Nio adalah seorang pejuang Tionghoa-Indonesia. Ia berperan dalam perang Geger Pacinan melawan tentara Belanda.
Ia adalah anak dari Jenderal Tan Wan Swee, yang berselisih pendapat dan melakukan pemberontakan yang gagal terhadap Kaisar Qian Long (25 September 1711-1799) dari Dinasti Qing.
Jenderal Tan Wan Swee lalu menitipkan putrinya yang bernama Tan Peng Nio kepada sahabatnya, Lia Beeng Goe, seorang ahli pembuat peti mati dan ahli bela diri. Saat kudeta gagal, Tan Peng Nio menjalani pelarian bersama Lia Beeng Goe ke Singapura, kemudian berpindah ke Sunda Kalapa (Jakarta).
Pada tahun 1740, terjadi huru-hara yang terkenal dengan nama Geger Pecinan, dimana terjadi pembantaian terhadap etnis Tionghoa oleh tentara VOC Belanda. diceritakan bahwa Lia Beeng Goe dan Tang Peng Nio mengungsi ke arah Timur, hingga tiba di Kutowinangun (Kebumen, Jawa Tengah) dan bertemu dengan Kiai Honggoyudho yang mahir membuat senjata.
Ketika terjadi peperangan dan penyerbuan selama 16 tahun (1741-1757) oleh Pangeran Garendi, Tan Peng Nio dikabarkan ikut bergabung ke dalam 200 pasukan bentukan KRAT³ Kolopaking II, yang dikirimkan untuk membantu pasukan Pangeran Garendi. Tan Peng Nio juga dikabarkan sempat menyamar menjadi seorang prajurit laki-laki. Peperangan kemudian berakhir dalam perundingan Giyanti, pada tanggal 13 Februari 1755.
Ia menikah dengan KRT Kolopaking III. Saat perang berakhir, ia dan suaminya menetap di Kutowinangun, Kebumen, Jawa Tengah (Jateng). Dari pernikahannya, mereka dikaruniai dua orang anak, yaitu KRT Endang Kertawangsa dan RA Mulat Ningrum. RA Tan Peng Nio dikebumikan di Desa Jatimulyo, Kecamatan Alian, Kebumen, Jateng. Makamnya dibangun dengan gaya makam, berbentuk bangunan Tionghoa.
[22/9 10.20] rudysugengp@gmail.com: *Ini Kronologi Penyanderaan sampai Pembebasan Pilot Susi Air Philip Mark Mehrtens*
Reporter
Tempo.co
Editor
Yudono Yanuar
Sabtu, 21 September 2024 22:36 WIB
TEMPO.CO, Jakarta - Pilot Susi Air, Philip Mark Mehrtens, akhirnya dibebaskan Organisasi Papua Merdeka (OPM)/ Kelompok Kriminal Bersenjata (KKB) pimpinan Egianus Kogoya di Kabupaten Nduga, Papua Pegunungan setelah disandera 20 bulan lebih sejak 7 Februari 2023, pada Sabtu, 21 September 2024
Pilot warga negara Selandia Baru itu dijemput oleh tim gabungan TNI-Polri yang tergabung dalam Satgas Operasi Damai Cartenz 2024 di Kampung Yuguru, Distrik Maibarok, Kabupaten Nduga, Papua Pegunungan.
Selama penyanderan itu pemerintah Indonesia melakukan berbagai upaya untuk membebaskannya.
Kepala Operasional Satuan Tugas Damai Cartenz, Brigadir Jenderal Faizal Ramadhan, mengatakan pembebasan Philip dilakukan dengan pendekatan soft approach, yaitu dengan cara melibatkan tokoh agama, gereja dan adat Papua, serta keluarga Egianus Kogoya.
"Upaya berhasil dan tidak ada korban dari pihak mana pun," kata Faizal saat dikonfirmasi Tempo, Sabtu, 21 September 2024.
Berikut kronologi penyanderaan sampai pembebasan Pilot Susi Air Philip Mark Mehrtens:
7 Februari 2023
Pesawat Susi Air dengan nomor penerbangan SI 9368 dilaporkan hilang kontak. Pesawat yang dipiloti Phillip Mehrtens itu seharusnya kembali lagi ke Timika pukul 07.40 WIT. Dua jam berselang, Susi Air memunculkan pemancar sinyal darurat atau emergency locator transmitter (ELT) dengan posisi aktif pukul 09.12 WIB.
