Jumat, 16 Juni 2023

Jamilah Akui Berat Melepas Rumah Lahir Soekarno yang Kini Resmi Milik Negara

Sumber bahan : Konten Media Partner

18 Agustus 2020 6:32

Tiga puluh tahun menempati rumah kelahiran presiden pertama RI, Soekarno, kini Siti Jamilah bersama keluarganya harus rela melepas rumah tersebut. Rumah yang terletak di Jalan Peneleh Gang Pandean IV nomor 40, Kelurahan Peneleh, Kecamatan Genteng, Kota Surabaya, itu resmi diserahkan ke Pemkot Surabaya, Senin (17/8).

"Sebenarnya saya berat melepas rumah ini karena ada banyak kenangan disini. Ibu saya meninggal disini, saya juga menikah disini," ujar Siti Jamilah saat ditemui Basra, usai prosesi penyerahan rumah lahir Soekarno kepada Pemkot Surabaya.

Jamilah lantas berkisah jika dirinya dan keluarga mulai menempati rumah dengan dua kamar tidur itu sejak tahun 1990. Namun kala itu dirinya tak mengetahui jika rumah tersebut sangat bersejarah. Jamilah merupakan orang kesekian yang menempati rumah tersebut.

"Saya tangan keempat yang membeli rumah ini. Awalnya tidak tahu kalau ini rumah lahirnya Pak Karno," tukas perempuan paruh baya ini.

Awalnya tak banyak yang kenal dan tahu mengenai sejarah rumah tersebut. Sejarah bermula akhir tahun 1900, saat ayah Soekarno, Raden Soekemi Sosrodiharjo yang berprofesi sebagai guru di sekolah dasar pribumi di Singaraja, Bali, dipindahtugaskan mengajar ke Sekolah Rakyat Sulung di Surabaya. Soekemi memboyong istrinya, Ida Ayu Nyoman Rai yang tengah mengandung Soekarno. Ia lahir di rumah yang sekarang didiami keluarga Siti Jamilah.

Pasca ditetapkan sebagai ‘Bangunan Cagar Budaya’ pada 2013 silam sebagai “Rumah Kelahiran Bung Karno” oleh Pemkot Surabaya, banyak warga yang berkunjung ke rumah tersebut.

"Banyak yang datang, ada yang sendirian, ada yang bersama komunitasnya. Sejak tahu rumah ini bersejarah, saya merasa bangga bisa tinggal di rumah ini," tukas Jamilah.

Mencari rumah tersebut tidak terlalu sulit, tinggal cari Jalan Peneleh. Setelah itu, tinggal mencari gang Pandean IV nomor 40 yang ada di sisi kiri jalan dan menyusuri gang dengan lebar sekitar 3,5 meter.

Di atas daun pintu rumah tersebut terpasang pelat kuning yang menjelaskan sebagai bangunan cagar budaya dengan SK Walikota Surabaya nomor 188.45/321/436.1.2/2013.

Setelah resmi diserahkan ke Pemkot Surabaya, nantinya Jamilah dan keluarganya harus rela meninggalkan rumah tersebut. Pasalnya rumah tersebut akan difungsikan sebagai museum.

"Katanya mau dijadikan seperti rumah Pak Hos (Museum HOS Tjokroaminoto), jadi ya harus pindah dari sini, tapi masih belum tahu kapan pindahnya, sekarang masih cari-cari rumah baru," imbuh Jamilah.

Meski enggan mengungkapkan nominalnya, namun Jamilah mengakui jika mendapatkan kompensasi dari Pemkot Surabaya karena telah dengan sukarela melepas rumah tersebut.

Sementara itu, Wali Kota Surabaya Tri Rismaharini menyampaikan terima kasih kepada para ahli waris rumah kelahiran Bung Karno yang telah sudi dan berkenan merelakan rumahnya diserahkan kepada Pemkot Surabaya.

Menurutnya, rumah tersebut adalah rumah kebanggaan bersama dan merupakan simbol kebanggaan bersama.

"Terima kasih para ahli waris yang sudah sudi dan berkenan merelakan rumah kebanggaan kami, ini simbol kebanggaan kami. Nanti rumah ini akan kami jadikan museum, apalagi di kawasan ini banyak sejarahnya dan sudah kami beri titik-titik, seperti langgar, makam dan beberapa benda lainnya,” kata Risma seusai menerima rumah kelahiran Bung Karno itu.

Ia mengatakan, niat baik para ahli waris ini tentu akan sangat bermanfaat bagi bangsa dan negara Indonesia.

Sebab, nanti anak-anak Surabaya dan anak luar Surabaya bisa belajar sejarah di rumah ini, termasuk bagaimana perjuangan Bung Karno dengan segala keterbatasannya tapi mampu membuat Indonesia sejajar dengan negara-negara lain di dunia.

Menurutnya, rumah ini punya arti yang sangat besar dan kuat bagi anak-anak. Makanya, dia berkali-kali memohon kepada para ahli waris rumah itu untuk ikhlas supaya rumah tersebut bisa dijadikan tempat belajar bagi anak-anak, baik anak Surabaya maupun luar Surabaya.

"Saya yakin anak-anak dari luar daerah juga akan belajar ke sini, terutama belajar bagaimana besarnya Bung Karno di tengah keterbatasannya kala itu," tutur Risma.

Karena akan dijadikan museum, makanya sejak beberapa waktu lalu Pemkot Surabaya sudah memperbaiki beberapa infrastruktur di kawasan tersebut, termasuk pedestriannya.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Lagu nasional

  Lagu nasional Tanah Airku Tanah air ku tidak kulupakan Kan terkenang selama hidupku Biarpun saya pergi jauh Tidak kan hilang dari kalbu Ta...