Senin, 31 Juli 2023

Pulang Haji di Lamongan

 Lamongan

Kunjungan pulang Haji 2023

Menuju rumah teman yang baru pulang haji dengan parkir di DLAJR kantor Kir-kiran. Untuk menuju Jalan Mangga No. 10 rumah Ibu Juli dan Bpk. Eko harus melewati Jalan Jambu.

Kondisi di Perumahan Deket Permai - Lamongan, sejuk dengan banyaknya tanaman.

Sebanyak 32 orang teman SPGN 1 Surabaya dan  2 orang keluarga dengan rincian 31 orang naik bus, 1 orang bawa kendaraan sendiri yaitu Nuryati, suami, dan anak.

Teman terdaftar yang tidak bisa ikut merapat Yusir masih ada di Yogyakarta dan Reno+Dwi L. (ada kesusahan).

Suasana rumah sudah siap dengan aneka makanan dan minuman.

Diawali Doa oleh Juli, kemudian minum Air Zam-zam dan makan siang.

Oh...ya... sebelumnya telah dibagikan Semangka kuning dengan irisan pegangan yang dikemas cantik.

Cao dan mineral sebagai minuman pembuka sebelum makan siang dengan aneka lauk.

Sebelum kedatangan rombongan teman Alumni SPGN 1 Surabaya (Sabtu ; 29 Juli 2023), tamu di rumah ini sudah ratusan.

Sebelum pulang diadakan Foto bersama dan menerima bingkisan dari Juli + Eko.

Semoga menjadi Hajah dan Haji yang Mabrur dan penuh berkah.

Sabtu, 22 Juli 2023

SUMUR JOBONG PENELEH

 Sumur Jobong di Peneleh Surabaya Sudah Ada Sejak Zaman Majapahit

Minggu, 23 Juli 2023, 00:27 WIB

Penulis : Fitri Yuliani


 (beritajatim.com) – Sumur Jobong yang terletak di Jl. Pandean Gang I, Peneleh, Surabaya, diperkirakan sudah ada sejak tahun 1430. Bahkan karakernya seperti sumur-sumur tua zaman Majapahit di Trowulan.


Dugaan ini didukung dengan fungsi sumur kuno tersebut, yakni sebagai kebutuhan sehari-hari rumah tangga, ritual keagamaan, hingga pengairan para petani dalam skala kecil. Misalnya untuk menyirami tanaman ketika sedang memasuki musim kemarau.


Untuk penamaan Jobong sendiri merupakan sebutan material sumur yang berpenampang lingkaran. Dengan dindingnya terbuat dari tanah liat yang telah dibakar yang membentuk batu bata dan bis (berbentuk silinder).


Kini sumur Jobong sudah masuk dalam kawasan cagar budaya yang dilindungi oleh pemerintah daerah. Sehingga wisatawan yang tertarik pada sejarah di Surabaya, bisa datang ke sini. Terlebih karena sumur Jobong juga menyimpan cerita tentang kejayaan dan peradaban Majapahit di masa lampau.


Saat sumur Jobong ditemukan pertama kali pada 1 November 2018, terdapat benda-benda lain yang turut ditemukan. Mulai dari fragmen tulang belulang, terakota atau gerabah, dan tiga buah fregmen bagian tepian periuk.


Selain itu, satu fregmen bagian tepian ‘pasu’, yakni sebuah wadah yang memiliki bentuk tepian bibir berdiameter 30 centimeter. Jika dilihat, pada bagian atas tampak lebih lebar daripada bagian bawah. Berbeda dengan periuk yang justru lebih besar pada bagian bawahnya.


Ada juga fregmen botol keramik yang tersadapat pegangan di bagian ber glazur, yakni lapisan bagian luarnya berwarna coklat muda. Diprakirakan benda ini sudah ada sejak zaman kolonial.


Sedangkan benda temuan lainnya ialah pecahan-pecahan bata kuno. Saat ditemukan pecahan tersebut berada di dalam dan di luar sumur. Bata kuno tersebut memiliki lebar 20 centimeter dan ketebalan 7 centimeter yang mirip dengan bata era Majapahit.


Bagian bawah keramik dari mangkuk, yang tampak seperti buatan China, juga ditemukan di sini. (fyi/nap)

Senin, 17 Juli 2023

CANDI PALAH

 CANDI PALLAH

Candi yang ditemukan kembali oleh Sir Thomas Stamford Raffles ini merupakan tempat pemujaan era 3 Kerajaan yaitu Kediri, Singasari, dan Majapahit.

Hal ini ditandai dengan beberapa peninggalan angka tahun di Pelataran Candi Penataran yaitu : 

1. Kerajaan Kediri

Prasasti huruf Jawa  Kuno dikeluarkan oleh Raja Srengga dari Kediri pada tahun 1197 M (1119 Saka) yaitu tentang peresmian tanah Perdikan untuk Sira Paduka Batara Palah. Mengingat batu tersebut di tempat aslinya maka Palah identik dengan Penataran.

2. Kerajaan Singasari

Pada saat Mpu Prapanca menulis Kitab Negarakertagama saat mengantar Prabu Hayam Wuruk  pernah mengunjungi Candi Penataran untuk melakukan pemujaan terhadap Hyang Acalapat (perwujudan Siwa sebagai Girindra atau Dewa Penguasa Gunung). Nama Girindra yang disebut dalam Negarakretagama mirip dengan gelar Ken Arok saat menjadi Raja Singasari.

Sebutan Girindra merupakan nama salah satu wangsa yang diturunkan oleh Ken Arok selain Rajasa dan Wardhana. Sedangkan Hyang Acalapati adalah salah satu perwujudan dari Dewa Siwa, serupa dengan peneladanan sifat-sifat Bathara Siwa yang konon dijalankan Ken Arok. Pada 1286, dibangun Candi Naga di kompleks Candi Penataran oleh penguasa terakhir Singasari, yaitu Raja Kertanegara.

3. Jaman Majapahit

Setelah runtuhnya Singasari, Candi Penataran tidak terawat. Baru pada masa pemerintahan Jayanegara, raja kedua Majapahit, candi ini kembali mendapatkan perhatian.

Pada periode Kerajaan Majapahit, Candi Penataran bahkan diresmikan sebagai candi negara yang diketahui kerap dikunjungi Raja Hayam Wuruk.

Bukti lain :

a. Pintu gerbang yang diapit diapit oleh dua Arca Dwarapala sebagai penjaga pintu berangka tahun 1242 Saka atau 1320 M.

b. Pendopo Teras ber angka  tahun 1297 Saka atau 1375 Masehi ini diperkirakan digunakan sebagai tempat untuk meletakkan sesaji dalam upacara keagamaan atau tempat peristirahatan raja dan bangsawan lainnya.

c. Candi Angka Tahun yang menjadi Lambang Kodam V Brawijaya 

tertulis tahun  1291 Saka atau 1369 M ini sebagai Candi Ganesha, karena di dalam biliknya terdapat sesosok arca Ganesha. 

d. Lokasi candi ini berada di sebelah tenggara bangunan pendopo teras, di mana di sebelah kirinya terdapat arca wanita yang ditafsirkan sebagai perwujudan Gayatri Rajapatni.

Ada Dwarapala lebih kecil dari Pintu masuk yaitu Dwarapala  terpahat angka tahun 1214 Saka atau 1319 Masehi, setahun lebih tua dibanding Dwarapala di pintu masuk.

e. Candi induk terdiri dari tiga teras tersusun dengan tinggi 7,19 meter. Pada masing-masing sisi tangga terdapat dua arca Mahakala yang berangka tahun 1269 Saka atau 1347 M.

f. Pada bagian belakang Candi terdapat sebuah kolam berangka tahun 1337 Saka atau 1415 Masehi.

Beberapa Relief di Candi Penataran :

A. Sang Setyawan di dinding sisi Timur bangunan Pendopo Teras.

Cara baca Prasawya yaitu dari kiri ke kanan dimulai dari Sudut Tenggara

B. Sri Tanjung di Pendopo Teras dinding sisi barat berlanjut dinding sisi Selatan (Prasawya yaitu dinding sebelah kanan tangga bagian Selatan).

C. Bubuksah Gagang Aking di dinding Pendopo Teras sebelah Timur (Prasawya yaitu dari kiri ke kanan)

D. Anoman Duta (Ramayana) di dinding teras pertama candi Induk mengelilingi dinding teras (Prasawya mulai dinding sisi Utara yang menghadap barat melingkar ke dinding Utara yang menghadap ke Utara, sekitar 91 panil).

E. Noroyono Maling (Kresnayana) di dinding teras kedua Candi Induk (Pradaksina dari kanan ke kiri)

F. Kura-kura yang Sombong di dinding kolam berangka tahun sisi Barat (Pradaksina)

G. Pemburu yang Tertipu di dinding kolam berangka tahun sisi Utara dan di bagian belakang Arca Penjaga sebelah kiri tangga Utara candi Induk (Prasawya)

H. Lembu dan Buaya di dinding kolam berangka tahun bagian Barat dan belakang Arca Dwarapala tahun 1347 M. (Prasawya)

Minggu, 16 Juli 2023

Pulang Haji di Blitar

 Kepulangan Jemaah Haji dari tahun ke tahun selalu menjadi perhatian terutama bagi tetangga, sahabat, dan masyarakat sekitar tempat tinggal. Para penyambut atau tamu yang datang tidak harus kenal dengan pak Haji atau bu Hajah. Hal ini biasanya berlangsung hingga 1 bulan sejak kedatangan. Tahun 2023 ada himbauan agar Jemaah Haji yang datang menyelenggarakan Acara atau Kegiatan kurang dari Seminggu. Seperti Hj. Endang (ortu Andhika Dwi Hardana-Guru SDN WONOKUSUMO IV Surabaya) yang berada di Blitar. Sejak kepulangan di desa Nglegok, Blitar tgl. 10 Juli 2023 hingga 15 Juli 2023 telah kedatangan tamu mulai dari Saudara, Kerabat, Tetangga baik dari Sekitar Blitar hingga luar kota Blitar. Teman dari SDN Wonokusumo IV Surabaya yang terdiri dari dua kendaraan (14 orang) disusul oleh satu kendaraan yang terdiri dari Pensiunan yaitu Bu Inti + Suami, Bu Oetami, dan pak Kartiono berkenan untuk silaturahmi. Menurut keterangan tuan rumah, tamu yang datang sudang mencapai 3.500 orang. Semoga berkah dan Barokah.

Rabu, 12 Juli 2023

25 KAMPUNG UNIK di SURABAYA

 *Mulai Eropa hingga Kungfu, Ini Nama-Nama Kampung Unik di Surabaya*


Fajar Mujianto

Rabu, 12 Juli 2023 | 13:30 WIB


JawaPos.com–Surabaya tak hanya menjadi kota metropolitan yang terkenal dengan wisata belanja dan sejarah. Surabaya juga dikenal memiliki banyak nama kampung unik.


Bukan tanpa alasan di balik penamaan kampung unik di Surabaya itu. Ada yang merujuk pada makanan, sejarah, keseragaman penduduk, arsitektur bangunan, atau bisa juga karena upaya dari warga yang ingin membuat ciri khas untuk wilayahnya.


Keunikan dari tiap nama kampung itu kerap menjadi tujuan wisatawan lokal dan mancanegara untuk belajar, berbelanja, atau berswafoto. Yang secara langsung juga dapat menaikkan perekonomian warga sekitar. 


Seperti yang dikutip dari akun Instagram @lovesuroboyo dan surabaya.go.id, berikut nama kampung di Surabaya yang memiliki keunikan dan ciri khas masing-masing:



1. Kampung Arab: Ampel, Sasak


2. Kampung Pecinan: Kya kya, Kapasan, Karet, Tambak Bayan


3. Kampung Eropa: Jalan Jembatan, Jalan Merah, Jalan Rajawali, Jalan Veteran


4. Kampung Nelayan: Bulak Kenjeran


5. Kampung Herbal: Nginden Jangkungan, Genteng


6. Kampung Ningrat: Botoputih


7. Kampung Surabayan: Jalan Surabayan Tegalsari


8. Kampung Lawas: Peneleh, Lawang Seketeng, Maspati, Ketandan, Kebangsren


9. Kampung Keraton: Kramat Gantung, Maspati, Keputran, Temenggungan, Kranggan, Praban, Bubutan


10. Kampung Sawunggaling: Wiyung/Lidah Kulon


11. Kampung Seni: Kusuma Bangsa, Tambaksari, THR


12. Kampung Bendera: Darmokali, Joyoboyo


13. Kampung Kungfu: Kapasan Dalam


14. Kampung Lontong: Banyu Urip Lor, Kupang Krajan, Petemon Barat


15. Kampung Kue: Rungkut


16. Kampung Dinamo: Bratang Gede


17. Kampung Batik: Tambak Dukuh, Ketintang


18. Kampung Parikan: Moro Krembangan


19. Kampung Dolanan: Kenjeran IV Simokerto


20. Kampung Semanggi: Sememi, Benowo


21. Kampung Warna-warni: Kenjeran, Bulak


22. Kampung Ilmu: Jalan Semarang


23. Kampung Sentra UMKM: ex Dolly Putat Jaya


24. Kampung Herbal: Nginden Jangkungan, Genteng Candirejo


25. Kampung Santri: Sidosermo, Jagir Sidoresmo, Lakarsantri

KERIS

 *Apa kepanjangan dari keris?*


Menurut Koesni (1979) keris berasal dari kata Ke (singkatan dari Kekeran) dan Ris (singkatan dari Aris). Kekeran memiliki arti pagar, penghalang, peringatan, dan pengendalian. Sedangkan aris memiliki pengertian tenang, lambat, halus


*Apa itu ngumbah keris?*

Menjamas diambil dari kata “jamas”(Bhs. jawa) sama dengan “ngumbah” atau mencuci. Menjamas keris bisa diartikan sebagai kegiatan untuk membersihkan/mensucikan dari kotoran, dan keris dimaknai sebagai perwujudan senjata yang menjadi pusaka bagi pemiliknya.


*Kapan cuci keris?*


Malam 1 Suro atau 1 Muharam dimanfaatkan sejumlah orang untuk menjamas atau mencuci keris. Tujuannya, untuk membersihkan pusaka para leluhur mereka dari kotoran, serta melestarikan besi tetap terjaga.


*Kapan memandikan pusaka?*


Waktu paling baik untuk memandikan benda pusaka, sebaiknya dilakukan setelah Maghrib karena waktunya cukup panjang. Seperti apa niatan sebelum memandikan benda pusaka?


*Kenapa keris harus dicuci?*


"Sebenarnya tujuan membersihkan keris itu supaya tidak karat dan korosi. Karena jika karat dan korosi, maka keris itu lama-lama akan keropos. Bila rusak maka unsur seni dan keindahannya otomatis akan hilang.

Senin, 10 Juli 2023

Pulang Haji di Gresik

 Sebelum saya datang bersama H. Idris usai Ashar, H. Luky dan Hj. Susi baru saja menerima tamu sebanyak 111 orang (10 Juli 2023). Selama 43 hari Haji Luky dan Hj. Susi di Madinah dan Mekkah untuk melaksanakan rangkaian Ibadah haji yang didalamnya juga ada Umroh. Jadi Semua Jamaah Haji pasti melaksanakan Umroh. Ada yang hanya sekali dan ada juga yang berkali-kali. Artinya Haji Sekali ditambah rangkaian Umroh berkali-kali dengan mengambil Miqot di tempat-tempat yang telah ditentukan. Rombongan Haji Luky dan Hj. Susi berangkat bersama dan pulang bersama dalam keadaan sehat wal afiyat, meski beberapa temannya ada yang meninggal dunia di Madinah, Mekkah, dan di Pesawat. Beberapa temannya juga ada yang lepas dari rombongan saat di Madinah dan Mekkah.

Semoga semua Jemaah Haji tahun 2024 yang akan datang lebih siap lagi baik fisik, psikhis, dan bekal.

Minggu, 09 Juli 2023

FESTIVAL PENELEH

 AGUS WAHYUDI 

setiap orang pasti punya kisah mengagumkan - setiap orang pasti punya kisah mengagumkan

Jurnalis, pecinta travelling dan buku l Bekerja di Enciety Business Consult l Nomine Best in Citizen Journalism Kompasiana Award 2022


*Festival Peneleh dan Upaya Menghidupkan Wisata Heritage*

6 Juli 2023   10:53 Diperbarui: 6 Juli 2023   10:53 861 25 3



Ada yang berbeda di Peneleh, Surabaya, belakangan ini. Kawasan tersebut terlihat lebih bersolek. Deretan lampu klasik kini mulai dipasang dan membuat jalanan terang benderang di malam hari.


Jalan-jalan yang semula berlubang di Peneleh kini sudah diasapal. Lebih mulus. Sepanjang trotoar juga dipenuhi tanaman hingga terlihat lebih hijau nan asri.


Beberapa bangunan di sepanjang jalan juga sudah dicat lebih terang. Kebanyakan kombinasi warna merah dan putih. Di beberapa kampung juga dihiassi aneka mural dengan tema kebangsaan dan perjuangan.



Jauh sebelumnya, Pemerintah Kota Surabaya juga membuka dermaga baru. Lokasinya di dekat Jembatan Peneleh. Dermaga itu juga sudah dioperasikan untuk mendukung wisata air Kalimas.


Satu Lagi, Makam Belanda Peneleh. Meski belum sepenuhnya diperbaiki, keberadaannya makam seluas 6,4 hektar tersebut kini jauh telihat lebih bersih.


Lho, ada apa dengan Peneleh? Ya, Peneleh itu bakal dijadikan kawasan pengembangan wisata berbasis sejarah (heritage). Boleh dibilang yang pertama di Kota Pahlawan.


Ide menjadikan kawasan wisata itu datang setelah melihat banyaknya kegiatan yang berlangsung di Peneleh. Dari diskusi, penelusuran, maupun jalan-jalan sejarah.


      

Sang suami memfilmkan istrinya di kamera tersembunyi, dan inilah yang dia lihat

Recommended by

Yang paling menonjol tentu keberadaan Perkumpulan Begandring Soerabaia. Komunitas sejarah dan budaya ini getol melakukan edukasi, advokasi, dan rekreasi yang mengundang banyak orang untuk datang ke Peneleh. Banyak sekolah, kampus, dan lembaga lain datang ke Peneleh.


Kunjungan wisatawan pun mengalir. Bukan dari Surabaya dan Jawa timur, tapi juga beberapa kota di Indonesia. Bahkan, tak sedikit wisatawan mancanegara yang hadir di sana.


Tingginya intensitas dari kegiatan tersebut rupanya mengundang perhatian banyak kalangan. Hingga, Pemerintah Kota Surabaya bersama Bank Indonesia sepakat menjadikan Peneleh dianggap layak dikembangkan untuk dijadikan kawasan wisata sejarah.


Kick off ditandai dengan digelarnya Festival Peneleh, 7-9 Juli 2023. Berbarengan dengan event Java Coffe Culture yang diselenggarkan di Tunjungan, lokasinya tak jauh dari Peneleh.


Menteri Pariwisata dan Ekonomi Kreatif Sandiaga Uno dan Menteri Koperasi dan Usaha Kecil dan Menengah Teten Masduki dijadwalkan hadir membuka Festival Peneleh. Gubernur Jatim Khofifah Indar Parawansa juga dijadwalkan hadir.


Ada banyak acara yang akan digelar di momen tersebut, ada teatrikal Soerabaja Tempoe Doeloe, Pasar Rakjat dan Layar Tanjap, Heritage Track, dan masih banyak lainnya.


Penetapan Peneleh menjadi wisata bersejarah bukan tanpa alasan. Pasalnya, Peneleh menjadi kawasan penting di Surabaya. Disebut banyak kalangan sebagai situs kebangsaan.


Kawasan ini menyimpan jejak sejarah panjang. Satu-satunya kawasan memiliki catatan sejarah empat masa, yakni Masa Majapahit, Masa Kolonial, Masa Pergerakan, dan Masa Kemerdekaan.


Di Peneleh ada Rumah HOS Tjokroaminoto. Rumah yang menjadi kos Bung Karno saat remaja. Disebut sebagai dapur nasionalisme. Rumah HOS Tjokroaminoto juga dipakai perteemuan para tokoh muda perintis kemerdekaan bangsa. Selain Soekarno ada Kartosoewirjo, Semaoen, Musso, dan Alimin. Rumah tersebut ditetapkan menjadi bangunan cagar budaya.


Rumah kelahiran Bung Karno juga ada di situ, di Pandean IV. Rumah tersebut telah disulap menjadi museum. Ini setelah rumah tersebut dibeli Pemerintah Kota Surabaya, tahun 2020. Juga telah ditetapkan menjadi bangunan cagar budaya bersejarah.


Di Kampung Peneleh juga ada Masjid Jami, masjid tertua peninggalan Sunan Ampel alias Raden Mohammad Ali Rahmatulloh. Masjid tersebut dibangun sekitar abad 18, 1430 Masehi. bangunannya masih asli. Masjid ini menjadi saksi serangan bom Belanda di era kolonial.


Masih ada lagu, Sumur Jobong. Lokasinya di Pandean I. Ditemukan pada saat ada proyek gorong-gorong, akhir Oktober 2018. Temuan Sumur Jobong menunjukkan bahwa kawasan Peneleh adalah kampung kuno yang sudah ada di era Majapahit, bahkan sebelum Majapahit.