Perusahaan langsung menanggapi sinyal darurat tersebut dengan pengiriman pesawat lain untuk memeriksa posisi. Pesawat ditemukan dalam kondisi terbakar di landasan Lapangan Terbang Distrik Paro. Pesawat PK-BVY rute penerbangan perintis Timika – Paro dirusak oleh kelompok separatis TPNPB-OPM pimpinan Egianus Kogoya. Perusakan dilakukan setelah landing di Lapangan Terbang Apro, Selasa 7 Februari 2023 pukul 06.17 WIT.
Juru Bicara TPNPB-OPM Sebby Sambom dalam pernyataan tertulisnya mengaku bertanggung jawab atas sabotase pesawat Susi Air dan telah menyandera pilot berkebangsaan Selandia Baru itu.
8 Februari 2023
Kapolri Jenderal Listyo Sigit Prabowo mengatakan lima penumpang pesawat Susi Air berhasil dievakuasi. Hanya saja sang pilot belum diketahui keberadaannya.
Panglima TNI Laksamana Yudo Margono membantah kabar pilot asal Selandia Baru tersebut disandera oleh TPNPB-OPM. Dia mengatakan, Captain Philips Mehrtens menyelamatkan diri setelah pesawatnya diduga dibakar oleh kelompok separatis.
14 Februari 2023
TPNPB-OPM merilis foto Phillip Mehrtens dan membantah pernyataan Panglima TNI Laksamana Yudo Margono yang menyebut pilot Susi Air bukan disandera oleh OPM, melainkan menyelamatkan diri.
TNI dan Polri mencari Mehrtens dengan pesawat udara, helikopter maupun melalui jalur darat.
16 Februari 2023
Brigjen TNI JO Sembiring ditunjuk sebagai Komandan Komando Pelaksana Operasi (Dankolaksops) TNI untuk memimpin pelaksanaan operasi pembebasan Kapten Philips Max Mehrtens. Dankolaksops akan berkolaborasi dengan Satuan Tugas Damai Cartenz pimpinan Komisaris Besar Polisi Faizal Rahmadani.
20 Februari 2023
Tim gabungan TNI-Polri akan melakukan penegakan hukum sebagai tindakan terakhir untuk membebaskan pilot Susi Air apabila negosiasi berakhir buntu.
2023-20 Juni 2024
Berbagai upaya pembebasan tidak membuahkan hasil. Pilot Susi Air itu tinggal berbaur dengan masyarakat dan mengklaim keadaannya baik. Hanya akses komunikasi dengan orang luar seperti penggunaan gawai dilarang. Philip Mehrtens disebut mau berbaur dengan masyarakat seperti mencari kayu dan segala macam kebutuhan tawanan itu dicukupi. Salah satunya pasukan TPNPB-OPM menyiapkan roti untuk makanan sehari-hari Mehrtens.
3 Agustus 2024
TPNPB-OPM menyatakan Egianus Kogoya sepakat untuk membebaskan Pilot Mehrtens. Satgas Damai Cartenz menilai pernyataan itu hanya propaganda karena telah berulang kali menerima informasi mengenai rencana pembebasan tersebut tetapi tidak pernah terwujud.
5 Agustus 2024
Kelompok kriminal bersenjata atau KKB membunuh seorang pilot asal Selandia Baru, Glen Malcolm Conning, 50 tahun. Pilot dari helikopter milik PT Intan Angkasa Air Service itu ditembak setelah mengantar empat penumpang ke Distrik Alama, Kabupaten Mimika, Papua Tengah.
15 September 2024
Juru bicara Tentara Pembebasan Nasional Papua Barat-Organisasi Papua Merdeka Sebby Sambom mengatakan, kelompoknya akan merilis proposal pembebasan pilot Susi Air, Philip Mark Mehrtens, paa 17 September 2024.
17 September 2024
Proposal pembebasan Mehrtens diumumkan oleh TPNPB-OPM antara lain berisi pemerintah Indonesia tidak boleh melakukan operasi militer selama proses pembebasan pilot Susi Air tersebut. Pemerintah Indonesia harus menarik militer non-organik yang ada di wilayah Nduga.
