Sumber :
Danu Damarjati - detikNews
Jumat, 07 Jul 2023 19:15 WIB
Jakarta - Arca para dewa dari era Singasari ini telah seabad lebih di Belanda. Arca tersebut, yakni Durga, Mahakala, Nandiswara, dan Ganesha, bakal 'terbang' pulang ke Indonesia.
Empat arca dari era Hindu-Buddha itu bakal dipulangkan Belanda ke Indonesia, termasuk 472 artefak yang juga bakal 'mudik' pada 10 Juli 2023, pekan depan.
Situs web Pemerintah Pusat Belanda (Rijksoverheid), seperti diakses detikcom pada Jumat (7/7/2023), menjelaskan bahwa arca-arca ini termasuk barang yang dijarah, dirampok, atau dirampas pada era penjajahan Belanda.
"Arca-arca tersebut berasal dari kompleks candi Hindu-Buddha dari Singasari dekat Malang di Jawa Timur, berasal dari akhir abad ke-13. Mereka berada kini menjadi Koleksi Nasional yang dikelola oleh Museum Nasional Kebudayaan Dunia (selanjutnya disebut: NMVW)," kata Komite Koleksi Kolonial, dalam dokumen 'Saran untuk 4 Arca dari Kompleks Candi Singasari'.
Empat arca Singasari tersebut adalah sebagai berikut:
1. Durga
Berdasarkan catatan Museum Nasional Kebudayaan Dunia di Belanda, lewat situs resminya, arca ini menggambarkan adegan 'Durga membunuh setan Mahisha'. Berdasarkan legenda, Mahisha memimpin tentara jahat melawan para dewa.
Arca ini bermaterialkan batu andesit, setinggi 175 cm, lebar 130 cm, dan kedalaman 80 cm.
2. Mahakala/Mbakala
Mahakala adalah salah satu unsur Dewa Siwa, sekaligus penjaga kediaman Siwa. Mahakala digambarkan sebagai sosok kuat, hampir seperti setan, dan mewakili unsur destruktif dalam kepribadian Siwa. Terlihat karakternya pada arca ini posisi tegak, berlengan dua dan berotot, lengan kanan memegang pedang berhias di awal bilah, rambut ikal diikat ke belakang, mengenakan anting besar.
Material arca Mahakala adalah batu andesit. Tinggi arca 175 cm, lebar 86 cm, dan kedalaman 56 cm.
3. Nandiswara
Nandiswara adalah satu dari banyak aspek Siwa. Dia bertindak sebagai pemimpin rombongan Siwa (gana), dan bersama dengan Mahakala dia bertindak sebagai penjaga gerbang biara gunung Siwa (lihat 1403-1623). Dalam konteks terakhir ini, dia mewakili aspek Siwa yang lembut dan positif, berbeda dengan rekannya yang agresif, Mahakala.
Arca Nandiswara bermaterialkn batu andesit, tingginya 174 cm, lebar 93 cm, dan kedalaman 50 cm.
4. Ganesha
Ganesha adalah dewa Hindu yang sangat dicintai. Popularitasnya berkembang selama abad ke-5 M di India, sampai ke kerajaan-kerajaan Jawa. Arca Ganesha ini berasal dari ruang utara candi yang dibangun di Singasari oleh Raja Kertanagara (1268-1292). Dewa itu duduk di singgasana yang dihiasi tengkorak manusia. Di perhiasan Ganesha juga terdapat tengkorak, simbolisme Tantrisme, bermuatan ritual upacara pentahbisan yang diadakan di ladang kremasi.
Setelah dipindahkan dari reruntuhan Candi Singasari pada 1804, Ganesha Tantra ini dan patung Durga Mahishasuramardini dipamerkan di Leiden, di mana mereka telah berkontribusi pada penyebaran pengetahuan tentang budaya Hindu-Jawa sejak tahun 1826. Arca dari batu andesit ini setinggi 154 cm, lebar 105 cm, dan kedalaman 72 cm.
_Sejarah penjarahan_
Arca-arca tersebut bisa sampai ke Belanda karena diambil oleh orang Belanda pada zaman penjajahan dulu. Berdasarkan penelusuran T Quist dari Museum Nasional Kebudayaan Dunia, Belanda, empat Arcz tersebut dulunya ada di kompleks candi Hindu-Buddha Singasari di Jawa timur.
Tersebutlah petugas administrasi kolonial era itu, namanya Nicolaus Engelhard, menemukan kompleks candi itu pada 1802. Ada enam patung yang dipindahkan ke tempat tinggal yang bersangkutan di Semarang. Patung tersebut diserahkan ke pemerintah Hindia-Belanda di Batavia (sekarang Jakarta) pada 1817 dan kemudian ditempatkan di Kebun Raya Bogor. Selanjutnya, tiga arca (Bhairawa, Ganesha, Nandi) itu menyeberangi Samudera, pindah ke Royal Dutch Institute di Amsterdam, Belanda, tahun 1819.
Tiga arca selanjutnya berangkat dari Buitenzorg (sekarang Belanda) ke Belanda pada 1827-1828 dan menjadi koleksi National Museum of Antiquities, disusul tiga arca dari taman Institut Kerajaan Belanda pada tahun 1841. Pada tahun 1904, keenam patung tersebut dipindahkan oleh National Museum of Antiquities ke Museum Volkenkunde, yang telah menjadi bagian dari Museum Nasional Kebudayaan Dunia di Belanda (NMVW) sejak 2014.
"Selain itu, berdasarkan penyelidikan asal-usul sebagaimana ditunjukkan di atas, masuk akal bahwa Engelhard bukanlah pemilik dan tidak mendapatkan izin untuk pemindahan tersebut. Dia menyimpan patung-patung itu di tamannya sendiri selama beberapa waktu dan kemudian menyerahkannya kepada pemerintah, setelah itu dikirim ke Belanda. Di Belanda, melalui koleksi lainnya, gambar-gambar tersebut disatukan kembali pada tahun 1904 dalam koleksi Museum Volkenkunde, yang kini menjadi bagian dari NMVW," kata Komite Koleksi Kolonial.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar