Minggu, 03 Agustus 2025

Campuran Awal Agt 2025

 [4/8 01.14] rudysugengp@gmail.com: Selvanus, seorang anggota Kopassus yang ditugaskan untuk menyergap markas OPM di pedalaman Papua, mengalami kejadian mistis saat tersesat di hutan belantara. Misi ini mengharuskannya bersama sembilan prajurit lainnya dari Batalyon 752 Sorong untuk menempuh perjalanan darat selama enam hari dari Timika. Meskipun medan yang mereka lalui berat, mulai dari hutan lebat hingga hujan deras yang tak henti-hentinya, misi awal berjalan sesuai rencana. Namun, di hari kelima, tantangan besar muncul saat mereka harus menyeberangi sungai berarus deras. Formasi darurat pun dibentuk, dan lima prajurit berhasil menyeberang dengan selamat. Namun, ketika prajurit keenam terseret arus, Selvanus tanpa ragu melompat untuk menyelamatkannya. Sayangnya, ia sendiri terbawa derasnya sungai dan terpisah jauh dari kesatuannya.


Setelah berhasil menepi, Selvanus mendapati dirinya sendirian di tengah belantara Papua, pada ketinggian 4.000 meter di atas permukaan laut. Dengan harapan anak buahnya selamat, ia berusaha mencari mereka, tetapi pencarian selama dua hari tidak membuahkan hasil. Ia mulai tersesat dan kehilangan arah di tengah rimbunnya hutan, tanpa perbekalan atau perlengkapan komunikasi. Selama 11 hari ia bertahan hidup dengan mengandalkan keterampilan survival yang diperoleh dari pelatihan Kopassus, seperti mengenali tumbuhan liar yang aman dikonsumsi serta mencari sumber air dari embun. Namun, memasuki hari keenam, ia mulai mengalami kejadian aneh. Selvanus merasa ada ‘makhluk’ yang mengawasinya dan bahkan menemani perjalanannya. Ia melihat perkampungan kecil yang tampak nyata, lengkap dengan warga yang beraktivitas. Bahkan, tiga sosok misterius hadir dan tampak merawatnya memijat tubuhnya yang lemah dan bahkan berbagi rokok dengannya. Namun, ketika ia mencoba mendekati perkampungan tersebut, semuanya lenyap begitu saja.


Pada hari ke-11, tim pencari akhirnya menemukan Selvanus dalam kondisi yang mengenaskan—tubuhnya kurus kering, matanya berputar, dan kaki serta tangannya bengkak akibat tertusuk kayu dan duri tajam. Ia segera dievakuasi untuk mendapatkan perawatan medis. Anehnya, meskipun fisiknya sangat lemah, dokter tidak menemukan tanda-tanda infeksi cacing tambang atau malaria, sesuatu yang hampir mustahil bagi seseorang yang bertahan di hutan Papua selama itu tanpa perlindungan. Selvanus selamat, tetapi misteri tentang siapa yang menemaninya selama ia tersesat tetap tak terpecahkan. Hingga kini, kisahnya menjadi salah satu cerita mistis paling terkenal di kalangan pasukan elite Indonesia.


#kopasus #history @penggemar berat

[4/8 01.23] rudysugengp@gmail.com: Kisah Pilu Cut Nyak Dien - Ratu Aceh yang Makamnya Baru Ditemukan 50 Tahun Setelah Gugur‼️


Cut Nyak Dien lahir pada tahun 1848 di Aceh dari keluarga bangsawan yang taat beragama. Ayahnya, Teuku Nanta Seutia, adalah seorang uleebalang VI Mukim dan masih memiliki garis keturunan dari Sultan Aceh.


Pada tahun 1862, Cut Nyak Dien menikah dengan Teuku Ibrahim Lamnga dan dikaruniai seorang putra. Namun, kehidupan bahagia itu terusik ketika Perang Aceh meletus pada tahun 1873. Ia bersama suaminya turun langsung ke medan perang melawan Belanda yang bersenjata lengkap.


Setelah suaminya, Teuku Ibrahim, gugur dalam pertempuran di Sela Glee Tarun, Cut Nyak Dien tidak mundur. Ia justru semakin bersemangat meneruskan perjuangan. Dalam upacara pemakaman suaminya, ia bertemu Teuku Umar, yang kemudian menjadi suami sekaligus rekan seperjuangan.


Bersama Teuku Umar, Cut Nyak Dien membangun kekuatan baru dan berhasil menghancurkan beberapa markas Belanda. Dari pernikahan ini, mereka dikaruniai seorang putri, Cut Gambang, yang kelak menikah dengan putra pejuang Teuku Cik Di Tiro.


Namun, perjuangan penuh pengorbanan ini diwarnai duka. Anak dan menantu Cut Nyak Dien gugur di medan perang. Pada 11 Februari 1899, Teuku Umar juga gugur. Meski kembali kehilangan, Cut Nyak Dien tetap meneruskan perlawanan, meski kondisi fisik dan pasukannya semakin lemah.


Tekanan Belanda semakin keras. Cut Nyak Dien yang mulai tua dan sakit-sakitan tetap menolak menyerah. Panglima Laot Ali, yang kasihan melihat keadaannya, sempat mengusulkan menyerah, namun Cut Nyak Dien dengan tegas menolaknya.


Akhirnya, Cut Nyak Dien berhasil ditangkap oleh pasukan Belanda di bawah komando Letnan van Vurren. Untuk menghindari pengaruhnya di Aceh, ia diasingkan ke Sumedang, Jawa Barat. Di pengasingan, meski mengalami gangguan penglihatan dan usia yang renta, ia tetap aktif mengajar agama, tanpa pernah mengungkapkan identitasnya.


Cut Nyak Dien wafat pada 6 November 1908 dan dimakamkan di Sumedang. Makamnya baru ditemukan pada tahun 1960, setelah Pemerintah Daerah Aceh melakukan penelusuran.


Perjuangan dan keteguhan Cut Nyak Dien bahkan membuat seorang penulis dan sejarawan Belanda, Ny. Szekly Lulof, menjulukinya sebagai "Ratu Aceh."

[4/8 11.01] rudysugengp@gmail.com: Somba Opu mulai dibangun oleh Daeng Matanre Tumapa’risi’ Kallonna, Somba Gowa pada awal abad ke-16 (salah satu sumber menyebutnya dibangun tahun 1525). Benteng itu dibangun Daeng Matanre untuk membuat inovasi yang kelak mengubah nasib Gowa hingga ke tingkat yang tidak pernah ia bayangkan. Ia mengubah kerajaannya dari sebuah federasi kecil di pedalaman menjadi sebuah kekuatan dagang, dan pembangunan Somba Opu adalah salah satu tonggaknya. Perdagangan pun merebak. Para arkeologis menemukan bahwa keramik-keramik dari Cina, Vietnam dan Thailand, sudah tiba di benteng itu pada masa itu.


Saat itu Malaka sedang surut setelah takluk di tangan Portugis pada tahun 1511. Eksodusnya sudah ada yang tiba di Suppa, Siang dan Sawitto, sebagaimana dicatat seorang pengelana Portugis; perdagangan laut pun mengalami intensitas lebih tinggi. Kemungkinan sang Somba melihatnya sebagai peluang emas. Bisa juga, ini terjadi secara nyaris bersamaan, dan secara tidak sengaja membuat posisi Makassar menjadi penting.


Namun apa pun yang sebenarnya terjadi, benteng Somba Opu berperan besar sebagai pos dagang baru di kawasan Timur Indonesia. Tanpa pembangunan benteng ini, Gowa tetap akan menjadi federasi kecil di pedalaman dalam waktu yang lama. Lambat laun perkembangan masih terus berlanjut. Saat itu, seorang pengelana Portugis mengatakan, “daerah yang disebut Makassar itu sangatlah kecil.”