19 September 2024
TPNPB-OPM menudin TNI-Polri menyerang markas mereka untuk membebaskan Mehrtens, namun dibantah pemerintah Indonesia.
21 September 2024
Mehrtens dibebaskan Tentara Pembebasan Nasional Papua Barat-Organisasi Papua Merdeka atau TPNPB-OPM setelah menjadi sandera selama 20 bulan lebih.
Hendrik Khoirul Muhid dan Andi Adam Faturahman berkontribusi dalam penulisan artikel ini.
17
[22/9 10.56] rudysugengp@gmail.com: *Kenapa Nenek Moyang Membuat Gambar di Gua hingga Tebing Tinggi?*
Trisna Wulandari - detikEdu
Senin, 16 Sep 2024 17:00 WIB
Jakarta - Gambar-gambar purba kadang muncul di tempat yang tidak terduga. Beberapa di antaranya berada di tebing sangat tinggi, sebagian yang lain di langit-langit gua.
Sekilas, para nenek moyang manusia tampak harus bersusah-susah naik semacam tangga untuk menggambar seni cadas (di atas batu) tersebut. Namun sebetulnya, bagaimana nenek moyang memilih tempat untuk digambar?
*Gambar Cadas di Langit-langit & Tempat Sulit*
Grotte Chauvet - UNESCO World Heritage Site melalui Google Arts & Culture menjelaskan, orang-orang prasejarah memilih tempat menggambar bukan berdasarkan kemudahan aksesnya, tetapi berdasarkan relief alami dan posisi topografi yang dapat dimanfaatkan.
Contohnya di Gua Chauvet, Ardeche, Prancis. Gambar rusa, bison, hingga badak berbulu digambar pada area-area Gua Chauvet yang susah dijangkau hanya dengan berdiri biasa.
Diperkirakan, keputusan ini diambil karena para seniman prasejarah itu ingin menggambar di area dinding tanah liat dengan relief berkelok. Karena itu, dinding-dinding gua yang tepat di depan mata mereka justru dibiarkan tidak bergambar.
*Gambar Gua Tertua di Dunia dari Indonesia*
Praktik menggambar di area-area gua yang sulit dijangkau juga tampak pada gambar gua tertua di dunia. Gambar tersebut berlokasi di Leang Karampuang, Maros, Sulawesi Selatan, Indonesia, seperti dijelaskan Organisasi Riset Arkeologi, Bahasa, dan Sastra (OR Arbastra) Badan Riset dan Inovasi Nasional (BRIN) dalam Google Arts & Culture.
Pada ekspedisi seni cadas 2017, petugas cagar budaya Oki Amrullah melihat jejak warna merah di bukaan sempit gua. Letaknya di karst Bukit Karampuang, pada ketinggian 4 meter.
Oki lalu mengajak para anggota tim ekspedisi untuk susur gua lebih jauh dengan memanjat. Butuh waktu bagi mereka agar dapat menemukan rute yang lebih mudah diakses untuk melihat jejak-jejak lukisan dari 52.000 tahun itu, mulai dari stensil tempelan telapak tangan manusia maupun gambar manusia, babi, hingga anoa.
*Awal dan Akhir Seni Gua*
Praktik menggambar di gua (cave art) ini diperkirakan berlangsung selama 30.000 tahun. Sementara gambar gua tertua di dunia di Indonesia berusia 51.200 tahun, gambar tertua di Eropa yang terletak El Castillo, Spanyol, diperkirakan dibuat 41.000 tahun lalu.
Diperkirakan, berakhirnya praktik seni gua punya kaitan dengan berakhirnya Zaman Es terakhir. Orang-orang prasejarah mulai bermukim di luar gua, menjinakkan hewan, dan bertani.
Saat sudah terbiasa bermukim, nenek moyang tidak lagi ramai-ramai berlindung dari hewan buas, cuaca tidak bersahabat, dan bencana alam di relung-relung gua. Alhasil, karya-karya peninggalan mereka selanjutnya lebih banyak ditemukan peneliti di reruntuhan rumah dan rumah ibadah
[25/9 13.40] rudysugengp@gmail.com: *RPH Surabaya Klarifikasi Video Pemingsanan Sapi Disertai Narasi Sesat*
Laporan oleh Ika Suryani Syarief
Rabu, 25 September 2024
| 10:03 WIB
suarasurabaya.net
Fajar Arifianto Isnugroho Direktur Utama Rumah Potong Hewan (RPH) Surabaya mengklarifikasi dan menyesalkan beredarnya video proses penyembelihan hewan yang disertai narasi sesat.
