Kamis, 14 Desember 2023

LANSIA BERDIRI di RESTO

 *LANSIA BERDIRI di RESTO*






Naik kereta api ... tut ... tut ... Tut

Siapa hendak turut.

Semua serba online.

Tinggal bus dan angkot yang masih bertahan untuk menggunakan uang tunai.

Ketika berangkat 'mendadak' jarak dekat dan menengah masih ramah tanpa online.

Berbeda dengan Pesawat, Kapal Laut, dan KAI jarak jauh.

Bila bepergian langsung 'nyut' untuk KA maka masih dimungkinkan dengan mendapatkan karcis di stasiun awal dengan mendatangi pemilik tiket.

"Maaf...yang ada, tiket berdiri tanpa tempat duduk !"

Dengan terpaksa penumpang mengiyakan.

Beberapa saat kemudian bisa langsung naik KAI Line Komuter Lokal, Dhoho, Penataran untuk wilayah Jatim.

Karena karcis tanpa tempat duduk, maka segeralah menuju Resto di Gerbong KA dan berdirilah.

Saat itu Anda, akan menjumpai penumpang duduk tanpa ada Mie Cup dan minuman Cup yang biasanya tersedia di sampingnya.

Usut punya usut, ini semua adalah penumpang bawa tiket tanpa Nomor tempat duduk, mulai dari usia remaja, Ibu-ibu bawa anak kecil dan sedikit Lansia.

Saat berdiri di resto tanpa beli makan, dihampiri oleh crew/satpam KA yang sedang duduk di resto (ingat : sebagian kursi resto untuk tempat Crew KA  saat rehat sebentar).

"Pak ... Silakan duduk di sini !".

"Saya tidak beli makanan dan masih kenyang", jawabku.

"Silakan duduk di sini", ajak Crew.

Tanpa pikir panjang saya dan istri duduk di tempat Resto.

Beberapa saat kemudian, crew mengajak ibu dan dua anak dari gerbong lain untuk duduk di resto.

Tiga puluh menit kemudian, mempersilakan anak muda yang ada di resto untuk berdiri dan digantikan Lansia yang berdiri di gerbong lain.

Sejenak aku berpikir akan berdiri dari Stasiun  Kertosono ke Surabaya Gubeng Lama pukul 16.40 s.d 18.53.

Kegiatan mendadak ini kami lakukan karena sedang melayat saudara ipar istri.

Tetap masih ada yang peduli di manapun kita berada.

Selama diri kita selalu baik pada siapapun tanpa memandang SARA.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Kisah Gunung Semeru

 Dewa Brahma berubah menjadi kura-kura, punggungnya yang keras digunakan untuk mengangkut puncak Gunung Meru. Sementara Dewa Wisnu berubah m...