Sudirman yang satu adalah Guru, Muhammadiyah, dan Jendral. Meski tidak pernah ke Surabaya, di depan Gedung Pemerintahan dan Kantor DPRD II telah didirikan Patung Perjuangan dengan banyak tulisan pada 10 November 1970. Kearah Selatan, patung ini di sambut Monumen Bambu Runcing. Beliau terkenal dengan strategi Perang Gerilya yang memusingkan Belanda, sejak Agresi Militer Belanda II (18 Desember 1948) hingga Serangan 1 Maret 1949. Tokoh pejuang ini tidak pernah ditangkap Belanda, walau paru-paru tinggal sebelah.
Sudirman berikutnya ditambahkan kata Residen Sudirman. Tokoh ini terkenal sejak Aksi Perobekan Bendera di Hotel Yamato/Majapahat, 19 September 1945. Saat berhadapan dengan Tentara AFNEI Belanda yaitu Ploegman dan akan melepaskan senjata dan ditendang Sidik dan Hariyono hingga Meletus. Sidik dan Ploegman bertempur hingga keduanya tewas. Selanjutnya Sudirman segera diselamatkan oleh Hariyono. Di luar, Kunto Wibowo berhasil naik ke tiang bendera Merah Putih Biru di halaman bagian Utara. Kepada Pemuda yang dibawah agar dikirim bendera merah putih. Karena tidak ditemukan maka di sobeklah Biru dan dinaikkan kembali merah putih bersama Hariyono.
Residen Sudirman pernah naik berdua dengan Jendral Aubertin Walter Sothern Mallaby keliling Surabaya untuk menenangkan warga agar gencatan senjata.
Demikian 2 Sudirman di kota Surabaya (Jendral Sudirman dan Residen Sudirman)
Tidak ada komentar:
Posting Komentar