Jumat, 24 Mei 2024

12 Kerajaan Islam di Indonesia dan Sejarah Singkatnya

 *12 Kerajaan Islam di Indonesia dan Sejarah Singkatnya*



Azkia Nurfajrina - detikHikmah

Kamis, 23 Mei 2024 11:00 WIB

Foto: Mahendra Lavidavayastama/detikJogja


Daftar Isi

Kerajaan Islam yang Pernah Berdiri di Indonesia

1. Kerajaan Perlak

2. Kerajaan Samudera Pasai

3. Kerajaan Malaka

4. Kerajaan Aceh

5. Kerajaan Demak

6. Kerajaan Pajang

7. Kerajaan Mataram Islam

8. Kesultanan Cirebon

9. Kerajaan Banten

10. Kerajaan Makassar

11. Kerajaan Ternate dan Tidore

12. Kerajaan Banjar


Jakarta - Perkembangan Islam di nusantara tak bisa dilepaskan dari keberadaan dan peran kerajaan-kerajaan bercorak Islam. Tercatat ada banyak kerajaan Islam yang pernah berdiri di Indonesia.

Kesultanan dan kerajaan Islam ini berdiri dan tersebar di hampir seluruh Indonesia. Mulai dari wilayah barat hingga timur nusantara. Pengaruh dan bekas peninggalan sejumlah kerajaan ini pun dapat ditemukan sampai saat ini.


Lantas, kira-kira apa saja kerajaan Islam di Indonesia yang pernah ada?


Kerajaan Islam yang Pernah Berdiri di Indonesia

Mengutip buku Sejarah 2 oleh Sardiman, berikut sejumlah kerajaan Islam yang pernah ada di Indonesia:


1. Kerajaan Perlak

Berdasarkan hasil Seminar Sejarah Islam di Medan pada 1963, Seminar Sejarah Islam di Banda Aceh pada 1978, serta Seminar Sejarah Masuk dan Berkembangnya Islam di Aceh dan Nusantara pada 1980 di Banda Aceh, Kerajaan Perlak dikukuhkan sebagai kerajaan Islam pertama di Indonesia.


Bukti keberadaan Kerajaan Perlak, yakni kitab Idharul Haqq karya Abu Ishak Makarani Al Fasy, kitab Tazkirah Thabakat Jumu Sultan As Salathin oleh Syekh Syamsul Bahri Abdullah Al Asyi, dan catatan Sayyid Abdullah Ibn Sayyid Habib Saifuddin tentang silsilah raja-raja Perlak dan Pasai.


Dari bukti-bukti tersebut, Kerajaan Perlak diketahui berdiri di Aceh pada 1 Muharram 225 H atau 840 M. Raja pertamanya adalah Sayid Abdul Aziz, yang bergelar Sultan Alaiddin Saiyid Maulana Abdul Aziz Syah.


Kerajaan Perlak mengalami kemunduran karena ketidakstabilan pemerintahan akibat persaingan antar anggota keluarga kerajaan. Sehingga para pedagang banyak yang mengarahkan aktivitas perniagaannya ke tempat lain, yakni Pasai.


2. Kerajaan Samudera Pasai

Kerajaan Samudra Pasai berdiri menggantikan Kerajaan Perlak yang sudah berada di ambang keruntuhannya. Raja pertamanya Sultan Malik Al-Saleh (1285-1297) mempersunting putri penguasa Perlak yaitu Putri Ganggang Sari. Demikian Perlak disatukan dengan Samudera Pasai.


Pada masa Malik Al-Tahir II (1326-1348), Samudera Pasai mengalami kemajuan pesat. Hubungan dengan kerajaan-kerajaan Islam di India dan Arab semakin erat lewat kegiatan perdagangan.


Kerajaan Samudera Pasai mulai mengalami kemunduran sejak Sultan Malik Al-Tahir 3 karena pemerintahannya kurang jelas. Pada 1521, Samudera Pasai akhirnya dikuasai oleh Portugis.


3. Kerajaan Malaka

Kerajaan Malaka merupakan kesultanan Islam yang paling berpengaruh di sekitar Selat Malaka (Sumatera dan Semenanjung Malaka). Kemunduran Samudera Pasai diikuti dengan perkembangan Malaka sebagai pelabuhan dan pusat perniagaan di Asia Tenggara.


Berdasarkan catatan sejarah, kerajaan ini didirikan oleh seorang pangeran dari Blambangan, Jawa Timur yang bernama Paramisora. Ia melarikan diri dari serangan tentara Majapahit.


Setelah bertemu dengan Sidi Abdul Aziz, ia masuk Islam dan mengganti namanya menjadi Iskandar Syah. Ia kemudian dipercaya sebagai pemimpin dan membangun Kerajaan Malaka. Iskandar Syah pun ditetapkan sebagai sultan pertama kerajaan tersebut.


Setelah direbut oleh bangsa Portugis, Kerajaan Malaka mengalami keruntuhan pada 1511. Kerajaan tersebut lebih kurang hanya berdiri selama satu abad.


4. Kerajaan Aceh

Setelah Malaka jatuh ke tangan Portugis, pusat perdagangan kembali ke Aceh. Kala itu, Aceh dikuasai Kerajaan Pedir tapi berhasil memperoleh kemerdekaan. Dan berdirilah Kerajaan Aceh sekitar tahun 1514 dengan raja pertamanya, yakni Ibrahim yang bergelar Sultan Ali Mughayat.


Raja pertama dan beberapa sultan berikutnya berusaha menyerang Portugis di Malaka. Pada masa Sultan Iskandar Muda, Aceh mencapai masa kejayaannya dan berhasil memperluas wilayah kekuasaan. Namun sayangnya, Malaka belum juga jatuh ke tangan Aceh.


Kemunduran Aceh dimulai ketika Sultan Iskandar Muda digantikan oleh menantunya, yaitu Iskandar Thani. Pada 1641, Iskandar Thani digantikan permaisurinya. Permaisuri dan penggantinya pun tidak cakap dalam menghadapi kelicikan VOC.


5. Kerajaan Demak

Kerajaan Demak adalah kesultanan Islam pertama di Pulau Jawa. Kerajaan yang terletak di pesisir utara Jawa Tengah ini didirikan oleh Raden Patah pada akhir abad 15. Demak merupakan kesultanan peralihan dari Hindu-Budha ke Islam.


Dalam perkembangannya, Demak berperan besar terhadap penyebaran Islam di Jawa dan wilayah Indonesia bagian timur, seperti Kalimantan, Makassar, Ternate, dan Ambon.


Kemunduran Demak diakibatkan perebutan kekuasaan antar anggota keluarga kerajaan setelah Sultan Trenggono (1521-1546) gugur. Seharusnya, Pangeran Sekar Seda Lepen yang menjadi penggantinya. Tapi ia dibunuh oleh Pangeran Prawoto, anak Sultan Trenggono.


Saling bunuh-membunuh di antara keluarga kerajaan pun tidak bisa dicegah. Pada akhirnya, menantu Sultan Trenggono yakni Hadiwijaya memindahkan pusat pemerintahan Demak ke Pajang. Perpindahan inilah yang membuat berakhirnya kekuasaan Kerajaan Demak.


6. Kerajaan Pajang

Hadiwijaya menjadi raja pertama Kerajaan Pajang. Demak yang waktu itu telah diserahkan kepada Arya Pangiri, anak Sunan Prawoto, pun tunduk kepada Pajang.


Kerajaan Pajang di bawah pemerintahan Sultan Hadiwijaya mengalami perkembangan dan wilayah kekuasaan yang cukup luas. Dan pada 1582, Sultan Hadiwijaya pun meninggal dunia.


Arya Pangiri kemudian merebut Pajang dan berhasil menaiki tahta. Pangeran Benowo, putra Sultan Hadiwijaya kemudian merebut kembali kekuasaan Arya Pangiri dengan bantuan Sutawijaya, anak angkat Sultan Hadiwijaya.


Usai direbut, Pangeran Benowo justru menyerahkan tahta kepada Sutawijaya. Dengan berkuasanya Sutawijaya, pusat Kerajaan Pajang dipindahkan ke Mataram. Demikian berakhirlah Pajang dan lahirlah Kerajaan Mataram Islam.


7. Kerajaan Mataram Islam

Raja pertama Kerajaan Mataram Islam adalah Sutawijaya, yang memiliki gelar Panembahan Senopati. Pada masanya, Mataram menundukkan para bupati yang membangkang dan Demak. Kerajaan Cirebon dan Galuh pun ditaklukkan pada 1595. Panembahan Senopati wafat pada 1601 dan dimakamkan di Kota Gede, Yogyakarta.


Mas Jolang atau Panembahan Seda Krapyak menggantikan ayahnya. Sayangnya, ia juga harus berpulang ketika menghadapi pemberontakan para bupati yang ingin melepaskan diri dari Mataram.


Kekuasaan Kerajaan Mataram dilanjutkan keturunan oleh Panembahan Senopati. Saat Amangkurat II memimpin, kondisi Mataram semakin kacau karena campur tangan VOC. Keadaan Mataram makin tidak menentu ketika terjadi Perjanjian Giyanti.


Perjanjian tersebut membuat wilayah Mataram harus dibagi dua menjadi Kesunanan Surakarta dan Kesultanan Yogyakarta pada 1755. Perjanjian Giyanti sendiri adalah politik adu domba yang dibuat VOC di kala Pangeran Mangkubumi dan Pakubuwana III berselisih.


8. Kesultanan Cirebon

Pendiri Kerajaan Cirebon adalah Pangeran Walangsungsang yang bergelar Cakrabuana. Akan tetapi, yang berhasil meningkatkan status Cirebon menjadi Kesultanan adalah Syarif Hidayatullah.


Syarif Hidayatullah adalah keponakan sekaligus pengganti Pangeran Cakrabuana sebagai penguasa Cirebon. Ia juga pendiri dinasti raja-raja Cirebon dan Kerajaan Banten. Ia aktif pula menyebarkan agama Islam di wilayah Jawa Barat. Syarif Hidayatullah (1448-1568) pun dikenal dengan sebutan Sunan Gunung Jati setelah wafatnya.


Perkembangan pesat Cirebon ada di bawah kekuasaan Syarif Hidayatullah. Kala itu, Cirebon dengan dukungan tentara Demak, yang dipimpin oleh panglima Fatahillah membebaskan seluruh pantai utara Jawa Barat, termasuk Banten. Fatahillah juga berhasil mengusir Portugis dari Sunda Kelapa yang kemudian berganti nama menjadi Jayakarta.


Fatahillah dikukuhkan menjadi bupati Jayakarta dan anak Syarif Hidayatullah bernama Hasanuddin diangkat menjadi penguasa di Banten. Cirebon pun semakin kuat dengan wilayah Banten dan Jayakarta yang berada di bawah kekuasaannya.


Keruntuhan kesultanan ini disebabkan campur tangan VOC yang membagi Cirebon menjadi tiga kekuasaan, yakni Kasepuhan, Kanoman, dan Kacirebonan. Pada akhirnya, VOC berhasil menguasai Cirebon.


9. Kerajaan Banten

Raja pertama Banten adalah Hasanuddin (1527-1570), anak Syarif Hidayatullah. Kekuasaan Kerajaan Banten cukup luas, mencakup Lampung hingga Bengkulu. Pangeran Yusuf yang merupakan putra Hasanuddin pun menggantikan ayahnya sebagai raja di Banten.


Penguasa Banten diteruskan oleh keturunan Hasanuddin. Saat Sultan Abdulfatah atau yang lebih dikenal Sultan Ageng Tirtayasa (1651-1682) berkuasa, ia sangat anti kekuasaan asing. Ia pun melakukan perlawanan terhadap VOC di Batavia.


Sayangnya, perselisihan di lingkungan istana membuat Banten mengalami kemunduran pada masa akhir pemerintahan Sultan Ageng Tirtayasa. Kebencian Sultan Ageng terhadap VOC juga ditentang Sultan Haji sebagai raja muda.


VOC kemudian memanfaatkan kondisi tersebut dan membantu Sultan Haji untuk mengakhiri kekuasaan Sultan Ageng Tirtayasa. Usai Sultan Ageng turun tahta, kekuasaan VOC justru makin kuat di Banten dan kerajaan itu pun runtuh.