Yang terakhir tentu Makam Belanda Peneleh. Tempat yang legendaris. Sejumlah makam yang masih relatif utuh. Tapi selebihnya sudah rusak. Ada badan makam yang telah berlubang, batu marmer nisan banyak yang hilang, dan lainnya.


Beberapa tokoh penting terkait perkembangan sejarah Surabaya dimakamkan di sini. Ada makam pejabat Dewan Hindia Belanda P.J.B. De Perez dan Gubernur Jendral Hindia Belanda Pieter Merkus.


Wakil Direktur Mahkamah Agung Hindia Belanda Pierre Jean Baptiste de Perez juga dimakamkan di Peneleh. Pun, Van Der Tuuk, seorang penerjemah dan ahli bahasa terkemuka masa itu.


Kawasan Peneleh sebelumnya dianggap kawasan "mati". Kawasan itu terlihat ramai pada pagi hingga sore. Sekira jam 5 sore. Di liuar jam itu tidak banyak kegiatan. Di sana ada beberapa usaha ekspedisi, hotel melati, percetakan, dan toko kelontong.


Tahun 2018, para pegiat sejarah Begandring Soerabaia mulai menyemarakkan aktivitas berbau sejarah di Peneleh. Mereka memperkenalkan banyak objek sejarah yang sangat penting diketahui untuk melihat perkembangan Kota Surabaya.


Lamat tapi pasti, Peneleh mulai "hidup". Banyak orang mulai datang, khususnya pada hari Sabtu dan Minggu. Makam Peneleh mulai banyak dikunjungi wisatawan. Pun dengan kampung-kampung di kawasan Peneleh.


Menjadikan Peneleh sebagai pengembangan kawasan wisata bukanlah pekerjaan ringan. Tantangannya cukup berat. Ada beberapa catatan yang musti dicermati.


Pertama, Peneleh bisa dibilang kawasan multikultural. Masyarakat yang hidup di sana berasal dari berbagai macam latar belakang. Itu sebabnya, menciptakan kerukunan, keguyuban, keakraban dan saling menghormati yang dijaga dan dirawat.


Jangan sampai suasana baru yang lahir dari kebijakan pengembangan kawasan wisata tersebut memicu ketegangan di tengah masyarakat. Untuk itu, pilihan untuk merangkul tokoh agama dan tokoh masyarakat disana menjadi sangat penting.


Kedua, pengembangan kawasan wisata sejarah ini harus memberikan dampak ekonomi yang siginifikan kepada masyarakat sekitar. Karena hal itu sangat diharapkan mayoritas masyarakat di sana.


Masyarakat harus diperankan secara aktif. Jangan cuma jadi penonton. Mereka tidak sekadar melihat hadirnya banyak orang di Peneleh, tapi juga bisa mendapatkan hasil dari aktivitas yang mulai padat di Peneleh.


Ketiga, untuk mendukung aktivitas pengembangan kawasan, warga juga harus mendapat edukasi dan transfer pengetahuan yang baik. Tidak bisa dibiarkan tanpa ada panduan dari pemegang kebijakan.


Jika urusan faktor keramahan mungkin tidak jadi masalah, namun menjadikan masyarakat lebih punya mentalitas berusaha, membuka dan menangkap peluang bisnis, dan lainnya itu bukan perkara mudah.


Keempat, untuk menyukseskan program ini harus ada pendampingan dari para stakeholder kota. Bukan hanya para bikrokrat, tapi juga akademisi, pengusaha, praktisi, pegiatan sejarah, dan lainnya.


Euforia masyarakat di Peneleh harus ditangkap sebagai energi baru. Maka, sudah selayaknya pemegang kebijakan bisa menyalurkan kepada hal-hal yang lebih kreatif dan produktif. Setidaknya untuk membangkitkan atmosfer di kawasan Peneleh.


Kelima, tugas yang lebih berat pasca launching pengembangan kawasan Peneleh adalah menjaga keberlanjutannya. Parameternya bukan sebulan atau dua bulan, tapi seterusnya.


Untuk itu, harus ada inovasi dan kerasi jika ingin bertahan dan berkembang. Jangan sampai Peneleh bernasib seperti Kya-Kya Kembang Jepun yang dalam perjalannnya cenderung meredup.


Peneleh punya banyak keunikan dan kelebihan. Bukti nyata, kawasan itu mampu mencuri perhatian banyak orang sebelum ditetapkan sebagai kawasan wisata sejarah.


Sekarang, kita tunggu, seperti apa jadinya Peneleh ke depan. (agus wahyudi)

Senin, 03 Juli 2023

Perjalanan di Kampus ?

