Kamis, 24 Juli 2025

Sejarah 2025

 [25/7 13.38] rudysugengp@gmail.com: Bagaimana kisah keren tentang SEJARAH INDONESIA DALAM 10 JILID YANG DITULIS OLEH Tim yang dipimpin Kementerian Kebudayaan tahun 2025






Berikut adalah kisah keren ringkas tentang Proyek Penulisan Ulang Sejarah Nasional Indonesia dalam 10 jilid yang digagas oleh Kementerian Kebudayaan dan Tim yang dipimpin oleh Susanto Zuhdi pada tahun 2025:

🏛️ 1. Latar Belakang & Timeline

Tim ini dipimpin oleh Prof. Dr. Susanto Zuhdi (UI) bersama dua editor umum lainnya, melibatkan 113 sejarawan dari 43 perguruan tinggi di seluruh Indonesia  .

Target proyek: rampung pada 17 Agustus 2025 sebagai kado HUT RI ke-80  .

Dana yang dialokasikan sekitar Rp 9 miliar  .

Diperkirakan progres penulisan sudah mencapai 70–80 % pada pertengahan 2025  .

📚 2. Ringkasan Jilid & Tema Besar

Menurut narasi resmi, 10 jilid mencakup seluruh periode sejarah bangsa:

Dari prasejarah (sejak Homo erectus)

interaksi awal Nusantara dengan dunia luar (India, Tiongkok, Timur Tengah, Eropa),

kolonialisme Belanda dan kekaisaran VOC,

perjuangan kemerdekaan,

masa Orde Baru (1967–1998),

hingga era Reformasi dan pelantikan Presiden Prabowo Subianto (hingga Oktober 2024)  .

Salah satu jilid tentang Perjuangan Kemerdekaan dikabarkan sudah selesai sepenuhnya  .

🔍 3. Konteks & Tujuan Penulisan

Ditendesiasikan sebagai "Indonesia-sentris", bertujuan menghapus bias kolonial dan memperkuat identitas nasional  .

Fokus pada cerita perjuangan dan kontribusi kelompok minoritas, daerah terpencil, atau tokoh yang belum banyak terdokumentasi sebelumnya  .

⚠️ 4. Kontroversi & Pro dan Kontra

Banyak pihak menyoroti potensi whitewash terhadap peristiwa HAM berat, seperti pembantaian 1965–66, penyanderaan aktivis 1998, dan kebijakan Orde Baru. Kekhawatiran bahwa narasi cenderung menonjolkan sisi baik pemimpin tertentu, termasuk Prabowo dan Suharto  .

Jajak pandang dari kalangan akademis dan aktivis menuntut keterlibatan terbuka dan publikasi draf secara transparan sebelum konfirmasi akhir  .

Pemerintah menjelaskan bahwa proyek tetap dipegang oleh sejarawan profesional dan bukan aktivis atau politisi, dengan sistem uji publik yang akan digelar setelah fase 70 % selesai  .

✨ 5. Kisah Keren Sudut Pandang Fiksi Naratif ✨

Bayangkan perjalanan tim ini seperti epik sejarah:

Para sejarawan dari Aceh hingga Papua berkumpul dalam satu misi nasional, menggali artefak arkeologi dan arsip digital yang terlupakan.

Mereka menyusuri gua Leang-Leang yang kini diyakini berusia 40–52 ribu tahun, menyibak narasi baru kala prasejarah berbicara lebih lama dari yang kita tahu sebelumnya  .

Tiap jilid menampilkan visualisasi perang laut, peta interaksi majapahit, perjuangan lokal di Kalimantan, Aceh, Maluku—hingga langkah sosok perlawanan kecil yang selama ini nyaris tak terdengar.

Jilid modern menggambarkan reformasi politik dan pergantian presiden—dari Soeharto hingga era Prabowo-Gibran—dengan narasi yang dirancang menyeimbangkan tutur dan fakta tanpa mengedepankan kontroversi, sekadar memuat garis besar peristiwa nasional  .

📊 6. Tabel Inti Proyek

Aspek Detail

Tim Penulis 113 sejarawan profesional dari 43 universitas

Editor Umum Prof. Susanto Zuhdi dkk.