“Sumber Daging Haram, RPH Pegirian Surabaya, Bagaimana Dengan RPH di Tempat Lainx…?!!, Wajib Viralkan…!!”, demikian tulisan yang beredar di grup WhatsApp.
Fajar menjelaskan, video tersebut merupakan proses stunning untuk pemingsanan sapi ex-import di straining box sebelum dipotong di RPH Pegirian.
“Kesannya sapi mati karena ‘ditembak’ kepalanya. Padahal, setelah dipingsankan, sapi dipotong seperti biasa secara syar’i oleh Juru Sembelih Halal (Julaeha) RPH Surabaya.
Di video, tidak ditunjukkan gambar penyembelihan oleh Juleha,” kata Fajar kepada Radio Suara Surabaya, Rabu pagi (25/9/2024).
Berdasarkan Standar Operasional Preosedur pemotongan sapi tanpa tali keluh atau sapi brahman cross, kata Fajar, harus dipingsankan dulu melalui proses stunning di kepalanya, kemudian disembelih secara syar’i.
“Sebenarnya proses ini tidak untuk divideokan. Petugas sudah kami tegur dan beri peringatan keras karena melanggar aturan,” ujarnya.
RPH Suraaya secara tegas melarang pendokumentasian video dan foto-foto semua areal operasional pemotongan hewan.
Beredarnya video tersebut menjadi evaluasi RPH Surabaya untuk lebih berhati-hati dan berjanji tidak akan terjadi lagi.
Merujuk pada Fatwa Majelis Ulama Indonesia (MUI) tentang Penyembelihan Hewan Secara Mekanis, penyembelihan dengan cara pemingsanan merupakan modernisasi penyembelihan sesuai dengan ajaran Nabi. Cara ini memenuhi persyaratan ketentuan syar’i dan hukumnya sah dan halal.
Para ulama dalam Sidang Komisi Fatwa MUI pada 18 Oktober 1976 menyebutkan bahwa penggunaan mesin untuk pemingsanan dimaksudkan mempermudah roboh dan jatuhnya hewan yang akan disembelih di tempat pemotongan dan untuk meringankan rasa sakit hewan.
Penyembelihannya dilakukan dengan pisau yang tajam memutuskan hulqum (tempat berjalan nafas), mari’ (tempat berjalan makanan), dan wadajaain (dua urat nadi) hewan yang disembelih oleh juru sembelih Islam, dengan terlebih dahulu membaca basmalah.
Hewan yang roboh dipingsankan di tempat penyembelihan apabila tidak disembelih akan bangun sendiri lagi segar seperti semula keadaanya.
Penyembelihan dengan sistem ini tidak mengurangi keluarnya darah mengalir, bahkan akan lebih banyak dan lebih lancar sehingga dagingnya lebih bersih.(iss)
[25/9 13.49] rudysugengp@gmail.com: *Ketentuan Fatwa MUI tentang Standar Penyembelihan Halal*
Ketentuan Fatwa MUI tentang Standar Penyembelihan Halal mengatur bahwa stunning (pemingsanan) untuk mempermudah proses penyembelihan hewan hukumnya boleh, dengan syarat:
1) Stunning hanya menyebabkan hewan pingsan sementara, tidak menyebabkan kematian serta tidak menyebabkan cedera permanen;
2) Bertujuan untuk mempermudah penyembelihan;
3) Pelaksanaannya sebagai bentuk ihsan, bukan untuk menyiksa hewan;
4) Peralatan stunning harus mampu menjamin terwujudnya tiga syarat di atas
5) Penetapan ketentuan stunning, pemilihan jenis, dan teknis pelaksanaannya harus di bawah pengawasan ahli.
[25/9 15.14] rudysugengp@gmail.com: *MEMBELI KERINGAT GURU* ... 😭🙏💥⭐
RENUNGAN...
Dalam suatu diskusi, seorang Murid bertanya kepada Gurunya,
Murid : "Jikalau memang benar para guru adalah orang-orang yang pintar, mengapa bukan Para Guru yang menjadi Pemimpin Dunia, Pengusaha Sukses, dan Orang-Orang Kaya Raya itu?
