Rabu, 08 Januari 2025

Pesanggraham Rejowinangun

 Jejak masa lampau,Pesanggrahan Rejowinangun, Jejak Sejarah Kehidupan Yogyakarta Masa Lampau


Pesanggraham Rejowinangun

Mengenal Jogja, rasanya belum lengkap kalau belum melihat detail seluk beluk kota pelajar ini. Sejarah mencatat bahwa dulu Yogyakarta merupakan pusat dari kerajaan Mataram. Tidak heran kalau di berbagai sudut Yogyakarta terdapat aneka peninggalan sejarah, mulai dari candi, beteng pertahanan, hingga pesanggrahan-pesanggrahan kuno.


Nah, kali ini kami mencoba mengeksplorasi tempat-tempat  bersejarah yang belum banyak dikenal oleh masyarakat secara luas, salah satunya adalah Pesanggrahan Rejowinangun atau dikenal juga dengan Situs Warungboto. Pesanggrahan ini secara administratif terletak di perbatasan antara kelurahan Rejowinangun (atau bisa juga ditulis Rejawinangun), kecamatan Kotagede dan Kelurahan Warungboto, kecamatan Umbulharjo, Kota Yogyakarta. Secara astronomi tempat ini berada pada koordinat 7o 48’ 2” LS dan 110o 23’ 4” BT. Letaknya yang berbatasan langsung dengan Jalan Veteran Yogyakarta ini, membuat bangunan bersejarah ini mudah untuk dikunjungi.


Saat ini sisa-sisa bangunan Pesanggrahan Rejowinangun hanya tinggal sebagian dan lebih dikenal dengan nama Umbul “Warung Bata”. Berdasarkan hasil identifikasi, pesanggrahan ini terbuat dari batu bata tanpa struktur kayu. Seperti halnya Pesanggrahan Tamansari, Pesanggrahan Rejowinangun  dikelilingi pagar tembok tebal yang di dalamnya terdapat bangunan pesanggrahan.

Pada saat pesanggrahan ini masih difungsikan untuk Sultan, tempat ini dibangun pada sisi barat dan timur Sungai Gajah Wong dengan memanfaatkan undak-undakan (tangga) sungainya. Antara kompleks bangunan sisi timur dengan sisi barat sungai, terdapat sumbu imajiner.

Pesanggrahan Rejowinangun di Sisi Barat

Kompleks bangunan pesanggrahan di sisi barat Sungai Gajah Wong saat ini masih meninggalkan bukti fisik. Inilah yang kini sedang dipugar dan saat ini dikenal dengan Pesanggrahan Rejowinangun.  Berdasarkan keterangan pada papan informasi, Pesanggrahan Rejawinangun di sisi barat Sungai Gajah Wong terdiri atas bangunan inti yang dikelilingi pagar serta terdapat ruang utama yang merupakan pusat kesakralan. Bangunan tersebut diduga sebagai pusat pengimaman. Selain itu, terdapat dua buah kolam yang berbebentuk bulat dan segi empat. Keduanya berdinding bata dengan perekat dan lepa.

Kolam yang berbentuk bulat terdapat sumber air di bagian tengahnya. Kolam kedua berada di sebelah timurnya dengan sumber mata air dari kolam berbentuk bulat. Keduanya dikelilingi bangunan bertingkat dengan sejumlah ruangan berjendela besar-besar. Selain itu, juga terdapat bangunan sayap utara dan selatan yang dirancang secara simetris. Pada keduanya terdapat kamar-kamar dan bangunan pendapa.

Pesanggrahan Rejowinangun Sisi Timur

Berdasarkan keterangan dari papan informasi yang ada di lokasi, kompleks Pesanggrahan Rejowinangun yang ada di sisi timur Sungai Gajah Wong permukaan tanahnya lebih rendah dibandingkan dengan pesanggrahan di sisi barat. Terdapat kolam berbentuk “U” yang juga dikelilingi dinding bata dengan ukuran panjang 6 m, tinggi 3 m, dan tebal 60 cm. Pada salah satu sudut kolam terdapat sisa pot bunga yang cukup besar, terbuat dari bata. Bagian utara dan selatan bangunan ini, masing-masing terdapat patung manuk (burung) Beri. Hingga saat ini belum diketahui pasti pemanfaatan kompleks bangunan sisi timur ini. Namun, hingga tahun 1936 masih terlihat jelas jika kompleks bangunan sisi timur ini terbagi menjadi tiga kompleks yang membujur utara-selatan dengan pagar keliling serta dihubungkan oleh jalan berpagar dengan lebar kurang lebih 30 meter.

Ternyata, penelitian tentang pesanggrahan ini sudah lama dilakukan. Tercatat pada tahun 1936 hingga 1937 Oudheidkundle Dienst (OD) membuat peta rekontruksi serta mendokumentasikan dalam bentuk foto. Hasil dari OD ini kemudian ditindaklanjuti dengan perbaikan darurat pada tahun 1939 oleh Dienst der Zelbestuurweken to Jogjakarta (Dinas Pekerja Kotapraja). Lalu, pada tahun 1981 mulai dilakukan peninjauan kembali situs ini guna pemeliharaan dan perlindungan oleh Suaka Peninggalan Sejarah dan Purbakala Yogyakarta (sekarang BPCB DIY).


Rute menuju pesanggrahan

Menuju ke pesanggrahan ini, bisa ditempuh menggunakan kendaraan pribadi. Dari Balai Kota Yogyakarta, arahkan kendaraan ke Jalan Veteran. Situs Rejowinangun berada disisi timur jalan. Nanti akan terlihat sebuah papan nama “Situs Warungboto”. Masuk ke obyek wisata sejarah ini, belum ada retribusi resmi. Namun, masyarakat di sekitar, sudah ada yang berinisiatif untuk memberikan layanan parkir. Cukup dengan membayar 3000 rupiah, penunjung sudah bisa menikmati keindahan pesanggrahan kuno ini.


Situs Warungboto

bagian depan pesanggrahan bukanlah yang berbatasan langsung dengan jalan raya. Namun, yang berbatasan dengan pemukiman penduduk. Jadi untuk menuju bagian depan situs, pengunjung harus sedikit memutar. Dari papan nama bertuliskan “Situs Warungboto”, kurang lebih sekitar 50 meter ke arah selatan terdapat gang masuk ke timur. Masuk ke gang tersebut, kemudian kurang lebih 100 meter dari mulut gang, belok kiri. Ikuti jalan sampai terlihat bangunan kuno di sisi kiri jalan.

Bagi Anda yang tertarik untuk berkunjung ke pesanggrahan ini, jangan lupa untuk membawa kamera profesional. Sebab, kalau remaja sekarang bilang, tempat ini instagramable banget. Enggak percaya? Buktikan sendiri. 


Demikian sedikit yg bisa kami sampaikan dalam penelusuran jejak masa lampau kali ini.

Semoga para senior dan sesepuh berkenan mengoreksi dan memberikan wejangannya dikolom komentar postingan kami ini. Semoga bermanfaat untk kita semua.

Madep,mantep sowan ing ngarsaning Gusti.

Salam rahajoe sagung dumadi,mardhika jiwa

lan raga.


#Bismillah

#RomoBambang


Artikel diambil dari : ngangsukaweruh.com

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Selain Punya Sulistiyo, Ternyata Banjarnegara Menginspirasi Berdirinya Satgas PGRI

  Selain Punya Sulistiyo, Ternyata Banjarnegara Menginspirasi Berdirinya Satgas PGRI 07 Jan 2025 15:49 Walaupun bukan pendiri PGRI, namun Su...