Volume 10 jilid (500 halaman/jilid)

Rentang Waktu Prasejarah hingga pelantikan Prabowo Subianto (Oktober 2024)

Fokus Narasi Indonesia-sentris, positif, inklusif menurut perspektif pemerintah

Kontroversi Utama Potensi penyederhanaan sejarah gelap, keterbukaan publik, whitewash

🔄 7. Penutup Reflektif

Proyek ini bukan sekadar menulis ulang sejarah—ini adalah upaya besar membentuk kembali narasi kolektif bangsa. Di satu sisi adalah semangat nasionalisme dan fondasi kebanggaan; di sisi lain, panggilan untuk keterbukaan, historiografi kritis, dan pengakuan terhadap peristiwa gelap bangsa. Seiring jilid demi jilid disatukan, publik mengharapkan narasi yang berimbang: menyajikan kisah heroik sekaligus refleksi atas kekelaman sejarah.

Daftar Sumber Utama

Antara & Kompas (pernyataan resmi Kemenbud, jumlah sejarawan, alokasi dana, progres penulisan)  

Reuters & The Australian (kritik dan kekhawatiran soal rewriting, figur politik)  

Kalau kamu ingin, saya bisa membuat narasi fiksi dalam bentuk kisah dramatis dari masing-masing jilid—atau membahas lebih detail satu jilid tertentu! Interessed?

[25/7 13.40] rudysugengp@gmail.com: Narasi fiksi dalam kisah dramatis masing-masing jilid

Berikut ini adalah narasi fiksi dramatis dari masing-masing 10 jilid Sejarah Nasional Indonesia versi 2025, ditulis seolah kita menyaksikan langsung denyut zaman yang dikisahkan, dari prasejarah hingga era modern:

📖 JILID 1: SEBELUM INDONESIA ADA

Judul Naratif: "Nyala Api di Leang-Leang"

> Malam itu, Langit Merah menatap gugusan bintang yang terpantul di permukaan sungai purba. Ia belum tahu bahwa coretan tangannya di dinding gua akan jadi jejak peradaban manusia tertua di Asia Tenggara. Seekor babi rusa berlari, dan tombaknya meluncur, menciptakan kisah pertama tentang berburu, bertahan, dan bercinta dalam gelap sejarah.

Saat api menyala di gua, kisah Indonesia pun dimulai.

📖 JILID 2: NUSANTARA BERTEMU DUNIA

Judul Naratif: "Kapal dari Barat, Angin dari Timur"

> Di pelabuhan Lamuri, gadis bernama Damayanti menatap kapal besar dari India merapat. Di atas geladak, seorang brahmana membawa kitab tua. Damayanti belajar menulis aksara Pallawa, sementara pedagang dari Gujarat membuka rempah-rempah di karungnya.

Dari percampuran cinta dan dagang, lahirlah Sriwijaya, Tarumanegara, dan Majapahit. Nusantara bukan lagi pulau-pulau, melainkan simpul dunia.

📖 JILID 3: PERGOLAKAN ISLAM, KOLONI, DAN KERAJAAN

Judul Naratif: "Doa di Atas Meriam"

> Sultan Hasanuddin berdiri di benteng, azan berkumandang dari menara kayu. Di lautan, kapal VOC semakin mendekat. Tapi malam itu, anaknya, Karaeng La Maddaremmeng, mengendap keluar. Ia menulis syair dalam bahasa Bugis: “Kalau kita kalah hari ini, mari simpan dendam dalam doa.”

Di seberang pulau, para bangsawan Jawa menari di istana sambil menandatangani kontrak tanah. Kolonialisme sedang menanam benih panjang.

📖 JILID 4: PERLAWANAN DAN PENDIDIKAN

Judul Naratif: "Ruang Kelas di Tengah Api"

> Di sebuah rumah kos di Gang Peneleh, Surabaya, seorang pemuda kurus bernama Tjokroaminoto membuka papan tulis. Soekarno muda duduk di depannya, mencatat. “Kau ingin merdeka? Maka kuasai bahasa Belanda, kuasai rakyat, dan jangan pernah takut menulis!”

Di luar, kereta api menuju Aceh berhenti. Cut Nyak Dien baru ditangkap. Tapi perjuangan sedang lahir di dalam kepala anak-anak muda.

📖 JILID 5: PROKLAMASI DAN REPUBLIK BERSENJATA

Judul Naratif: "17 Agustus di Jantung Malam"

> “Saudara-saudara sebangsa dan setanah air...”

Kalimat itu lirih keluar dari suara tua Bung Karno. Fatmawati menjahit bendera sambil menahan tangis. Di luar rumah, pemuda-pemuda bersenjata bambu runcing menunggu kabar.

Saat radio Jepang menyiarkan berita itu, mata-mata Belanda tertunduk. Indonesia lahir bukan dari kemenangan perang, tapi dari darah, sumpah, dan sepotong kain merah putih.