Gurunya tersenyum, tanpa mengeluarkan sepatah kata pun, ia masuk ke ruangannya, dan keluar kembali dengan membawa sebuah timbangan.
Dia meletakkan timbangan tersebut di atas meja, dan berkata : " Anakku, ini adalah sebuah timbangan, yang biasa dipergunakan untuk mengukur berat emas dengan kapasitas hingga 5000 gram".
"Berapa harga emas seberat itu? "
Murid mengernyitkan keningnya, menghitung dengan kalkulator dan kemudian dia menjawab,
"Jikalau harga satu gram emas adalah 800 ribu rupiah, maka 5000 gram akan setara dengan 4 milyard rupiah,"
Guru : "Baiklah Anakku ... Sekarang coba bayangkan seandainya ada seseorang yang datang kepadamu membawa timbangan ini dan ingin menjualnya seharga emas 5000 gram, adakah yang bersedia membelinya?"
Murid berkata : "Timbangan emas tidak lebih berharga dari emasnya, saya bisa mendapatkan timbangan tersebut dengan harga dibawah dua juta rupiah, mengapa harus membayar sampai 4 milyar ?"
Guru menjawab : "Nah, Anakku ... Kini kau sudah mendapatkan pelajaran, bahwa kalian para Murid, adalah seperti emas, dan kami adalah timbangan akan bobot prestasimu, kalianlah yang seharusnya menjadi perhiasan dunia ini, dan biarkan kami tetap menjadi timbangan yang akurat dan presisi untuk mengukur kadar kemajuanmu. "
Guru berkata lagi, "Satu lagi pertanyaanku. Jikalau ada seseorang datang kepadamu membawa sebongkah berlian di tangan kanannya dan seember keringat di tangan kirinya, kemudian ia berkata : "Di tangan kiriku ada keringat yang telah aku keluarkan untuk menemukan sebongkah berlian yang ada di tangan kananku ini, tanpa keringat ini tidak akan ada berlian, maka belilah keringat ini dengan harga yang sama dengan harga berlian"
"Apakah ada yang mau membeli keringatnya? "
"Tentu tidak." Ujar Murid.
"Orang hanya akan membeli berliannya dan mengabaikan keringatnya. Biarlah kami, para Guru, menjadi keringat itu, dan kalianlah yang menjadi berliannya."
Sang Murid menangis, dia memeluk Gurunya dan berkata : "Wahai Guru, betapa mulia hati kalian, dan betapa ikhlasnya kalian, terima kasih Guru. Kami tidak akan bisa melupakan kalian, karena dalam setiap kemajuan kami, setiap kilau berlian kami, ada tetes keringatmu ..."
Guru berkata : "Biarlah keringat itu menguap, mengangkasa menuju alam hakiki disisi Allah, karena hakikat akhirat lebih mulia dari segala pernak-pernik di dunia ini."
Teruntuk Sang Guru !
Terimakasih atas segenap perjuangan, pengorbanan & keikhlasan Sang Guru semua.
Semoga Allah senantiasa melindungi Sang Guru semua dan memberi anugerah terbaik dan terindah Lahir- batin, dunia- Ahirat.
Inspirasi Buat Guru2 Kami.
Selamat Hari Guru ke 76, Kamis, 25-11-2021.
💥Aamiiiiiin ( *أمين* )⭐
[25/9 17.45] rudysugengp@gmail.com: HOAX MAJAPAHIT, GAJAH MADA, DAN SUMPAH PALAPA YANG TERLANJUR BEREDAR
Sejarah Majapahit dan sosok Gajah Mada merupakan bagian penting dalam narasi kejayaan Nusantara. Kerajaan Majapahit sering dianggap sebagai kerajaan terbesar yang pernah menguasai wilayah Nusantara, sementara Gajah Mada digambarkan sebagai pemimpin visioner yang bersumpah untuk menyatukan seluruh Nusantara melalui Sumpah Palapa. Namun, banyak hal yang kita ketahui tentang Majapahit dan Gajah Mada sebenarnya didasarkan pada interpretasi modern yang penuh dengan mitos. Berikut beberapa fakta menarik yang mungkin mengejutkan tentang Majapahit, Gajah Mada, dan Sumpah Palapa.