Lalu penerusnya, Tunipallangga, yang naik tahta sekitar tahun 1546 melakukan lebih banyak inovasi. Ia memperkuat dinding benteng dengan batu bata buatan sendiri dan melengkapinya dengan meriam. Somba ini juga yang membawa para ahli dagang Melayu dari Bacukiki dan menciptakan jabatan-jabatan baru seperti Syahbandar untuk urusan dagang dengan pihak luar dan Tumailalang untuk urusan dalam negeri. Ia juga melebur emas dengan logam lain, membuat peluru, dan membuat aturan penimbangan dan volume baku.


Sejak saat itu, dengan tambahan pengalaman dan jaringan dagang internasional orang Melayu, benteng Somba Opu mulai dikenal sebagai kekuatan dagang di Timur nusantara pasca jatuhnya Malaka.


Pada masa pemerintahan Sultan Alauddin, masa jaya kerajaan Gowa, dinding benteng direnovasi dua kali, yakni tahun 1620 dan 1631-1632, dengan menggunakan inovasi arsitektur benteng terbaru, memanfaatkan ilmu baru yang datang. Pintu gerbang dibuat, dengan dihiasi dengan batu gunung besar yang dibentuk berukuran besar.


Sementara itu, keseluruhan dinding benteng dibangun dengan tiga lapisan. Dinding bertebal sekitar tiga hingga empat meter ini dibuat dengan tiga lapisan luar batu bata padat. Dengan cara ini, Gowa bisa mencegah musuh untuk menggali celah di benteng untuk dijadikan pijakan memanjat dinding benteng yang tingginya kira-kira tujuh meter.

[4/8 12.32] rudysugengp@gmail.com: RADEN AYU YUDOKUSUMO

Komandan senior Kavaleri Mancanegara Timur


Salah satu tokoh yang disebutkan dalam konteks umum Perang Jawa (yang juga terkait dengan perjuangan Sosrodilogo) adalah RA Yudokusumo. Ia diangkat menjadi komandan kavaleri senior di mancanegara timur dan disebutkan bergabung dengan pemberontakan Raden Sosrodilogo pada 1827-1828. Ini menunjukkan bahwa RA Yudokusumo adalah salah satu rekan seperjuangan yang penting bagi Sosrodilogo. yang paling jelas disebutkan sebagai rekan seperjuangan spesifik Sosrodilogo dalam periode 1827-1828 adalah RA Yudokusumo.


Selain itu, perlu diingat bahwa Pangeran Diponegoro sendiri adalah pemimpin tertinggi dari perlawanan ini, dan sebagai ipar Pangeran Diponegoro, Sosrodilogo adalah salah satu orang kepercayaannya. Perjuangan Pangeran Diponegoro didukung oleh berbagai tokoh lain seperti Kyai Mojo (pemimpin spiritual), serta koordinasi dengan I.S.K.S. Pakubuwana VI dan Raden Tumenggung Prawirodigdoyo Bupati Gagatan. Meskipun nama-nama ini tidak secara langsung disebutkan sebagai "sahabat" Sosrodilogo dalam konteks pertempuran spesifik di Rajekwesi, mereka adalah bagian dari jaringan perlawanan yang lebih besar yang melibatkan Sosrodilogo.


Raden Ayu (RA) Yudokusumo adalah salah satu sosok perempuan panglima yang sangat menonjol dalam Perang Diponegoro (1825-1830). Beliau dikenal karena kecerdasan dan keberaniannya dalam memimpin pasukan, bahkan digambarkan memiliki kecerdikan siasat yang melebihi laki-laki oleh pihak Belanda.


RIWAYAT SINGKAT RA.YUDOKUSUMO


 * Asal-usul dan Keluarga: RA Yudokusumo adalah putri dari Sultan Hamengkubuwono I dan istri dari bupati Grobogan-Wirosari, Raden Tumenggung Wirosari. 


 * Kepribadian dan Kecakapan: Beliau memiliki kepribadian yang keras dan tanggap dalam mengambil keputusan. Kecerdasannya yang tinggi dan kecerdikan siasatnya sangat diwaspadai oleh Belanda. Bahkan, ia disebutkan seringkali harus mengurus sendiri keperluan terkait perpindahannya karena suaminya, Raden Tumenggung Wirosari, kurang tanggap atau peduli. Setelah perjanjian Giyanti, dia sempat menolak untuk pindah dari daerah Grobogan-Wirosari karena penolakan rakyat saat Inggris ingin mencaplok tanah. Tetapi, dia akhirnya harus pindah ketika diperintah oleh Sultan Hamengkubuwono II.


Perjuangan Raden Ayu memunculkan semangat kaum perempuan lain mengangkat senjata, para perempuan lain di desa-desa sekitar Yogyakarta juga dilaporkan menyiapkan bubuk mesiu. Bahkan perempuan-perempuan ini juga turun ke medan perang dengan mengenakan seragam tempur seperti halnya kaum pria.


 * Peran dalam Perang Mancanegara Timur :

Menjadi tokoh utama dalam Penyerangan Komunitas Tionghoa di Ngawi (17 September 1825): RA Yudokusumo adalah tokoh di balik penyerangan terhadap komunitas Tionghoa di Ngawi dari pusat pertahanannya di Muneng, kabupaten suaminya di timur kali Madiun. Aksi ini membuatnya mendapatkan gelar pejuang yang garang, seorang perempuan cerdas namun sangat menakutkan bagi Belanda.


  * Komandan Kavaleri Senior: Selama Perang Diponegoro, RA Yudokusumo diangkat menjadi komandan kavaleri senior di mancanegara timur.


BERGABUNG DENGAN RADEN SOSRODILOGO (1827-1828)


Seperti yang telah disebutkan sebelumnya, ia bergabung dengan pertempuran Raden Sosrodilogo di Jipang-Rajekwesi (sekarang Bojonegoro) pada November 1827 hingga Maret 1828. Hal ini menunjukkan koordinasi strategis antara kedua tokoh pejuang ini. Pergerakan yang mencakup kawasan yang luas dari Tuban, Rajekwesi, Padangan, Cepu , Blora, Rembang , Lasem dan Ngawi 

Kehadiran RA Yudokusumo mampu mengangkat semangat pasukan wanita di mancanegara Timur. Pertempuran besar pun terjadi di Ploentoeran - ( Cepu-Padangan) dengan masing masing menggunakan senjata Alteleri dan pasukan kavaleri dan mengeluarkan pasukan besar-besaran, bersama Raden Sosrodilogo di wilayah Padangan - Cepu. Perang Ploentoeran akhirnya kalah, pasukan Raden Sosrodilogo dan RA Yudokusumo menyebar menyelamatkan diri. Dan kelompok kecil pasukannya akhirnya terpojok di daerah Ngawi 


Ketika akhirnya menyerah kepada Belanda pada Oktober 1828 di Ngawi, Raden Tumenggung Sosrodilogo dibawa ke Keraton Yogyakarta, dan demikian juga RA Yudakusuma dan beberapa keluarga serta pasukannya yang tersisa. Cerita menarik dalam akhir episode, RA Yudokusumo bersama sisa keluarganya mencukur habis rambutnya. Tindakan ini dicatat sebagai tanda dedikasinya atas perang sabil melawan Belanda dan orang Jawa murtad.


SRIKANDI DIPONEGORO


RA Yudokusumo adalah salah satu dari sedikit perempuan yang memegang peranan penting sebagai panglima dalam Perang Diponegoro, bersama dengan Nyi Ageng Serang. Keberanian dan kepemimpinannya menjadi inspirasi dalam sejarah perjuangan bangsa Indonesia.


Sejarah perjuangan RA Yudokusumo banyak bersumber dari catatan-catatan Belanda (arsip kolonial) dan babad (kronik Jawa) yang disusun pada masa Perang Diponegoro atau setelahnya. Sejarawan modern, khususnya yang fokus pada Perang Diponegoro, telah mengolah dan menganalisis sumber-sumber ini untuk merekonstruksi peran RA Yudokusumo.


SUMBER SEJARAH 


Berikut adalah beberapa jenis sumber berita dan literatur yang kemungkinan besar menjadi acuan dalam menyusun riwayat perjuangan RA Yudokusumo:

   * Arsip Kolonial Belanda:

   * Laporan-laporan militer Belanda: Dokumen-dokumen ini seringkali mencatat pergerakan pasukan Diponegoro, termasuk komandan-komandan mereka. Keberanian dan kecerdasan RA Yudokusumo yang bahkan diakui oleh pihak Belanda (misalnya, digambarkan memiliki kecerdikan siasat melebihi laki-laki) menunjukkan bahwa ia merupakan target yang diawasi ketat dan sering disebutkan dalam laporan-laporan intelijen Belanda.

   * Korespondensi pejabat kolonial: Surat-menyurat antara para residen, gubernur jenderal, dan komandan militer Belanda seringkali berisi informasi tentang tokoh-tokoh penting perlawanan.

 * Babad Diponegoro:

 Ini adalah otobiografi Pangeran Diponegoro yang ditulis sendiri selama pengasingannya di Manado. Babad ini merupakan sumber primer yang sangat kaya tentang Perang Diponegoro dan bisa jadi menyebutkan peran serta tokoh-tokoh penting di dalamnya, termasuk RA Yudokusumo sebagai salah satu panglima.

   * Babad lainnya, seperti Babad Tanah Jawi atau babad-babad lokal yang berkaitan dengan wilayah Grobogan-Wirosari atau Jipang-Rajekwesi, juga mungkin memuat informasi tentang beliau.

   * Peter Carey: Salah satu sejarawan terkemuka yang banyak meneliti Perang Diponegoro. Karyanya seperti Kuasa Ramalan: Pangeran Diponegoro dan Akhir Tatanan Lama di Jawa, 1785-1855 dan Asal Usul Perang Jawa sangat mungkin menjadi sumber utama. Carey dikenal karena analisisnya yang mendalam terhadap sumber-sumber Jawa dan Belanda.


Semoga bermanfaat


Sumber: 

Sudah kami sertakan dalam artikel

Foto cover : 

Adalah ilustrasi, mengingat tidak ada dokumentasi tentang RA Yudokusumo


Pemerhati sejarah dan budaya

Temmy Wirawan Suryo Diwongso

[4/8 12.36] rudysugengp@gmail.com: Penjelasan Om Karno yang membuat Rahmi yakin mau jadi istri Bung Hatta


Tiga bulan setelah kemerdekaan, Bung Karno datang ke kediaman Ny. Rachim. Kali ini bersama sahabat karibnya, dokter Soeharto. Di rumah itu, Soekarno langsung mengutarakan niat kedatangan.


"Begini, saya mau melamar," kata Bung Karno.


Ny. Rachim balik bertanya, "Melamar siapa?" Ny. Rachmi bingung mendengar jawaban Bung Karno yang ingin melamar Rahmi.


Spontan dia bertanya, "Untuk siapa?"


Dengan tegas Soekarno menjawab, "Untuk teman saya, Hatta."


Suasana menjadi hening. Meski Soekarno dan Hatta bukan orang baru bagi keluarga Ny. Rachim, tetap saja lamaran itu membikin kaget.


Ny. Rachim tak serta merta menerima lamaran itu. Berhubung usia Rahmi sudah 19 tahun dan dianggap sudah dewasa, Ny. Rachim akan menyerahkan jawaban itu ke anaknya. Perbedaan usia Hatta dan Rahim yang terpaut 24 tahun memang menjadi pertimbangan Ny Rachim.


Ketika itu Hatta sudah berusia 43 tahun.


Ketika Ny. Rachim memberitahukan maksud kedatangan Bung Karno ke Yuke–nama panggilan Rahmi--sang anak kaget. "Buat saya? Mahasiswa sinting mana yang mau melamar saya?" ujarnya.


Dengan hati-hati Ny. Rachim menjelaskan, "Ini bukan mahasiswa! Dia orang baik, Mohammad Hatta!"


Saat Ny. Rachim berbicara dengan Yuke, adik Rahmi, Raharty, menyeletuk, "Jangan mau, Yuk, orangnya sudah tua." Yuke tampak ragu-ragu. Dia takut ketika diajak ke hadapan Om Karno (saking dekatnya, anak-anak Ny. Rachim memanggil Bung Karno dan Bung Hatta dengan Om Karno dan Om Hatta).


Saat itu, Yuke hanya bisa bilang, "Om, saya takut."


Mendengar ketakutan Rahmi, Soekarno tersenyum. "Kamu takut apa? Jangan takut, Hatta itu orang baik, dia pemimpin yang baik, dia juga sahabat saya yang baik."


Penjelasan Om Karno membuat Yuke mengerti dan menerima lamaran tersebut. Selain itu, Yuke menilai Om Hatta sebagai orang pintar yang menjalankan syariat agama dengan baik.


Pada 18 November 1945, Hatta menikahi Rahmi di sebuah vila di Megamendung, Bogor. Bung Karno sebagai saksi. Mas kawinnya unik. Hatta memberikan buku filsafat yang ditulisnya semasa di Digul, judulnya Alam Pikiran Yunani.


Baca artikel selengkapnya di sini https://intisari.grid.id/read/034187301/kisah-asmara-bung-hatta-bersumpah-tak-menikah-sebelum-indonesia-merdeka


#bunghatta #rahmihatta #bungkarno

[4/8 12.38] rudysugengp@gmail.com: Homo erectus di Jawa: Fosil Berusia 140.000 Tahun Ditemukan di Lembah Sungai yang Terendam


Penemuan terbaru di perairan timur laut Jawa, di Selat Madura, memberikan wawasan yang sebelumnya tak terbayangkan tentang kehidupan Homo erectus pada akhir Masa Pleistosen Tengah. Para peneliti mengeruk dasar laut dan menemukan lebih dari 6.000 sisa fosil, termasuk dua fragmen tengkorak yang telah diidentifikasi sebagai Homo erectus—untuk pertama kalinya fosil seperti ini ditemukan di dataran rendah kuno Sundaland yang kini terendam laut...


Informasi lebih lanjut: https://archaeologymag.com/2025/05/homo-erectus-in-java-140000-year-old-fossils/


#arkeologi #fosil #pleistosen #antropologi #homoerectus

[4/8 12.40] rudysugengp@gmail.com: Ada seekor kucing di luar sana yang beratnya 922 pon dan tidak pernah berhenti tumbuh.


Tidak, ini bukan mitos atau monster CG. Ini adalah LIGER kehidupan nyata. Setengah singa, setengah harimau, dan seratus persen “Apakah itu di Taman Jurassic? "


Liger adalah kucing terbesar di dunia. Seperti, dua kali ukuran ibu harimau dan ayah singa mereka. Mengapa? Karena kesalahan genetik kecil aneh yang disebut displasia pertumbuhan. Pada dasarnya, liger tidak pernah mendapatkan memo untuk berhenti tumbuh. Tubuh mereka terus menjadi lebih besar dan lebih besar seperti mereka terjebak dalam mode remaja permanen.


Ini dia bagian sains yang akan membuat otak Anda melakukan sesuatu yang sulit. Singa memiliki gen yang memicu pertumbuhan, tetapi singa betina memiliki gen yang menutupnya. Harimau adalah sebaliknya. Jadi ketika ayah singa dan ibu harimau memiliki bayi, tidak ada orang tua yang menyediakan gen "berhenti tumbuh". Dan boom kau mendapatkan liger yang terus mengembang seperti balon berotot.


