[13/8/2021 22.09] Rudy Haji: BESAN & MENANTU
Sejak adanya Covid 19 hingga menjelang akhir tahun 1442 Hijriyah, Besan (sebut saja pak Mi'an) hobinya Arisan Keluarga. Tidak ada yang salah dengan Arisan yaitu suatu usaha mengumpulkan kerabat dan sanak saudara dari berbagai tempat.
Sebelum Pandemi, hal ini lumrah saja. Saat Pandemi menjadikan kegiatan kumpul-kumpul harus dibatasi. Begitu berkumpul dengan keluarga, pasti tidak akan ada jarak, apalagi pakai Masker.
Mi'an bahkan menganggap bahwa Covid 19 itu tidak ada.
Dalam berbagai pertemuan keluarga, Dia selalu hadir dan mengajak Anak dan Menantu untuk selalu hadir kapanpun dan di mana pun.
Bila tidak hadir maka dimarahi habis-habisan.
Sekitar awal Juli 21, anak laki-laki nya yang bernama Rojak terbukti Positif Covid 19, begitu juga menantu wanita yaitu Delia juga positif.
Dalam perkembangannya, Delia cepat sembuh dan tes Antigen Negatif.
Rojak masih belum pulih. Segera diputuskan ke Rumah Sakit. Berbagai tempat Rumah Sakit menolak karena penuh dengan pasien Covid 19.
Rojak terpaksa harus pulang dan yang lebih memprihatinkan pak Mi'an tidak mau mengantar anaknya ke Rumah Sakit.
Dia takut, padahal sebelumnya mengatakan Covid 19 tidak ada.
Untuk itu, pak Mi'an menuntut Keluarga Dela untuk mencarikan rumah sakit.
"Kalau Bapak Mampu, mengapa tidak mengantar sendiri", kata Alizar yang merupakan paman Dela.
Sejak anaknya terkena Covid 19, bahkan ingin Isolasi Mandiri di rumah pak Mi'an yang notabene ayahnya. Pak Mi'an bahkan tidak mau menerima kehadiran anak di rumahnya.
Menjelang akhir Juli 21, pak Mi'an yang sebelumnya tidak mau Vaksin, pingin mencari Vaksin.
Hingga anaknya sembuh, ternyata tidak berani menengok anaknya.
Semoga kita selalu sehat dengan tetap menjaga 5 M.
[13/8/2021 22.57] Rudy Haji: BESAN & MENANTU
(Bagian ke-2)
Kisah Besan Mi'an berbeda dengan Menantu yang bernama Sodiq.
Pada Minggu ke-3 Juli, Sodiq yang merupakan menantu dari pak Hashim terkena positif Covid 19. Istrinya masih saudara Dela, pada posisi negatif setelah tes Antigen Covid 19.
Sodiq berusaha mengobati penyakitnya dengan ramuan jamu-jamuan, bahkan untuk membuktikan bahwa Dia kuat, maka sempat "keluyuran" dalam satu hari. Saat keluyuran dan bertemu orang lain, Sodiq tidak berpikir, "Jangan-jangan menularkan pada temannya". Sepulang dari "ngopi", sakit lagi hingga menyebabkan sesak nafas. Tidak mau makan dan hanya mengkonsumsi obat.
Tepat tgl. 1 Agustus setelah memastikan hari ke-6 sakit diputuskan masuk Rumah Sakit.
Segera diadakan perawatan. Beruntung Sodiq segera mendapatkan Rumah sakit. Berbeda dengan Rojak yang sempat ditolak berbagai rumah sakit.
Dimulailah pergulatan melawan Covid 19 dilalui bersama keluarga dan tenaga kesehatan. Petugas kesehatan segera mengadakan berbagai tindakan dan pemeriksaan.
Oksigen, obat-obatan, dan berbagai upaya dilakukan oleh tenaga kesehatan.
Keluarga hanya bisa pasrah dan berdoa.
Setelah 10 hari berada di rumah sakit, Sodiq dipulangkan untuk menjalani Isoman di rumah.
Berdasarkan penuturan Dela, adik Rinty yang merupakan istri Sodiq, ternyata bahwa Sodiq juga tidak percaya adanya Covid 19. Bahkan saat ada Vaksin, Dia mengajak istrinya untuk tidak ikut vaksin.
Nasi telah menjadi bubur (kata petuah lama).
Saat ini Sodiq masih harus pemulihan di rumah.
Sudah mau makan, minum obat, dan mengikuti Anjuran Dokter.
Oh ...ya !
Saat pulang dari rumah sakit, Rinty harus menandatangani di atas meterai 10 ribu, bahwa :
1. Pasien dan keluarga telah mendapatkan penjelasan tentang 5 M
2. Pasien pulang tidak mau di antar Ambulance demi privacy.
3. Keluarga pasien tidak menuntut rumah sakit.
Terima kasih.
Tenaga Kesehatan, Keluarga, dan sahabat yang telah mendoakan kesembilan Rojak dan Sodiq.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar