Sejak tgl. 28 Oktober 1928 dengan iringan Biola, WR Supratman menuai kritik tajam dari pemerintah Kolonial Belanda yang waktu itu mengawasi gerakan pemuda saat Kongres Pemuda II. Lirik lagu Indonesia Raya tidak dinyanyikan oleh peserta karena pertimbangan isi syair yang antara lain mencantumkan kata, "Indones, Indones, Merdeka, Merdeka....".
Para pemimpin Kongres Pemuda II dengan strategi nya tidak melantunkan syair tersebut.
Gerakan selanjutnya WR Supratman juga aktif di majalah Sin Po sebagai wartawan untuk menulis tentang mimpi Indonesia merdeka.
Perang Asia Pasifik atau perang Asia Timur Raya mulai didengungkan Jepang sejak tahun 1937, meski serangan besar dilaksanakan 7 Desember 1941 saat Jepang menyerang Pangkalan Angkatan laut AS yaitu Pearl Harbour.
Jepang terkenal dengan sebutan Negara Matahari Terbit.
Secara kebetulan Indonesia sendiri berada di Wilayah Tropis yang tidak pernah habis tentang Matahari.
WR Supratman sebagai Komponis sangat mencintai Tanah Air Indonesia yang kaya akan Sinar matahari sepanjang masa.
Tahun 1931 menciptakan lagu 'Di Timur Matahari' dengan maksud membangkitkan semangat bagi Pemuda pemudi Indonesia
Lirik berbunyi
"Di timur matahari mulai bercahaya bercahaya
Bangun dan berdiri kawan semua semua
Marilah mengatur barisan kita
Pemuda pemudi Indonesia"
Tahun 1938 WR Supratman kembali lagi memompa semangat para pemuda untuk mencintai bangsa dan tanah air Indonesia dengan judul
Matahari Terbit dengan syair sbb. :
Lirik Lagu diaransemen Maharya - Matahari Terbit
Matahari sudah terbit
Putera ibu lekas bangun
Lihat cahaya yang mulia
Lekas bangun lekas bangun
Hai puteraku yang berbudi
Putera ibu yang sejati
Mari lihat cahaya yang mulia
Indonesia Tanah Airku
Indonesia Tanah Airku
Indonesia Tanah Airku
Indonesia Tanah Airku
......
Menyimak syair lagu tentang Matahari Terbit tidak ada lirik yang mendukung perjuangan Jepang, sehingga setelah 10 hari di tahan dan diinterogasi di Penjara Kalisosok Surabaya, dipulangkan ke Jalan Mangga No. 21 Tambaksari dan meninggal serta dimakamkan di Kuburan Umum Rangkah (17 Agustus 1938).
Beberapa tahun setelah Indonesia merdeka jasadnya dipindahkan di Jalan Tambak Segaran, Kenjeran Surabaya seperti sekarang ini dengan Nisan makam berbentuk Biola.
Prasangka tanpa Bukti, membuat sosok pemuda Pejuang harus meninggal lebih cepat.
Pena yang tergores dalam tulisan atau lirik lagu lebih tajam dan lebih menakutkan bagi Penjajah Belanda.
Selamat Hari Sumpah Pemuda ke-94
Surabaya, Oktober 2022
Oleh : Rudy SP
Tidak ada komentar:
Posting Komentar