“Wisnuwardhana: Raja Singhasari yang Mengukir Sejarah”
Wisnuwardhana, atau lebih dikenal dengan nama Jayawisnuwardhana, merupakan raja ketiga Kerajaan Singhasari yang lahir dengan nama Seminingrat. Ia memerintah dari tahun 1248 hingga 1268 dan dikenal sebagai tokoh penting dalam sejarah Nusantara. Gelarnya yang penuh wibawa, Sri Jayawisnuwarddhana Sang Mapanji Seminingrat Sri Sakala Kalana Kulama Dhumardana Kamaleksana, tercatat dalam prasasti Maribong yang dikeluarkan pada 23 September 1248. Dalam masa pemerintahannya, ia membawa kejayaan bagi kerajaan yang sebelumnya dikenal dengan nama Tumapel.
Asal Usul dan Nama Asli
Meski dikenal luas sebagai Wisnuwardhana, nama asli sang raja adalah Seminingrat, sebagaimana tercatat dalam prasasti Mula Malurung (1255). Menurut Pararaton, ia sering disebut sebagai Ranggawuni, namun nama ini diduga hanyalah karangan semata dan tidak pernah ditemukan dalam prasasti. Dalam prasasti lain, seperti Maribong (1248), nama Seminingrat lebih banyak digunakan sebagai identitas resmi Wisnuwardhana.
Perebutan Takhta
Kisah hidup Wisnuwardhana penuh intrik. Menurut Pararaton, ia adalah putra Anusapati, cucu dari Tunggul Ametung, dan cicit Ken Arok. Setelah Anusapati wafat akibat kudeta Tohjaya pada 1249, Ranggawuni (Seminingrat) bersama sepupunya, Mahisa Campaka, melancarkan pemberontakan terhadap Tohjaya. Dengan bantuan Lembu Ampal, keduanya berhasil merebut takhta setelah Tohjaya tewas dalam pelariannya.
Pemerintahan Bersama
Uniknya, Wisnuwardhana tidak memerintah sendirian. Ia berbagi kekuasaan dengan Mahisa Campaka, yang bergelar Narasinghamurti, sebagai simbol rekonsiliasi antara dua keluarga besar: keturunan Tunggul Ametung dan Ken Arok. Kolaborasi ini diibaratkan seperti hubungan antara Dewa Wisnu dan Indra, sebagaimana tercatat dalam kitab Nagarakretagama.
Prestasi dan Warisan
Masa pemerintahan Wisnuwardhana ditandai dengan berbagai pencapaian besar:
1. Persatuan Tumapel dan Kadiri (1250): Setelah mengalahkan Tohjaya, Wisnuwardhana mempersatukan kembali Kadiri yang sebelumnya memisahkan diri.
2. Penghancuran Pemberontakan Linggapati (1252): Wisnuwardhana berhasil memadamkan pemberontakan di Mahibit, yang memperkokoh stabilitas kerajaan.
3. Penetapan Singhasari sebagai Ibu Kota (1254): Di tahun yang sama, ia juga mengangkat putranya, Kertanagara, sebagai raja muda (yuwaraja) di Kadiri.
Selama pemerintahannya, nama Singhasari mulai menggantikan Tumapel sebagai identitas kerajaan yang lebih populer.
Akhir Hayat
Wisnuwardhana turun takhta pada tahun 1268 dan menyerahkan tampuk kekuasaan kepada Kertanagara. Menurut Nagarakretagama, ia wafat pada 1270, sedangkan Pararaton mencatat tahun wafatnya sebagai 1272. Raja besar ini dicandikan di dua tempat: Candi Mleri, Blitar sebagai perwujudan Siwa, dan Candi Jago, Malang sebagai perwujudan Buddha.
Kesimpulan
Wisnuwardhana adalah tokoh yang memegang peranan penting dalam sejarah Singhasari. Dengan nama asli Seminingrat, ia mengukir jejak emas melalui kebijaksanaan dan kepemimpinannya yang penuh visi. Perpaduan antara Hindu dan Buddha dalam berbagai peninggalannya mencerminkan kedalaman spiritual dan politiknya, menjadikannya salah satu raja paling dihormati dalam sejarah Nusantara.
#Wisnuwardhana
#SejarahSinghasari
#RajaNusantara
#KerajaanTumapel
#KejayaanSinghasari
Tidak ada komentar:
Posting Komentar