📖 JILID 6: REVOLUSI DIPERJUANGKAN

Judul Naratif: "Hotel Yamato: Tarik Bendera, Tarik Sejarah"

> Malam 18 September 1945. Sutomo memanjat tiang bendera di Hotel Oranje, berteriak memanggil rakyat. Di bawah, api membakar truk NICA. Seorang anak kecil menyimpan potongan kain biru yang disobek. “Untuk dijahit ulang nanti,” katanya pada ibunya.

Revolusi tak hanya di medan tempur, tapi di sekolah, ladang, dan pasar. Semua orang menjadi tentara republik.

📖 JILID 7: DEMOKRASI TERPIMPIN DAN GELOMBANG GELOMBANG

Judul Naratif: "Pidato dan Kudeta"

> Di Gedung Merdeka, Sukarno membacakan Manifesto Politik. Sementara di balik layar, Letkol Untung menyusun daftar target malam 30 September.

Seorang mahasiswa UI sedang mengetik naskah untuk koran, tak tahu bahwa subuh esok, dunia akan berubah.

Ketika mayat-mayat jenderal ditemukan di Lubang Buaya, bangsa pun masuk lorong gelap yang disebut Orde Baru.

📖 JILID 8: ORDE BARU DAN INDUSTRI

Judul Naratif: "Beras, Beton, dan Buku Tipis"

> Televisi menyiarkan keberhasilan panen di Lampung. “Kita swasembada beras!” seru Soeharto. Tapi di gang belakang Jakarta, seorang guru honorer dibungkam karena membahas 1965.

Di pabrik, pekerja perempuan mengemas baju untuk ekspor. Anak-anak sekolah diinstruksikan menyanyikan Mars P4. Sejarah dipadatkan, disederhanakan, dan dikunci.

📖 JILID 9: REFORMASI DAN AMUK RAKYAT

Judul Naratif: "Air Mata di Trisakti"

> Seorang ibu mencari anaknya di RS Sumber Waras. “Namanya Elang,” katanya. Di layar kaca, gedung DPR dipenuhi ribuan mahasiswa.

Di ruangan kecil, B.J. Habibie menandatangani surat pengunduran Soeharto. Di tempat lain, Laskar Pembela Islam mulai muncul.

Reformasi datang seperti badai: membebaskan, menghancurkan, dan belum selesai hingga hari ini.

📖 JILID 10: DARI DEMOKRASI DIGITAL HINGGA PRABOWO-GIBRAN

Judul Naratif: "Kampanye di Layar, Janji di Awan"

> Seorang influencer muda membuka TikTok: “Gibran anak muda, melek digital.” Sementara para jurnalis independen menelusuri jejak kasus masa lalu.

Saat Prabowo dilantik, kamera-kamera drone memotret parade militer. Seorang veteran berbisik: “Aku dulu lawannya, sekarang dia presidennya.”

Indonesia 2025 bukan akhir, melainkan pintu bab berikutnya. Sejarah terus ditulis, bukan hanya oleh tinta, tapi juga algoritma.

Jika berkenan, saya bisa bantu:

Membuat ilustrasi grafis dari tiap jilid seperti komik sejarah,

Mengubah narasi ini jadi naskah sandiwara radio atau drama panggung,

Atau menyusun buku mini berilustrasi dengan kutipan-kutipan sejarah tiap jilid.

Ingin lanjut ke yang mana dulu?


[25/7 13.42] rudysugengp@gmail.com: Buku Mini Berilustrasi "Jejak Sejarah Nusantara dalam 10 Jilid"

JILID 1: Sebelum Indonesia Ada

"Nyala Api di Leang-Leang" Di dinding gua purba Sulawesi, manusia menggambar tangan dan hewan. Api menyala, bukan sekadar penerang, tapi saksi awal peradaban. Jejak Homo erectus, kapak genggam, dan budaya awal tersebar di seluruh kepulauan. Indonesia belum ada, tapi benihnya telah hidup.

Ilustrasi: Gua bercahaya dengan lukisan tangan merah, sosok manusia purba duduk di depan api.

JILID 2: Nusantara Bertemu Dunia

"Kapal dari Barat, Angin dari Timur" Gelombang perdagangan membawa ajaran Hindu, Buddha, dan Islam. Kapal-kapal Gujarat, Tiongkok, hingga Arab berlabuh di pelabuhan Sriwijaya dan Majapahit. Peradaban lokal menyambut dunia dan membentuk kerajaan maritim.