Yang terbesar dalam catatan? Hercules. Ya, itu nama aslinya. Dia tinggal di AS dan berat 922 pound. Itu lebih berat dari piano besar. Panjangnya lebih dari 10 kaki dan makan lebih dari 20 pon daging dalam satu kali makan.


Fakta menyenangkan: Harimau juga suka berenang seperti harimau dan sosial seperti singa. Jadi pada dasarnya mereka adalah yang terbaik dan teraneh dari kedua dunia.


Tapi mereka tidak ada di alam liar. Liger hanya lahir di kurungan, karena singa dan harimau hidup di benua yang sama sekali berbeda dan tidak akan pernah menggesek satu sama lain di alam.


Takeaway: Jika Anda pikir Garfield adalah kucing besar, tunggu sampai Anda bertemu seekor liger. Jangan mencoba memeluknya.


Sumber Our Animals world, IDN times


#DPU_FYI

[4/8 12.41] rudysugengp@gmail.com: Berdiri di tengah Kota Bandung, Gedung Yayasan Persatuan Perguruan Tamansiswa Cabang Bandung tampak masih kokoh, meski catnya mulai mengelupas. Jendela-jendelanya tampak berdebu, dan pagar sekolah berderit setiap kali dibuka-tutup. 


Tak terdengar suara riuh tawa siswa. Tak terlihat barisan anak-anak berseragam. Hanya satu siswa yang kini masih setia menimba ilmu di sana.


Suasana pagi pada Jumat (25/7/2025), di sekolah ini begitu sunyi. Tidak ada derap langkah kaki menuju kelas, tidak ada kerumuman siswa di kantin atau berolahraga di halaman sekolah.


Di halaman depan, lapangan sepak bola dan lapangan basket yang dibiarkan begitu saja, garis-garis lapangan pun sudah memudar termakan waktu.


Yayasan Persatuan Perguruan Tamansiswa Cabang Bandung di Jalan Talaga Bodas, Kota Bandung, memiliki tiga gedung untuk SMP, SMK dan SMA. 


Pada tahun ajaran 2025/2026, SMK Tamansiswa tak mendapat siswa baru sama sekali. Jenjang SMP relatif lebih baik dengan enam siswa baru. 


Di tengah kesunyian itu, Nadif Alfarizi (16) menjadi satu-satunya siswa baru SMA Tamansiswa yang bertahan.


Bersama seorang guru, mereka melanjutkan proses belajar. Tak ada teman sebaya untuk berdiskusi, tak ada keramaian istirahat di kantin, tapi semangat belajarnya tak luntur.


"Sudah seminggu belajar, sendiri saja di kelas. Paling mainnya sama kakak tingkat. Jadi pada kenal," ujar Nadif, Jumat.


Bagi Nadif, belajar seorang diri tidak membuatnya kecil hati. Justru, Nadif lebih berani bertanya ketika ada pelajaran yang tidak dimengerti.


"Kalau belajar lebih fokus, lebih nyaman, kalau kurang ngerti tinggal nanya saja enggak malu. Kalau banyak mah suka malu sama teman-teman," katanya.


Nadif merupakan lulusan SMP 31 Bandung. Sebelum mendaftar ke Taman Siswa, dia sempat mencoba daftar jalur prestasi ke SMA 16, 12, 25, dan 27 Bandung.


 

"Kalau tinggal, daerah Kiaracondong. Memang pilihan saya, karena ini sekolah para atlet juga, saya ingin jadi atlet," katanya. 


Pada awal masuk, Nadif mengaku sempat memiliki teman sekelas. Tapi, teman-temannya memilih pindah ke sekolah lain.


"Baru tahu pas masuk. Waktu daftar setahu saya ada tujuh. Orang tua nawarin mau pindah enggak. Katanya, 'Sanggup tidak sendirian?', tapi saya enggak mau pindah," ucapnya.


Motivasi Nadif tetap bertahan di Taman Siswa adalah karena sekolah tersebut banyak melahirkan para atlet, seperti mantan pebulu tangkis Taufik Hidayat, eks pemain Persib Bandung, Atep dan Eka Ramdani.


"Saya di bidang bela diri, tarung derajat. Dari SD sudah ikut tarung derajat. Sekarang lagi persiapan BK Porda sama Popda, ikut kontingen Kota Cimahi. Alhamdulillah lolos untuk BK Porda itu, sekarang masuk seleksi tim," ucapnya. 😔


Sumber Tribunnews

[4/8 12.43] rudysugengp@gmail.com: Cakraningrat IV, Pemimpin Madura yang Anti Mataram dan Dikhianati VOC

Setelah era Raden Trunojoyo yang meninggal pada tahun 1680, terdapat satu tokoh asal Madura yang sangat kuat dan mewarnai sejarah Mataram. Dia adalah pemimpin Madura Barat, Panembahan Cakraningrat IV.


Berbeda dengan Trunojoyo yang menyerang dan membakar Keraton Mataram di Plered pada masa Amangkurat I, Cakraningrat benar-benar anti-Mataram. Cakraningrat IV menolak menjadi pembela Mataram dan memilih beraliansi dengan VOC.

Nahasnya, setelah beberapa kali membantu peperangan VOC, Cakraningrat IV justru dikhianati dan meninggal pada pembuangan.


* Kisah Hidup Cakraningrat IV

Cakraningrat IV merupakan Adipati Madura Barat yang berkuasa pada tahun 1716 hingga 1746. Wilayahnya merupakan bagian dari wilayah kekuasaan Mataram sejak Sultan Agung. Semasa hidup, Cakraningrat IV sendiri mengalami dua kepemimpinan raja Mataram, yakni Amangkurat IV dan Pakubuwono II.


Tak seperti para pendahulunya, Cakraningrat IV sejak awal menunjukkan keengganan untuk tunduk pada Mataram dan selalu berusaha melepaskan diri. Bahkan, Cakraningrat IV menolak sowan ke Mataram pada masa pemerintahan Amangkurat IV.


Cakraningrat IV secara pribadi memang membenci Raja Mataram Amangkurat IV (1719-1726). Bahkan, ia juga mengajukan permohonan kepada VOC agar menjadi fasal secara langsung tanpa harus tunduk pada Mataram. Namun, permintaan tersebut ditolak oleh VOC. Setelah Amangkurat IV wafat pada tahun 1726 dan digantikan putranya, Pakubuwono II, hubungan Cakraningrat dengan Mataram mulai membaik, Cakraningrat IV pun menikahi putri Pakubuwono I, yakni Raden Ayu Lengis. Meski demikian, ia masih selalu menunjukkan keinginannya lepas dari Mataram dan memperluas kekuasaannya di Jawa Timur.


* Awal Mula Cakraningrat IV Dikhianati VOC

Selama memerintah, Cakraningrat IV berusaha memperluas wilayah kekuasaannya hingga mencakup seluruh Madura dan Jawa Timur. Untuk mencapai tujuannya tersebut, Cakraningrat IV berganti-ganti aliansi dengan Mataram dan VOC.

Pada akhir tahun 1730-an, kekuasaan Cakraningrat IV di Jawa Timur meningkat dan mengancam kedudukan orang Bali di daerah Blambangan. Cakraningrat IV pada akhirnya berhasil menumpas serangan Bali dengan dibantu oleh VOC. Dari peristiwa inilah hubungan Cakraningrat IV dengan VOC mulai dekat.


Kedekatan Cakraningrat IV dengan VOC pun berlanjut hingga pecahnya peristiwa Geger Pecinan yang dimulai di Batavia pada 9 Oktober 1740 dan merembet ke Jawa Tengah dan Jawa Timur. Pada saat itu, VOC kewalahan untuk menghalau serangan pasukan gabungan Pakubuwono II dan pasukan Tionghoa. Karena itu, VOC meminta bantuan Cakraningrat IV.

Saking enggannya tunduk pada Mataram, Cakraningrat IV bersedia membantu VOC memerangi Pakubuwono II dan pasukan gabungan Jawa-Tionghoa tetapi dengan syarat mendapatkan wilayah Jawa Timur dengan batas Gunung Lawu. Syarat itu disetujui oleh VOC


Cakraningrat IV memimpin pasukan Madura menumpas para pemberontak Tionghoa di Jawa Timur. Cakraningrat IV berhasil merebut kota-kota penting, seperti Surabaya, Gresik, Tuban, dan Lamongan. 

Selain itu, dengan bantuan Cakraningrat IV, VOC berhasil mematahkan pengepungan Semarang yang dilakukan oleh para pemberontak Tionghoa pada 1741.


Singkat cerita, pasukan VOC dan Cakraningrat berhasil menumpas pasukan gabungan Pakubuwono II. Kekalahan itu membuat Pakubuwono II kembali mendukung VOC.

Hal itu menimbulkan kekecewaan pada para pasukan gabungan Jawa-Tionghoa. Akhirnya pasukan pemberontak itu mengangkat Mas Garendi, cucu Amangkurat III menjadi raja di wilayah Pati dan menjadi simbol perlawanan.


Mereka berhasil menyerang Pakubuwono II dan mengambil alih Keraton Kartasura. Kejadian itulah yang membuat Pakubuwono II meminta bantuan VOC dan Cakraningrat IV. Pembesar Madura itu bersedia membantu Pakubuwono II lantaran iming-iming VOC atas wilayah kekuasaan di Jawa Timur tersebut. Raden Mas Garendi yang berhasil merebut Keraton Kartasura kemudian dinobatkan sebagai raja dengan gelar Amangkurat V.


Pada tahun 1742, pasukan Cakraningrat IV berhasil merebut kembali Keraton Kartasura. Namun, ia mengembalikan keraton tersebut pada Pakubuwono II karena merasa bukan haknya. Namun, VOC ternyata ingkar janji. VOC tak kunjung memberikan wilayah Jawa Timur kepada Cakraningrat IV.

Hal ini yang membuat Cakraningrat IV semakin kecewa, sehingga tak mau lagi sowan ke Mataram. Cakraningrat IV juga berhenti mengirim upeti beras dan membayar biaya pelabuhan Jawa Timur ke VOC.


Pada suatu saat, VOC mengajak Cakraningrat IV berunding, akan tetapi tawaran itu ditolak mentah-mentah. Bahkan, ia mulai menyerang ke wilayah Madura Timur, sehingga membuat VOC kewalahan. Nahasnya, kekuatan VOC lebih kuat sehingga Cakraningrat IV terdesak dan terpaksa lari ke Banjarmasin.


Ia mencoba meminta bantuan pada armada Inggris. Langkah tersebut ternyata menjadi akhir dari reputasinya. Armada Inggris menolak, bahkan di luar dugaannya Cakraningrat IV pun ditangkap dan dibawa ke Batavia. Setelah itu dia dibuang ke Tanjung Harapan, Afrika Selatan dan wafat di sana.


Itulah masa hidup Cakraningrat IV yang berakhir karena pengkhianatan VOC, padahal ia sudah banyak berjasa terhadap serikat dagang Belanda itu.


* Abror Subhi 

Dari berbagai sumber

[4/8 12.46] rudysugengp@gmail.com: Bung Hatta, bersumpah tak menikah sebelum Indonesia merdeka


Dibandingkan Sukarno, kehidupan romansa Hatta berbeda 180 derajat. Hatta, seperti kata Deliar Noer, adalah seorang puritan. Di kalangan teman-temannya, Hatta dikenal tak pernah menunjukkan ketertarikan pada perempuan.


Suatu ketika para sahabatnya di Belanda yang penasaran menjebaknya: mereka mengatur kencan dengan seorang gadis Polandia yang “menggetarkan lelaki mana pun”. Tentu saja, si gadis telah telah dipesan agar menggoda Hatta dengan segala cara.


Apa yang terjadi? Malam itu di kafe yang romantis mereka cuma makan malam, lalu berpisah. Ketika ditanya kenapa rayuannya gagal total, si gadis berkata putus asa, "Sama sekali tak mempan. Dia ini pendeta, bukan laki-laki."


Namun, bukan berarti Hatta tak peduli pada wanita. Dia justru menjunjung tinggi harkat seorang wanita. Makanya dia marah besar ketika Soekarno memutuskan menikahi Hartini. Dia tak dapat menerima sikap sahabatnya menduakan Fatmawati dan membuatnya "digantung tidak bertali".


Hatta, kata penulis Mohammad Hatta: Biografi Politik, Deliar Noer, memang amat menghormati Fatmawati, tak hanya sebagai istri Soekarno tapi juga sebagai ibu negara. Begitu marahnya Hatta kepada Hartini sehingga untuk waktu yang lama Hatta menolak menemui istri kedua Soekarno itu.


Jika pada suatu acara Hartini hadir, Hatta buru-buru menghindar. Kalau Hartini ada di ruang VIP, Hatta beralih ke bilik lain. Bertahun-tahun mereka tak bercakap-cakap, hingga kematian Bung Karno kembali mencairkan hubungan keduanya.


Namun, tak bisa dipungkiri bahwa Soekarno dan Hatta adalah sahabat karib. Urusan politik dan pribadi diberi garis tegas. Makanya, tak heran jika Soekarno mau menjadi mak comblang Hatta dalam hal asmara.


Kisahnya berawal ketika tahun 1943, pengacara Mr. Sartono mengadakan jamuan makan malam di rumahnya di kawasan Jatinegara, Jakarta Timur. Acara itu dibuat untuk merayakan kepulangan Bung Karno dari tempat pembuangannya di Bengkulu.


Sejumlah tokoh pergerakan hadir di sana. Termasuk Hatta yang datang sendirian. Hadir pula keluarga Ny. S.S.A. Rachim beserta dua anak gadisnya, Rahmi Rachim (17) dan Raharty (14).


Saat itu, Hatta memang belum berkeluarga meski sudah berusia 41 tahun. Dia memang bersumpah tidak akan menikah sebelum Indonesia merdeka. Hal ini menarik perhatian Bung Karno. Sebagai seorang sahabat, ia ingin mencarikan pendamping buat Hatta.


Menjelang kemerdekaan, Bung Karno mendatangi rumah keluarga Ny. Rachim di Bandung, Jawa Barat. Dia bertanya kepada Ny. Rachim, "Gadis mana yang tercantik di Bandung?"


Ny Rachim tampak bingung, lalu menyebut beberapa nama sekenanya. "Ada Olek, putri Ibu Dewi Sartika. Meta, putri dokter Sam Joedo yang terkenal di Bandung, atau Mieke, kerabat dokter itu."


Ketika Bung Karno ditanya balik soal gadis-gadis cantik, dia pun menjawab sekenanya juga. "Ah, tidak apa-apa. Tanya-tanya kan ndak salah?"


Setelah proklamasi, Hatta akhirnya menentukan gadis pilihannya. "Waktu saya bertanya kepada Hatta, gadis mana yang dia pilih, jawabnya, 'Gadis yang kita jumpai waktu kita berkunjung ke Institut Pasteur, yang duduk di kamar sana, yang begini, yang begitu, tapi saya belum tahu namanya'," ujar Sukarno.


Setelah diselidiki, ternyata gadis piliha Hatta itu adalah Rahmi,putri keluarga Rachim.


Baca artikel selengkapnya di sini https://intisari.grid.id/read/034187301/kisah-asmara-bung-hatta-bersumpah-tak-menikah-sebelum-indonesia-merdeka


#bunghatta #Merdeka #proklamasi #indonesia

[4/8 12.46] rudysugengp@gmail.com: 📖 Atlantis disebut pertama kali oleh filsuf Plato dalam buku Timaeus dan Critias. Meski tak menyebut lokasi persisnya di mana Plato menggambarkan Atlantis adalah kerajaan yang memiliki armada angkatan laut yang kuat. Persenjataannya modern dan ekonomi ditopang melalui berbagai cara dari pertanian hingga perdagangan. 


Ada berbagai versi keberadaan Atlantis itu sendiri. Seperti Jalan Bimini di Bahama, Spartel, Helike, Antarktika sampai Antlantis ada di Indonesia. Sejumlah peneliti dan ilmuwan memberikan pendapat mereka tentang keberadaan Atlantis dengan pendekatan disiplin ilmu yang berbeda-beda.


Yang terkenal ialah ilmuwan asal Brasil, Arysio Nunes dos Santos. Santos merupakan seorang profesor di bidang nuklir yang memang menggemari filsafat. Dia juga berjalan ke beberapa negara seperti Yunani, Italia hingga Mesir untuk membuktikan cerita Plato.


Dalam bukunya 'Atlantis, The Lost Continent Finally Found, The Definitifve Localization of Plato's Lost Civilization' , ia membandingkan beberapa negara dengan ciri-ciri Benua Atlantis, mulai dari luas wilayah, cuaca, kekayaan alam, gunung berapi hingga cara bercocok tanam.


Tak tanggung-tanggung, penelitiannya untuk buku tersebut menghabiskan waktu 30 tahun. Santos akhirnya menyimpulkan jika Indonesia adalah Benua Atlantis. Ia pun menunjukkan Pulau Natuna, Kepulauan Riau sebagai kota yang misterius itu. Akan tetapi, banyak peneliti yang belum setuju akan hal ini.


Kendati demikian, ilmuwan lebih banyak yang sepakat bahwa benua yang tenggelam di Indonesia namanya Sundaland. Benua yang tenggelam ini adalah wilayah laut dangkal antara Sumatera dan Kalimantan. Namun, belum ada bukti peradaban apapun ditemukan di dasar lautan yang bisa disebut sebai Kota Atlantis yang hilang 👇👇👇


Referensi: Detikinet

#misteri #sains #konspirasi #atlantis #kotaatlantis #atlantiscity

[4/8 12.47] rudysugengp@gmail.com: KOTAGEDE DAN REBRANDING ARKEOLOGI PERKOTAAN DI NUSANTARA


Oleh Mohammad Basyir Zubair


Kotagede bukan sekadar bekas ibu kota Kerajaan Mataram Islam. Ia adalah lanskap kehidupan yang terus bernapas dalam lorong-lorong sempitnya, dalam nyala api para pengrajin perak, dalam rumah-rumah Kalang yang sunyi tapi anggun. Kotagede adalah tempat di mana arkeologi tidak hanya bicara pada masa lalu, tetapi memanggil kita untuk berdialog dengan sejarah yang masih hidup. Di tengah dunia yang berubah, Kotagede kini berdiri sebagai laboratorium arkeologi publik yang potensial sebuah ruang rebranding warisan budaya dalam semangat zaman baru.


Enam Perkembangan Terkini dalam Arkeologi Perkotaan dan Relevansinya dengan Kotagede


Arkeologi perkotaan modern telah melampaui batas penggalian monumental. Kini ia merangkul kehidupan, melibatkan komunitas, membuka ruang partisipasi, dan menyentuh lapisan-lapisan sosial yang sebelumnya tersembunyi di balik bayang kekuasaan.


1. Integrasi Arkeologi dengan Perencanaan Kota


Dulu arkeologi dianggap menghambat pembangunan, kini menjadi mitra strategis perencanaan kota. Warisan tak lagi jadi beban, tapi aset.


Relevansi dengan Kotagede:

Sisa-sisa Benteng Cepuri, Makam Raja-Raja, Masjid Agung, dan rumah-rumah tua adalah denyut nadi kota yang harus dilibatkan dalam rencana tata ruang. Revitalisasi jalur-jalur kuno dan kawasan pusaka bisa menjadi prioritas dalam desain kota. Arkeologi memberi makna di balik batu-batu tua yang ingin dibongkar atas nama modernisasi.


2. Penggunaan Teknologi Canggih untuk Pemetaan Non-Destruktif


Dengan LiDAR dan GPR, kita dapat “melihat” jejak arsitektur masa lalu tanpa menggalinya.


Relevansi dengan Kotagede:

Fondasi keraton yang terkubur, jalur air, hingga parit pertahanan bisa diungkap kembali. Ini membuka kemungkinan merekonstruksi tata kota Mataram awal, lengkap dengan sumbu kosmologisnya, tanpa menyentuh secuil tanah pun.


3. Digitalisasi dan Pemanfaatan Big Data Arkeologi


Data artefak, foto lama, peta sejarah semua bisa disatukan dalam satu platform digital.


Relevansi dengan Kotagede:

Kotagede bisa jadi percontohan Digital Heritage City. Pemetaan GIS, tur virtual situs pusaka, rekonstruksi kota Islam-Jawa kuno, hingga dokumentasi interaktif akan menjembatani masa lalu dan generasi digital hari ini.


4. Perluasan Fokus Penelitian ke Warisan Kolonial dan Kehidupan Sehari-hari


Arkeologi kini menyentuh sejarah kolonial dan suara rakyat biasa.


Relevansi dengan Kotagede:

Kota ini tak hanya menyimpan jejak Mataram, tapi juga pergeseran kolonial menjadi sentra perak. Melacak rumah pengrajin, sumur rakyat, atau bengkel tua bisa membuka narasi kehidupan urban yang otentik dan membumi.


5. Arkeologi Partisipatoris dan Pelibatan Komunitas


Masyarakat bukan lagi objek penelitian, tapi subjek sejarah.


Relevansi dengan Kotagede:

Warga pengrajin, sanggar seni, hingga anak sekolah bisa terlibat dalam ekskavasi mini, cerita lisan, pameran, atau menjadi pemandu sejarah. Ini bukan romantisme, ini demokratisasi sejarah.


6. Rekonstruksi Narasi Alternatif dan Inklusif


Arkeologi hari ini membongkar narasi tunggal elit dan membuka ruang bagi rakyat, perempuan, pengrajin, dan pedagang.


Relevansi dengan Kotagede:

Pecahan gerabah, perhiasan, alat produksi bisa mengisahkan peran perempuan dan dinamika ekonomi kreatif masa lalu. Ini bukan hanya soal kerajaan, tapi tentang kehidupan urban yang dinamis, multikultural, dan spiritual.


Pekan Arkeologi Kotagede: Usulan Rebranding Arkeologi


Belum ada “Pekan Arkeologi Kotagede”. Tapi bukan berarti tak boleh diadakan. Gagasan ini bukan sekadar acara, melainkan gerakan: membumikan arkeologi dari menara gading akademik ke ruang publik yang hidup. Di sinilah kita bicara tentang ekskavasi mini untuk pelajar, pameran artefak, tur interaktif ke benteng, diskusi sejarah urban Mataram, hingga pertunjukan drama dan wayang yang diilhami artefak dan relief.


Rebranding berarti membuka ruang arkeologi menjadi pengalaman kolektif bukan hanya milik sejarawan, tapi milik warga.


Festival dan Aktivitas Budaya sebagai Prototipe Rebranding


Bukti nyata rebranding sudah terlihat dari kegiatan yang pernah berlangsung:


Festival Perak Kotagede 2025 (11 Mei 2025): Menyatukan 69 pengrajin, kuliner, silver fashion show, dan aplikasi AR yang menghidupkan produk budaya.


Kotagede Mencari Bakat 2024: Kompetisi budaya rakyat, dari tari hingga fashion show.


Festival Langensekar 2024: Cerita Panji dikemas jadi pertunjukan, menyatukan tradisi dengan narasi relief candi.


