*RIYOYO BARENG, REK !*
Berkunjung kepada orang tua dan orang yang dituakan menjadi lukisan keharuan berbalut dengan isak tangis.
Belum lagi kunjungan ke Makam dengan doa dan lantunan ayat suci Al-Quran bagi yang sudah tiada, tentunya diawali dengan puasa sebulan penuh bagi umat Muslim dan Sholat Idul Fitri di lapangan dan jalan raya.
Momentum Idul Fitri bagi umat Muslim bahkan bagi Masyarakat Indonesia kental dengan budaya Silaturahmi.
Saling bermaaf-maafan dan bersalam-salaman merupakan momen untuk mengenal sanak saudara dan sahabat yang pernah hancur di dunia tahun 2020 - 2021, mulai tumbuh perlahan-lahan tahun 2022 dan 2023.
Tahun 2024 mulai memuncak kembali, meski ekonomi masyarakat belum sepenuhnya pulih.
Beberapa penderma di kampung mulai gulung tikar karena Tetua banyak yang tumbang kala Covid 19 melanda negeri ini dan dunia.
Walhasil, 'unjung-unjung' dengan sanak saudara dan tetangga yang dulu menjadi primadona untuk menambah celengan bagi anak-anak pupus harapan.
Tetua yang selama ini menjadi pemutar roda ekonomi sedekah telah tiada. Para pelanjut tumbang sebagai penerus.
Budaya angpau menjadi berkurang dan terhenti seiring dengan pensiun dari tugas, jabatan, dan kehidupan.
Pemulihan ekonomi sosial perlu ditumbuhkembangkan oleh generasi berikutnya agar Zakat, Infaq, dan Shodaqoh yang merupakan sumber untuk mendapatkan tiket Surga di alam lain tetap lestari.
Hal ini jangan diartikan bahwa kita membudayakan peminta-minta berbasis ujung-ujung untuk memperoleh dua ribu rupiah.
Pemberi, pendonor, dan penderma harus dipandang sebagai orang yang diuntungkan.
Karena berdasarkan teori yang dikembangkan oleh berbagai agama bahwa apabila kita memberi akan dilipatgandakan.
'Dari apa ?'
- bersyukur
- kesehatan
- rezeki
- pertemanan
- persaudaraan
Semoga Idul Fitri tahun depan lebih baik lagi dalam amalan, jika kita masih diberi kesempatan.
Jalanan macet kendaraan, kuburan penuh para pendoa, kampung didatangi anak-anak tak dikenal, dan sisa-sisa kertas hasil ledakan mercon.
Inilah RIYOYO BARENG yang turun menurun.
Momalaba (mohon maaf lahir batin).
Surabaya, 1 Syawal 1445 Hijriah.
by
*RUDY SP*
Tidak ada komentar:
Posting Komentar