Ilustrasi: Kapal layar asing disambut dayung perahu lokal di pelabuhan kuno.

JILID 3: Kerajaan, Kolonialisme, dan Islam

"Doa di Atas Meriam" Sultan melawan VOC, rakyat berkisah dalam syair dan doa. Portugis, Belanda, dan Inggris bersaing menguasai rempah dan pelabuhan. Di tengah penjajahan, Islam tumbuh sebagai penguat identitas.

Ilustrasi: Benteng, meriam, masjid beratap tumpang, dan bendera VOC.

JILID 4: Pendidikan dan Perlawanan

"Ruang Kelas di Tengah Api" Tjokroaminoto, Kartini, Ki Hajar Dewantara melawan dengan pena. Pemuda-pemudi belajar di bawah lampu minyak, menulis dalam bahasa penjajah untuk membebaskan diri dari penjajahan.

Ilustrasi: Kelas kecil dengan papan tulis, pemuda mencatat, guru tua menjelaskan.

JILID 5: Proklamasi dan Republik

"17 Agustus di Jantung Malam" Di rumah kecil Jalan Pegangsaan, naskah proklamasi diketik terburu-buru. Soekarno dan Hatta membacakan kemerdekaan. Rakyat menyambut dengan air mata, doa, dan semangat untuk mempertahankan.

Ilustrasi: Bung Karno membacakan proklamasi, Fatmawati memegang bendera.

JILID 6: Revolusi dan Perang Rakyat

"Hotel Yamato dan Darah Rakyat" Bendera Belanda disobek, pertempuran pecah di Surabaya, Bandung, dan Yogyakarta. Pejuang muda, tentara pelajar, hingga ibu-ibu menanak nasi untuk laskar kemerdekaan.

Ilustrasi: Pemuda memanjat tiang hotel, bendera robek, asap perang.

JILID 7: Demokrasi Terpimpin dan Kudeta

"Pidato Terakhir Sebelum Subuh" Gema pidato Sukarno digantikan letusan senjata di malam G30S. Sejarah berganti arah. Rakyat bingung, mahasiswa turun, dan kekuasaan berubah lewat krisis dan darah.

Ilustrasi: Gedung DPR lama, tank di jalan, siaran radio.

JILID 8: Orde Baru dan Pembangunan

"Buku Tipis dan Beton Tebal" Pembangunan pesat, tapi sejarah dipadatkan. Buku sejarah hanya selembar halaman untuk tragedi kelam. Anak-anak bernyanyi Mars P4, sementara kritik dibungkam.

Ilustrasi: Gedung tinggi, anak sekolah baris upacara, halaman sejarah kosong.

JILID 9: Reformasi

"Air Mata di Trisakti" Tembakan merobek mimpi mahasiswa. Rakyat menuntut perubahan. Soeharto mundur, era baru terbuka. Media bebas, rakyat bicara. Tapi demokrasi juga menghadapi ujian.

Ilustrasi: Mahasiswa memegang poster, lilin malam, ibu mencari anak.

JILID 10: Indonesia Digital dan Politik Baru

"Kampanye di Layar, Janji di Awan" Pemilu lewat media sosial. Sejarah tak lagi di buku, tapi di feed harian. Prabowo-Gibran menang, rakyat menunggu arah. Masa depan bukan hanya milik elite, tapi suara digital.

Ilustrasi: Anak muda melihat layar ponsel, bendera berkibar, siluet presiden baru.

Penutup: Sejarah bukan hanya tentang masa lalu. Ia adalah kaca untuk melihat ke depan. Dari goa purba hingga TikTok, Indonesia selalu menulis dirinya sendiri. Mari belajar, mencatat, dan menjaga narasi kita.

Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan, 2025 Buku Mini untuk Generasi Merdeka Berpikir

Buku mini berilustrasi berjudul "Jejak Sejarah Nusantara dalam 10 Jilid" sudah siap. Setiap jilid diringkas dalam bentuk narasi dramatis dan dilengkapi dengan deskripsi ilustrasi visual. Jika Anda ingin:

Ilustrasi gambar untuk tiap jilid

Versi cetak siap PDF

Terjemahan ke dalam Bahasa Jawa

Disesuaikan untuk anak-anak atau pelajar SMP/SMA

Silakan beri arahan, dan saya bantu lanjutkan!

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Ilustrasi 10 jilid

 [26/7 21.28] rudysugengp@gmail.com: Terdiri dari 10 Jilid dengan 5.500 Halaman Diketahui, buku Sejarah Indonesia terbaru akan terdiri dari ...