Teater Amorfati (2024): Naskah rakyat "Timun Mas" dimainkan oleh warga lokal dalam kemasan kontemporer.


Kotagede sebagai Titik Tolak Rebranding Arkeologi Nusantara


Mengapa Kotagede? Karena ia punya semua syarat:


1. Warisan Arkeologis yang Belum Diangkat

Ekskavasi benteng dan makam sejak 1970-an hanya mengendap dalam laporan ilmiah, belum masuk ranah publik.


2. Komunitas Aktif dan Kreatif

Dari pengrajin hingga pelestari seni, dari guru hingga mahasiswa, komunitas ini siap bergerak.


3. Letak Strategis Dekat Perguruan Tinggi

UGM, UNISA, UKDW, ISI bisa diajak kolaborasi: magang, pengabdian, kuliah lapangan.


4. Identitas Ganda: Tradisi dan Modernitas

Kotagede hidup di antara sejarah dan kekinian. Ini membuatnya sangat cocok menjadi medan praktik arkeologi publik.


Strategi Implementasi Rebranding Arkeologi


Partisipasi Komunitas: warga sebagai kurator, pemandu, mentor.


Ekonomi Warisan: produk festival berbasis heritage dan digitalisasi, dari kerajinan hingga kuliner.


Dimensi Spiritual: tur reflektif ke makam Hastana Mataram.


Pendidikan dan Outreach: sekolah, ekskavasi mini, diskusi sejarah lokal.


Tantangan yang Perlu Diantisipasi


Perizinan penggalian publik terbatas;


Risiko kerusakan artefak jika tanpa ahli;


Kendala bahasa dalam narasi publik;


Kebutuhan dana dan sponsor.


Manfaat Realisasi Program


Kesadaran kolektif terhadap warisan sejarah meningkat;


Ekonomi kreatif lokal bangkit;


Pendidikan budaya kontekstual bagi generasi muda;


Branding Yogyakarta sebagai kota arkeologi publik hidup.


Penutup: Ketika Masa Lalu Menyapa Masa Kini


Kotagede adalah ruang di mana arkeologi bisa berbicara dalam bahasa rakyat. Ia bukan hanya reruntuhan atau makam sunyi. Ia adalah denyut yang masih hidup. Rebranding bukan sekadar merias sejarah, tapi menghidupkannya, menjadikannya dialog, bukan monolog. Bila gagasan seperti Pekan Arkeologi Kotagede diwujudkan, maka sejarah tidak akan membeku dalam buku teks, tapi berjalan di antara kita, hadir dalam langkah, napas, dan memori bersama.


Yogyakarta, 28 Juli 2025


DAFTAR PUSTAKA


Amor Patria, T., Tarigan, W. P., Syahchari, D. H., dan Danurdara, A. B. (2024). Sustaining Heritage Town and Community through Social Entrepreneurship: A Case Study of the Old Town of Kotagede, Yogyakarta. ICCD 6(1), 295–302. 


Warta Jogja Kota. Festival Perak 2025 Bangkitkan Kotagede sebagai Sentra Perak dan Kriya Logam. 11 Mei 2025. 


TIMES Indonesia. Festival Perak Kotagede 2025: Kolaborasi Tradisi dan Inovasi. 11 Mei 2025. 


UKDW Duta Wacana. Silver Festival 2025 Revives Kotagede as a Center for Silversmithing and Metal Crafts. 13 Mei 2025. 


Portal Pemerintah Kota Yogyakarta. Kotagede Mencari Bakat ke‑9 (KMB). Juli 2024. 


Kemantren Kotagede. Kemenangan Festival Langensekar Kota Yogyakarta 2024. 


Kemantren Kotagede. Pertunjukan Teater Amorfati di Festival Teater Kota Yogyakarta 2024. 


Wikipedia. Kotagede. Deskripsi sejarah, arsitektur Kalang & heritage kotagede.

[4/8 12.50] rudysugengp@gmail.com: Kamu Pasti Nggak Sangka! Atlet Terkaya Sepanjang Masa Ternyata Hidup di Zaman Romawi Kuno dan Bukan dari Sepak Bola atau Basket! 😲💸


Kalau ditanya siapa atlet dengan penghasilan tertinggi sepanjang sejarah, mungkin kamu akan menebak Cristiano Ronaldo, LeBron James, atau Lionel Messi. Tapi tahukah kamu bahwa atlet terkaya sepanjang masa justru hidup lebih dari 2.000 tahun lalu? Namanya Gaius Appuleius Diocles, seorang joki kereta perang dari zaman Romawi Kuno. 🏛️🏇


Gaius Appuleius Diocles mengukir sejarah sebagai legenda arena balap kereta, yang saat itu menjadi tontonan utama masyarakat Romawi. Dalam kurun waktu 24 tahun kariernya, ia memenangkan ratusan perlombaan dan meraih total hadiah sebesar 35.863.120 sesterces, mata uang Romawi kala itu.


Angka itu mungkin terdengar asing, tapi para sejarawan memperkirakan nilai tersebut setara dengan sekitar 15 miliar dolar AS saat ini, atau lebih dari Rp240 triliun rupiah! 😱 Nilai itu jauh mengalahkan penghasilan atlet manapun di era modern, bahkan jika digabungkan dengan sponsor dan bisnis mereka.


Karier balap kereta bukan hanya populer di masa itu, tetapi juga sangat berbahaya. Para joki mempertaruhkan nyawa mereka di setiap perlombaan. Namun, kemenangan juga berarti ketenaran luar biasa dan kekayaan tak terhingga. Gaius Diocles bukan hanya selamat dari kerasnya dunia balap kereta, tapi juga meninggalkan jejak sebagai simbol kejayaan olahraga Romawi. 🏆


Yang lebih menarik, Gaius tidak berasal dari keluarga bangsawan. Ia memulai dari bawah, menunjukkan bahwa bahkan di era kuno, kerja keras dan ketekunan bisa membawa seseorang ke puncak kekayaan dan kemasyhuran. Ia pensiun di usia 42 tahun, usia yang sangat tua untuk ukuran joki saat itu.


Balapan kereta di Romawi Kuno biasanya diselenggarakan di Circus Maximus, stadion terbesar yang bisa menampung lebih dari 150.000 penonton. Ajang ini bukan sekadar hiburan, tapi juga bagian dari politik dan kekuasaan. Menang di sirkuit bisa memberikan pengaruh besar di mata rakyat dan elit Romawi. 🏟️


Diocles dianggap sebagai "megabintang" pada masanya. Ia tak hanya menang secara konsisten, tetapi juga dikenal akan gaya balapnya yang cerdas dan penuh strategi. Rekor-rekornya masih dikenang hingga kini, dan nama Gaius Appuleius Diocles tercatat dalam prasasti khusus yang menghormatinya.


Meskipun namanya kini kalah populer dibandingkan atlet modern, prestasi dan kekayaan Gaius tetap sulit ditandingi. Ceritanya membuktikan bahwa kebesaran olahraga tak selalu datang dari masa kini, tetapi juga dari masa lalu yang penuh kejutan. Kalau kamu pecinta sejarah dan olahraga, kisah ini wajib kamu tahu!


📌 Sumber: Wikipedia – Gaius Appuleius Diocles


#SejarahOlahraga

#AtletRomawi

#FaktaUnik

#BalapKereta

#GaiusDiocles

#KekayaanFantastis

[4/8 12.50] rudysugengp@gmail.com: Gambaran bagaimana keadaan sosial budaya masyarakat dan kerajaan Sunda menurut sumber Suma Oriental Tomi Pires dari Portugis.


"Raja Sunda adalah seorang kafir, dan demikian juga semua penguasa kerajaannya. 


Sunda adalah tanah para ksatria pelaut yang gagah berani.


Mereka adalah pria berpostur gagah, berkulit putih, bertubuh kuat.


