Minggu, 06 Juli 2025

Herdi Pulang Sendiri









*"Herdi Pulang Sendiri”*


Reuni, Hilang, Doa, dan Orang-Orang Baik di Sepanjang Jalan Pulang


Bab 1: Pertemuan Tiga Serangkai


Pukul 15.29 – Ruang Pertemuan Polsek Lawang.


Sunyi. Tegang. Di dalam ruangan, tiga pihak bertemu:


Keluarga  Herdi: 4 orang yang tampak lelah sekaligus khawatir.


Manajemen BeSS Resort: 3 utusan yang datang dengan map dan ekspresi diplomatis.


Polsek Lawang: Sebagai pencatat, penengah, dan pemegang kebenaran prosedural.


Di dalam juga hadir para saksi dan pengiring: Supli, Arbain, Mat Sujak, Eko Mey, Agung M.


Mereka duduk tanpa suara, hanya menunggu reaksi. Detik-detik berjalan lambat, dibayang-bayangi oleh sosok petugas reserse yang mondar-mandir: Pak Sapri, rambut belakang diikat karet, menjadi pengawas diam yang gelisah.


Bab 2: Pernyataan Tak Bertanggung Jawab


Pukul 15.59 – Utusan BeSS Resort mengabarkan “penemuan baru”:


Satpam di luar pagar utama menyatakan melihat seseorang dengan ciri Herdi keluar area resort pada malam Sabtu. 

Dengan itu, mereka menyatakan bahwa tanggung jawab atas hilangnya  Herdi bukan lagi berada pada pihak resort. 

Bahkan, mereka meminta hitam di atas putih: pernyataan bermeterai bahwa keluarga dan panitia tidak akan menuntut BeSS Resort.


Ini membuat suasana berubah. Tidak semua bisa menerima. Di luar, beberapa orang yang tak henti berdoa sejak pukul 15.23 – Andik, Tri Mulyani, Murthosiyah, Dwi Kartika, Yayuk Beb – merasakan gelombang emosi yang sulit dijelaskan.


Bab 3: Suara Nurani Menyatu


Di luar ruang pertemuan, Eko Mey, pria bersahaja tapi berwatak bregudel, menyusun konsep kesepakatan.


“Semua pihak harus bertanggung jawab sampai Herdi ditemukan,” katanya tegas.


Polisi tak bisa hanya menjadi pencatat, tapi juga abdi negara yang mengayomi masyarakat.


Dan di sinilah benih kesepakatan mulai tumbuh. 

Keluarga pun tidak dibiarkan memikul sendiri. Ini bukan hanya kehilangan pribadi—ini soal kemanusiaan dan kebersamaan.


Bab 4: BAP di Tengah Malam


Pukul 17.15 – Proses BAP dimulai. Terputus-putus oleh waktu Magrib dan Isya, tapi terus dilanjut hingga pukul 21.00 malam.


Setelahnya, semua pulang. Tiga mobil, lima belas jiwa. Semua diam dalam perjalanan, kecuali suara hati masing-masing yang terus bertanya:


"Herdi sekarang di mana?"


Prayut yang menceritakan ini bahkan linglung ketika turun di Kalidami VI.


Pukul 23.49, akhirnya sampai rumah. Tapi rasa tidak percaya masih melekat.


Bab 5: Senin Pagi: Sebuah Gambar dan Tiket Bus


7 Oktober 2024 – Senin pagi. Sebuah pesan masuk.


Gambar Herdi dan tiket bus.


Dikirim oleh Murthosiyah, dengan gaya misteriusnya yang khas.


Prayitno ingin mengecek sendiri. Menuju Gubeng Masjid IV, tersesat sebentar, masuk antara PDAM dan Stasiun, akhirnya berputar lewat pasar dan tepi sungai.


Begitu sampai... Prayitno menangis.


"Kok isok mulih dhewe…"



Bab 6: Perjalanan Ajaib  Herdi


Inilah potongan perjalanan Herdi:


1. Ditemukan Pak Samsu di dekat perkampungan dekat BestResot pukul 22.00.


Herdi terlihat linglung, jawabannya tidak sinkron.


2. Dibawa ke Polsek Lawang pukul 22.30.


Namun ditinggal petugas sebentar ke toilet,


Herdi diam, tidak diajak bicara, dan akhirnya berkata:


“Aku dijarno ae… aku metu, nang embong…”


3. Keluar dari Polsek, berjalan sendiri.

"Aku mlaku tekok polisi Nang pasar Lawang" di malam yang dingin dan mencekam.


Sementara itu teman-teman di TKP mencari ke berbagai sudut dan lorong tempat penginapan dan menyisir hingga pintu gerbang sambil dibantu Satpam.

Lainnya berdoa.

Beberapa teman yang indigo pun berusaha menerawang dan mencari lewat caranya masing-masing.


Praktis Panitia dan teman-teman tidak tidur hingga pagi.


Matanya sembab.


Sekitar pukul 9.00, Panitia bergegas Laporan ke Polsek Lawang ditemani Petugas Bess Resort.