10. Kerajaan Makassar

Di Sulawesi Selatan (Sulsel) pada abad ke-16 berdiri sejumlah kerajaan bercorak Islam, meliputi Kerajaan Gowa, Tallo, Bone, Luwu, Soppeng, Wajo, dan Sidenreng. Pada 1528, Gowa-Tallo membentuk persekutuan yang melahirkan Kerajaan Makassar.


Selain Makassar, Kerajaan Bone, Wajo, dan Soppeng juga membentuk persekutuan yang dikenal dengan sebutan Tellum Pocco. Antara Gowa-Tallo dan Tellum Pocco sering terjadi persaingan dalam memperebutkan pengaruh.


Makassar jadi kerajaan paling berkembang di Sulsel. Kerajaan ini mencapai puncak keemasannya pada masa Sultan Malikussaid (1639-1653). Ia pun digantikan putranya yaitu Sultan Hasanuddin yang dikenal dengan sebutan Ayam Jantan dari Timur karena keberaniannya menentang VOC.


Di bawah Sultan Hasanuddin, wilayah kekuasaan Makassar juga meluas. Bahkan, Kerajaan Bone juga sampai dikuasai.


11. Kerajaan Ternate dan Tidore

Di Maluku terdapat sejumlah kerajaan, mencakup Kerajaan Jailolo, Ternate, Tidore, Bacan, dan Obi. Pada abad 15, Islam mulai berkembang di Maluku dengan dibawa oleh para pedagang dan mubalig dari Pulau Jawa.


Maulana Husain, murid Sunan Giri menyebarkan Islam di Maluku. Dan akhirnya, raja Ternate kala itu yakni Sultan Marhum (1465-1468) dan penerusnya memeluk Islam.


Ternate dan Tidore termasuk kerajaan yang cukup kuat di Maluku. Di antara keduanya pun kerap terjadi persaingan. Persaingan semakin menyala karena kedatangan bangsa asing, Portugis dan Spanyol di Kepulauan Maluku.


Pada 1533, rakyat Ternate dan Tidore bersatu untuk melawan Portugis. Portugis akhirnya menyerah dan meninggalkan Ternate pada 1575.


Saat VOC mulai menguasai Maluku, Ternate mundur. Meski begitu perlawanan rakyat Maluku tetap berlanjut dan dipimpin raja Tidore bernama Sultan Nuku. Ia pun akhirnya berhasil mempersatukan Tidore dan Ternate.


12. Kerajaan Banjar

Di Pulau Kalimantan ada kerajaan bercorak Islam yakni Banjar. Menurut catatan sejarah, Banjar adalah kerajaan ketiga di Kalimantan setelah berdirinya Kerajaan Nagaradipa dan Nagaradaha.


Suatu ketika terjadi perebutan kekuasaan di antara keluarga istana Nagaradaha. Pangeran Samudra merasa lebih berhak atas tahta kerajaan dibanding Pangeran Tumenggung karena ia mewarisi darah Maharaja Sukarama.


Perselisihan akhirnya dimenangkan oleh Pangeran Samudra. Dan ia memilih Banjar sebagai pusat pemerintahannya. Ia pun diberi gelar Sultan Suryanullah. Di bawah pemerintahannya, Banjar memperluas wilayah sampai ke Sukadana (kini di Kalimantan Barat) dan Kotawaringin (sekarang di Kalimantan Tengah).


Pada 1606, VOC datang ke Banjarmasin untuk menjalin kontrak dan monopoli tetapi ditolak oleh Kerajaan Banjar. Pada 1610 di Sambas, kejadian serupa juga terulang. VOC tak kenal menyerah dan datang kembali ke Banjarmasin pada 1635 untuk mengadakan kontrak, tapi lagi-lagi tidak berhasil.


Nah, itu dia 12 kerajaan Islam di Indonesia yang pernah berdiri. Sejarah singkat kerajaan juga dijelaskan, jadi semoga membantu!

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Prasasti Sojomerto

 [8/6 13.44] rudysugengp@gmail.com: Pakaian Asli Diponegoro  SIAPA BILANG PAKAIAN DIPONEGORO ITU SURJAN DAN BLANGKON? Ada sebagian orang yan...