PSPB (AWAL KULIAH)


Jurusan Sejarah IKIP PGRI Surabaya, di bawah naungan FPIPS (Sekarang STKIP Adhi Buana) merupakan awal berdirinya jurusan Sejarah. Fakultas yang paling lama adalah FIP dengan jurusan KTP, BP, PKn, dan Bahasa Indonesia sekitar tahun 1974 yang mengeluarkan ijazah Sarjana Muda (BA) setara dengan D3. 

Kampus berasal di Trunojoyo (SDN Dokter Sutomo V), kemudian berpindah ke Bintang Diponggo.

Saat ada jurusan Sejarah yaitu tahun 1984  kampus bergeser secara pelan-pelan ke Ngagel Dadi (dekat dengan Sumur Minyak).


Kehadiran Jurusan Sejarah ini untuk menjawab tantangan bahwa Sejarah meski ada dianggap kurang penting.

Mendikbud Prof. Dr. Nugroho Notosusanto memutuskan untuk membuka pelajaran baru yaitu PSPB.


Waktu itu, aku tidak ingin kuliah mengingat sudah menjadi guru PNS sejak 1982. Khawatir tidak dapat ijin dari Sekolah. Ternyata kuliahnya sore hari pukul 16.00.

Hingga akhirnya aku kuliah karena hobby. (Jadi tidak bermaksud mencari gelar).


Mulai dari tes yang jumlah soalnya 10  harus di jawab secara uraian dalam waktu 2 jam di bangku SDN yang tengahnya masih ada lobang tempat tinta.


Mulailah Kuliah di bulan Agustus 1984 yang sebelumnya didahului OSPEK Mahasiswa di Kampus Ngagel Dadi.


SAAT OSPEK


Berpakaian atas putih bawah gelap. Untuk yang perempuan pakai pita rafia warna warni. Pria pakai sabuk rafia warna warni.

Diberi buku untuk mencari nama dosen, teman, + ttd.


Hari ke lima yaitu Jumat mengumpulkan karya tulis atau makalah.


Aku memperoleh kalungan dari rafia yang diberi gandulan dari ketela pohon.


Meski kadang dibentak-bentak oleh Senior, terutama bila ada yang terlambat rasanya biasa saja termasuk yang bergurau saat Upacara di lapangan.


Semua diperlakukan sebagai Mahasiswa baru, walaupun ada diantara yang sudah berkeluarga, punya anak, atau sudah bekerja. 


Prof. Dr. Hudan Dardiri selaku rektor dan beberapa PR seperti Ali Basyar (memiliki anak yang menjadi penyanyi dengan lagu andalan, "Jadikan Aku Yang Kedua. Buatlah diriku bahagia...." yaitu Astrid Sartiasari).


 *Prasasti Cunggrang*


    Prasasti Cunggrang (juga ditulis Cungrang atau Cungkrang) merupakan prasasti peninggalan Kerajaan Medang yang berlokasi di Dusun Sukci, Desa Bulusari, Kecamatan Gempol, Kabupaten Pasuruan, di lereng timur laut Gunung Penanggungan (Pawitra). Menurut catatan penanggalan yang tertulis di situ, prasasti ini dibuat pada masa Mpu Sindok, raja pertama Kerajaan Medang periode Jawa Timur.


Siapa yang masih ingat perjalanan Wisata Sejarah tahun 1985 oleh HMJ Sejarah yang diketuai oleh Mulyono ?


Perjalanan ini dengan beaya Mandiri untuk Bus, sedang untuk Dosen Pembimbing dibantu oleh Kampus.

Ada Bendahara, Sekretaris, Sie Transportasi, Konsumsi, dll.

Selain satu bus, juga dibantu oleh mobil Kampus berlogo IKIP PGRI Surabaya sebagai sarana promosi di luar kampus dengan driver pak Sudarso.


Untuk menentukan nilai nominal bagi peserta yang akan ikut, cukup alot.


Setelah disepakati maka sebagian peserta yaitu Mahasiswa Sejarah 1984 ikut.

Sekitar 50 an peserta.


Selain itu acara berlanjut ke Candi Jago di Tumpang Malang. Pulang ke Candi Singasari dan 2 Dwarapala. Acara berlanjut ke Pasar Lawang untuk belanja-belanja.


Kegiatan ini memicu rasa iri atau pingin dari Jurusan lain yang sudah ada dan lebih tua dari HMJ SEJARAH IKIP PGRI 1984.


PPL


Praktik mengajar selama 3 bulan di beberapa SMP dan SMA di kota Surabaya, khususnya sekolah di naungan YPLP  PGRI.


Aku, Mulyono, Alm. Lukitohadi dan beberapa teman PPL di SMP PGRI 33, Jalan Demak No. 2.

Jika pagi ditempati SDN Tembok Dukuh IV/86 Surabaya.

Sedang SMP PGRI 33 sudah berhenti beroperasi.


Kegiatan PPL berlangsung tahun 1987.

Tidak hanya praktik mengajar tapi diminta untuk melatih siswa dari segi ilmu dan ketrampilan yaitu Teater, Tari, Puisi, Pantomim, dll.


Teman-teman PPL di mana ?


 *KKL Horor berakhir Happy*


Istilah popular lainnya selain KKL adalah KKN yang merujuk pada Kuliah Kerja Nyata. Jika KKL menyasar pada pemilik usaha atau lembaga pendidikan yang prospektif sebagai tempat kerja masa depan bagi mahasiswa, KKN merupakan bentuk pengabdian kepada masyarakat yang dilakukan oleh mahasiswa secara interdisipliner.


Tahun 1987, IKIP PGRI SURABAYA juga meminta Mahasiswa untuk melakukan KKL usai PPL.

Beberapa perwakilan Mahasiswa berbagai jurusan mengajukan proposal ke berbagai sekolah di Wilayah Gresik.


Jurusan Sejarah mendapatkan pilihan satu sekolah Negeri yaitu SMPN Sedayu Gresik dan SMP (Tsanawiyah) Kanjeng Sepuh Sedayu Gresik.


Permohonan Proposal disetujui langsung ketika menemui Kepala Sekolah masing-masing. 


Mulailah pelaksanaan KKL.

Saat pelaksanaan membagi angket ada salah satu jurusan lain di luar sejarah menginginkan membagi angket di kelas terlebih dahulu, padahal jadwal awal oleh Jurusan Sejarah.


Singkat cerita, Ketua Jurusan tersebut melapor pada Dekan FPIPS Drs. KP dan mengadukan bahwa,"Rudy menghalangi pelaksanaan KKL."


Tanpa konfirmasi terlebih dahulu ke Ketua KKL Jurusan Sejarah dan Kajur Ibu Benidictus Budiyanto di saat Pertemuan di Alun-alun Sedayu Gresik yang dihadiri oleh Perangkat Desa dan Kecamatan, pak Dekan memaki-maki dengan bahasa kasar dan kotor di acara tersebut.


Suasana saat itu mencekam bahkan saya yang merasa dimaki-maki merasa tenang dan tidak dapat membela diri.

Bahkan saat akan membela diri, diingatkan oleh Ibu Budi dan Bp. Wiryoto untuk tetap diam dan tidak melawan.


Suasana mencekam pun semakin tegang seperti horor.


Saat sesi tanya jawab, saya malah yang bertanya paling awal mengenai KKL, tanpa menyinggung kemarahan Pimpinan tersebut.


"Apakah boleh mengadakan KKL untuk dua sekolah yang berbeda Negeri dan Tsanawiyah ?", tanyaku.


Semua bernafas dalam menunggu cemas jawaban pak Dekan.


Satu kata, "Boleh !"


Inilah pengalaman pertama dan terakhir dimaki-maki di Alun-alun Sedayu Gresik tanpa dapat membela diri.


Usai perhelatan KKL, saya beranikan diri menghadap pak Dekan yang temperamental dan mudah terima aduan tanpa di cek di Ruang Dekan Kampus Ngagel Dadi.


Satu kata, "Minta maaf !" sembari menyampaikan kronologi kejadian yang sebenarnya.


Hikmahnya, dua bulan kemudian ada utusan dari Kampus untuk datang ke rumah dan memberikan beasiswa Supersemar tanpa prosedur. Katanya, saya direkomendasikan oleh Kampus. Nilai Beasiswa saat itu Rp 25.000,00 per bulan selama satu tahun atau dua semester yaitu semester VII dan VIII.


Apakah temanku ada yang ingat kejadian tersebut ?

Lagu nasional

  Lagu nasional Tanah Airku Tanah air ku tidak kulupakan Kan terkenang selama hidupku Biarpun saya pergi jauh Tidak kan hilang dari kalbu Ta...