Putra raja Sunda mewarisi kerajaan, dan jika tidak ada putra sah, maka pemilihan dilakukan oleh para bangsawan kerajaan. 


Adat di Sunda adalah para istri raja dan para bangsawan membakar diri mereka sendiri ketika raja meninggal.


Dan ketika seseorang dari kalangan bawah meninggal di rumahnya, hal yang sama dilakukan jika mereka ingin, bukan karena para wanita dibujuk dengan kata-kata untuk mati, hanya mereka yang ingin melakukannya dengan kemauan sendiri yang melakukannya, 


Dan mereka yang tidak melakukannya menjadi "Beguines" menjalani hidup terpisah dan tidak dinikahi oleh siapa pun. 


Yang lain menikah tiga atau empat kali. Mereka yang sedikit ini adalah orang buangan di negeri tersebut.


Tanah Sunda memiliki hingga empat ribu kuda yang datang dari Priaman dan pulau-pulau lain untuk dijual.


Mereka memiliki hingga empat puluh gajah, ini untuk pasukan raja.


Kerajaan Sunda diperintah dengan adil.


Mereka adalah orang-orang yang jujur.


Penduduk pesisir berhubungan baik dengan para pedagang di negeri itu. 


Mereka terbiasa berdagang. 


Penduduk Sunda sering datang ke Malaka untuk berdagang.


Mereka membawa kapal kargo lancharas, kapal dengan kapasitas seratus lima puluh ton. 


Sunda memiliki hingga enam kapal jung dan banyak lancharas khas Sunda, dengan tiang layaknya derek dan tangga di antara masing-masing agar mudah dinavigasi.


Raja Sunda, yang disebut "Samg Briang" (Sang Hiyang), ada wakil raja yang disebut "Cocunam" (Prebu Anom), dan setelahnya ada Bendahara yang disebut "Mācobumj"(Mangku Bhumi) di negeri itu, kemudian ada para kepala kota, tempat, dan pelabuhan.

[4/8 12.52] rudysugengp@gmail.com: Pada bulan September 1916, kota kecil Erwin, Tennessee, menjadi lokasi salah satu peristiwa paling mengerikan dalam sejarah Amerika: eksekusi publik seekor gajah.


Mary, seekor gajah Asia seberat lima ton, adalah bagian dari sirkus keliling *Sparks World Famous Shows*. Suatu hari, selama parade di Kingsport, Tennessee, Mary membunuh seorang pawang baru yang diduga telah menusuknya dengan kait saat ia sedang menderita sakit gigi. Kecaman publik langsung meledak. Warga menuntut keadilan. Pihak sirkus, yang ingin meredakan kemarahan dan menyelamatkan bisnisnya, memutuskan untuk mengeksekusi Mary secara terbuka.


Mary dibawa dengan kereta api ke Erwin, tempat di mana terdapat derek industri terdekat yang cukup kuat untuk mengangkat tubuhnya yang masif. Pada 13 September, di hadapan lebih dari 2.000 orang — termasuk anak-anak — Mary digantung dengan cara diangkat lehernya menggunakan derek yang dipasang di atas rel. Upaya pertama gagal: rantainya putus, menjatuhkan Mary ke tanah dan mematahkan pinggulnya. Rantai kedua yang lebih kuat dipasang, dan eksekusi berhasil dilakukan.


Tubuh Mary dikuburkan di kuburan tak bertanda di dekat rel.


Kisah Mary menghantui banyak generasi. Ada yang mengatakan ia hanya membela diri. Ada pula yang berpendapat bahwa ia dijadikan kambing hitam atas kegagalan manusia. Apa pun itu, kematiannya tetap menjadi salah satu momen tergelap dalam sejarah panjang eksploitasi hewan dalam dunia hiburan.


Foto_ilustrasi


**Sumber:**

• “The Day They Hanged an Elephant” – *Smithsonian Magazine*

• Arsip *Erwin Historical Society*, 1916

• Arsip *American Heritage Center*, University of Tennessee

• “Mary the Elephant” – *Atlas Obscura*

• Kesaksian saksi mata dari *Circus and Carnival Tragedies* (1935)

[4/8 12.53] rudysugengp@gmail.com: Sosok Amanna Gappa:


La Pattelo Amanna Gappa adalah Matowa Wajo yang ketiga di Makassar dan menjadi Kepala perniagaan di Gowa – Tallo sejak tahun 1697-1723. Keberadaan orang Wajo di Gowa – Tallo terjadi setelah perang Makassar yang berlanjut ke perang Wajo, antara Wajo  melawan Bone pada abad 16 yang menyebabkan kehancuran ibukota Wajo saat itu yaitu Benteng Tosora dan juga menimbulkan kelaparan. Akibat perang itu, banyak orang Wajo yang mengungsi ke Gowa – Tallo.


Pada tahun 1676, Sultan Gowa mengundang para matowa (ketua) dan tokoh masyarakat yang dianggap berpengalaman dalam bidang pelayaran untuk berdiskusi. Mereka membicarakan aturan-aturan dan tata tertib yang harus dipatuhi dalam pelayaran dan perdagangan. Perundingan ini dipimpin oleh Amanna Gappa, Matowa Wajo, sehingga tradisi pelayaran yang lahir dari perundingan ini disebut hukum laut Amanna Gappa. Peraturan ini ditulis dengan bahasa Bugis yang terdiri dari 18 buku lontar dan dikenal dalam bahasa bugis sebagai “Ade Alloping-loping Bicarana Pabalue”, secara harfiah berarti “Aturan Pelayaran dan Perdagangan.”


Hukum Laut Amanna Gappa lebih cenderung menganut konsep kebebasan berlayar di laut. Lebih lanjut, Hukum Amanna Gappa juga telah mengatur hak dan kewajiban pemilik kapal dan anak buah kapal. Konsep-konsep kepemilikan laut kemudian diadopsi oleh Hukum Laut Modern, yang dapat ditemukan dalam sejumlah konvensi internasional. Kelak dasar dari Hukum Amanna Gappa ini kemudian diadopsi di Eropa dan sampai saat ini dipakai sebagai Hukum Maritim Internasional.


Sumber foto ilustrasi 

#fypfoto

[4/8 12.53] rudysugengp@gmail.com: keunikan Tanah Kulonprogo, Tanah istimewa (bagi warga) berdasarkan Historikal ???


mungkin pernah mendengar tentang semua tanah di provinsi yogyakarta adalah milik sultan, terutama berlabel Sultan Ground maupun Paku Alam Ground. sehingga yang menempati tanah ini kelak ketika diminta oleh kesultanan, maka tidak mendapatkan ganti rugi apapun.


namun berbeda dengan tanah ground di Kulonprogo, yang dimana tanah-tanah tersebut gugur sebagai SG/PAG sehingga saat tanah dibutuhkan akan mendapatkan ganti rugi secara penuh, karena seluruh tanah di kulonprogo memiliki historikal yang penting, tanah-tanah tersebut diberikan oleh sultan kepada segenap pasukan dari Ponorogo sehingga bukan lagi milik pihak sultan/pakualam ground.


Adapun berbagai proyek nasional dari Bandara, Tol, Kereta api dan jenis apapun di Kulonprogo tidak ada warga yang dirugikan, karena akan mendapatkan ganti rugi secara penuh. pihak kesultanan melakukan muhibah budaya di Ponorogo pada tahun 2019 yang bersaamaan momentum hari jadi Ponorogo terkait historikal Mataram Yogyakarta dengan daerah Panaraga.


Source historikal : https://www.youtube.com/watch?v=lRjZBQQwIAA&t=123s

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Campuran Awal Agt 2025

 [4/8 01.14] rudysugengp@gmail.com: Selvanus, seorang anggota Kopassus yang ditugaskan untuk menyergap markas OPM di pedalaman Papua, mengal...