Majapahit: Kerajaan atau Jaringan Dagang?
Majapahit sering disebut sebagai kerajaan terbesar dalam sejarah Nusantara, dengan wilayah kekuasaan yang konon mencakup Sumatera, Kalimantan, Jawa, Sulawesi, Bali, Nusa Tenggara, hingga Semenanjung Malaya, Tumasik (Singapura), dan bahkan sebagian Filipina dan Thailand. Klaim ini diperkuat oleh adanya peta yang dikenal sebagai National Archipelago, yang diyakini menggambarkan wilayah kekuasaan Majapahit. Namun, kenyataannya lebih kompleks dari sekadar peta wilayah kekuasaan.
Banyak sejarawan modern mengungkapkan bahwa peta tersebut sebenarnya hanya mencerminkan wilayah-wilayah yang memiliki hubungan dagang dengan Majapahit. Ini berarti bahwa hubungan antara Majapahit dengan daerah-daerah tersebut lebih bersifat kemitraan ekonomi daripada kekuasaan militer atau administratif langsung. Wilayah-wilayah seperti Sumatera dan Kalimantan tidak diwajibkan membayar upeti kepada Majapahit, yang menunjukkan bahwa mereka bukan bagian dari kekuasaan langsung kerajaan ini.
Wilayah yang benar-benar berada di bawah kendali Majapahit secara administratif hanya mencakup sebagian pulau Jawa, Madura, dan Bali. Daerah-daerah ini diwajibkan membayar upeti sebagai tanda pengakuan atas kekuasaan Majapahit. Di luar wilayah tersebut, hubungan Majapahit dengan daerah-daerah lain lebih bersifat diplomatis dan berbasis perdagangan. Oleh karena itu, klaim bahwa Majapahit menguasai hampir seluruh Nusantara tampaknya lebih merupakan interpretasi politik yang muncul di kemudian hari, terutama dalam rangka membangun narasi kejayaan nasional.
Sumpah Palapa: Mitos Penaklukan atau Persatuan?
Salah satu elemen yang paling terkenal dalam sejarah Gajah Mada adalah Sumpah Palapa, yang ia ucapkan ketika diangkat menjadi Mahapatih Majapahit. Dalam sumpah tersebut, Gajah Mada berjanji tidak akan menikmati "palapa" (kenikmatan duniawi) sebelum berhasil menyatukan Nusantara. Banyak yang menafsirkan sumpah ini sebagai janji untuk menaklukkan wilayah-wilayah di seluruh Nusantara dan menempatkannya di bawah kendali Majapahit.
Namun, jika kita merujuk pada teks Pararaton, sumpah tersebut tidak secara eksplisit berbicara tentang penaklukan militer. Sumpah Palapa lebih cenderung menekankan persatuan dan keteraturan, di mana Gajah Mada bertujuan untuk menjalin hubungan harmonis dengan seluruh wilayah di Nusantara, bukan sekadar menaklukkan mereka. Penggunaan istilah "Nusantara" dalam sumpah tersebut mungkin merujuk pada konsep luas mengenai persatuan politik dan ekonomi, bukan penguasaan teritorial langsung.
Faktanya, meskipun Sumpah Palapa sering kali diasosiasikan dengan ambisi ekspansionis, bukti sejarah menunjukkan bahwa banyak wilayah di luar Jawa lebih merupakan mitra dagang atau sekutu politik daripada wilayah yang benar-benar dikuasai oleh Majapahit. Sumpah ini, oleh karena itu, lebih menggambarkan upaya untuk menciptakan tatanan politik dan stabilitas di Nusantara, daripada agenda militer yang agresif.
Wajah Gajah Mada: Imajinasi atau Realitas?
Sosok Gajah Mada, sebagai Mahapatih Majapahit yang terkenal dengan Sumpah Palapa-nya, telah menjadi simbol persatuan Nusantara. Namun, wajah Gajah Mada yang sering kita lihat dalam buku-buku sejarah dan patung-patung di berbagai tempat ternyata tidak berdasarkan bukti sejarah yang akurat. Faktanya, wajah tersebut hanyalah imajinasi dari M. Yamin, seorang tokoh nasionalis Indonesia.
M. Yamin, yang pernah menulis buku berjudul Gajah Mada, Pahlawan Persatuan Nusantara, menciptakan gambaran visual Gajah Mada sebagai bagian dari upayanya untuk meningkatkan nasionalisme rakyat Indonesia. Dalam bukunya, ia menggambarkan Gajah Mada sebagai sosok yang heroik dan visioner, dan ilustrasi wajahnya mencerminkan citra tersebut. Namun, karena tidak ada bukti visual dari zaman Gajah Mada yang masih tersisa, ilustrasi ini hanyalah interpretasi modern.
Dengan demikian, gambar wajah Gajah Mada yang kita kenal sekarang lebih merupakan karya imajinasi untuk tujuan politik dan nasionalisme daripada representasi yang akurat dari sosok sejarah tersebut. Ini adalah contoh lain bagaimana sejarah sering kali diromantisasi atau disesuaikan dengan kebutuhan zaman tertentu.
Kesimpulan
Majapahit, Gajah Mada, dan Sumpah Palapa adalah tiga elemen penting dalam sejarah Nusantara yang penuh dengan mitos dan interpretasi modern. Wilayah kekuasaan Majapahit mungkin tidak sebesar yang kita bayangkan, Sumpah Palapa lebih menekankan persatuan daripada penaklukan, dan wajah Gajah Mada yang kita kenal hanyalah imajinasi. Dengan menggali kembali sejarah ini, kita bisa lebih menghargai kompleksitas dan kedalaman sejarah Indonesia, sekaligus memahami bagaimana narasi-narasi tersebut telah dibentuk oleh kebutuhan politik dan sosial masa lalu.
[25/9 18.09] rudysugengp@gmail.com: RATU SHIMA
semula adalah istri dari Kartikeyasinga yang menjadi Raja Kalingga sejak tahun 648 hingga 674. Mereka mempunyai dua orang anak, yaitu Parwati dan Narayana atau Iswara.
Ayah Kartikeyasinga adalah Raja Kalingga yang memerintah antara tahun 632 sampai dengan 648. Sementara ibunya berasal dari Kerajaan Melayu Sribuja yang beribukota di Palembang. Kerajaan inilah yang dikalahkan Sriwijaya pada tahun 683 M.
Menghadapi ancaman Sriwijaya yang bersekutu dengan Tarumanegara di Sunda, Kalingga menggandeng Kerajaan Galuh Purba dan menguatkannya menjodohkan anaknya Parwati dengan putra bungsu Raja Galuh Wretikandayun yang bernama Mandiminyak.
Perkawinan tersebut melahirkan anak perempuan bernama Sanaha pada tahun 661 M. Sanaha inilah yang kelak mempunyai anak bernama Sanjaya yang kelak menjadi raja pertama di Medang dan bergelar Rakai Mataram Sang Ratu Sanjaya.
Ketika Kartikeyasinga mangkat pada tahun 674, Ratu Shima dinobatkan menggantikan suaminya sebagai raja sampai dengan tahun 695 M sekaligus memakai gelar Sri Maharani Mahissasuramardini Satyaputikeswara.
Selama masa pemerintahannya itu, Ratu Shima mengangkat Mandiminyak sebagai pembantunya, sementara tata kelola di kutaraja didelegasikan kepada 4 orang menteri yang mengatur negara dan 28 negara taklukan yang tersebar di Jawa Tengah dan Jawa Timur.
Ketika Ratu Shima dinobatkan, di bawah Sri Jayanasa Sriwijaya kala itu tengah gencar-gencarnya melakukan ekspansi. Selain menduduki Melayu Sribuja, Jayanasa juga mengincar Kalingga. Jayanasa sempat meminang Ratu Shima namun ditolak yang memicu rencana penyerangan Sriwijaya ke Kalingga pada tahun 686 M.
#sejarahkahuripan #kahuripan #jenggala #kerajaanjenggala #panjalu #tarumanegara #negarakertabumi #kerajaanpanjalu #kediri #singasari #majapahit #jawakuno #akitirem #sansekerta #hindu #budha #airlangga #tunggadewi #kerajaankahuripan #medangkahuripan #fyp #sejarah #sejarahkerajaan #sejarahjawa #jawa #sunda #kerajaanjawatimur
#ratushima #kalingga #sriwijaya
Tidak ada komentar:
Posting Komentar