Samsul, Supli berangkat ke Surabaya untuk memberitahu dan menjemput keluarga Herdi untuk diajak ke Lawang 


4. Ada orang baik yang membayari ongkos bus ke Pandaan.

Dari Pasar Lawang ada orang baik yang menaikkan Herdi ke Pandaan.


5. Dari Pandaan ke Bungurasih, dibantu orang baik lagi.

Di tempat ini, ada orang baik lagi memberikan tiket bus untuk menuju ke Bungurasih.


6. Dari Bungurasih ke Joyoboyo, naik bus mini bantuan seseorang.

Lagi-lagi ada orang baik yang menolongnya untuk perjalanan Bungurasih Joyoboyo.


7. Dari Joyoboyo, naik angkot Lyn V menuju Stasiun Gubeng.

Orang baik muncul lagi di pertolongan ini.


8. Menjelang pukul 06.00, keluarga menemukannya di dekat rel.

Ada tetangga yang memberitahukan keluarga bahwa Herdi ada di sekitar rel yang tidak jauh dari rumahnya yaitu dekat jalan Rel kereta api Stasiun Gubeng.


9. Pulang ke rumah—masih membawa uang sisa Rp70.000


Rp75.000 dipakai makan dan jajan


Rp5.000 beli mobil-mobilan untuk keponakan.


Herdi tidak banyak makan dan minum—karena memang sering puasa.


Itulah yang membuatnya tetap kuat dalam kondisi genting.


*Hikmah dalam Perjalanan*


Seorang teman berkata:


"Kisah kesasar Mas Herdi ini perlu dibukukan sebagai kenangan untuk teman-teman T 81. Bisa diambil hikmahnya, dan semoga tak terulang lagi.”


Mungkin, memang ada campur tangan tak terlihat.


Mungkin, ada doa yang terlalu khusyuk hingga mengguncang batas dunia nyata.


Atau mungkin, ada ruh-ruh baik yang tidak rela dikesampingkan saat doa dilantunkan.


Tapi yang pasti…


Herdi pulang. 

Sendiri. 

Dibantu oleh banyak tangan tak dikenal.


Cukup, menjadi Kenangan

Itu keajaiban.


Jokris sang Ketua Panitia, saat Minggu Pagi mendadak sakit karena kaget dan dijemput oleh Keluarga untuk dibawa ke Surabaya (opname).


Mat Sujak sebagai wakil Panitia menggantikan proses di hari Minggu (6 Oktober 2024) hingga malam hari bersama 3 mobil yang distir oleh Eko Mey, Arbain, dan Mat Sujak.


Saya ikut lega dan bersyukur bahwa kisah ini berakhir dengan haru, bukan duka.


"Reek...aku wis mulih.......!!!!!!!!!

Sabtu, 05 Juli 2025

Mbaleni Herdi

 [8/10/2024 11.43] rudysugengp@gmail.com: [8/10 11.00] rudysugengp@gmail.com: Ini 3 Serangkai yang harus menjawab, menangani, dan mengakhiri perbincangan dengan :

1. Keluarga Herdi (4 orang)

2. Utusan BeSS RESORT (3 orang) dan

3. Polsek Lawang selaku PENCATAT, PENENGAH, dan MENYIMPULKAN.





Di dalam sebentar Agung M dan Supli.


Diluar Ruang Pertemuan sejak 15.23 tak henti-hentinya berdoa 


Ada :

Andik

Tri Mulyani

Anis

Dwi Kartika 

Yayuk Beb


Karena dirasa cukup.

Harus meninggalkan Polsek Lawang, pukul 17.03.


Di dalam Ruangan:

Pukul 15.29 bertemu dengan Keluarga.

Kami diam sambil menunggu reaksi Keluarga (4 orang), + Supli, Arbain, Mat Sujak, Eko Mey, Agung M.


Harap-harap cemas dengan Reaksi Keluarga.

Sebentar-sebentar Reserse (Pak Sapri/kuncrit Rambut belakang dengan karet) mondar-mandir Ruang Pertemuan dan Ruang BAP.


Pukul 15.59.


3 Petugas utusan Management BeSS RESORT menemukan Berita Baru, bahwa menurut Keterangan Satpam di luar area Ada seseorang dengan ciri seperti pak Herdi yang sudah keluar Pagar batas luar BeSS RESORT.


Dengan demikian, BeSS RESORT merasa *TIDAK HARUS BERTANGGUNG JAWAB*


Sekali lagi *Merasa* bahwa pak Herdi keluar area BeSS RESORT dan minta Hitam atas putih agar Keluarga dan Panitia membuat Pernyataan bermeterai untuk tidak menuntut BeSS RESORT.


Sampai di sini, saya tinggal dan keluar Pertemuan.


Suasana beralih antara Keluarga dan BeSS RESORT.


Di luar saya menunggu Keluarga dan Mat Sujak agar kita jangan membuat Kesepakatan yang dikehendaki BeSS RESORT.


Keluarga Herdi yang keluar yaitu pak Inan, kami sampaikan bahwa masalah ini adalah masalah bersama.


Walhasil menjelang Magrib, Eko Mey yang berwatak Bregudel akhirnya mengonsep Kesepakatan bahwa semua pihak harus bertanggung jawab hingga menemukan pak Herdi.


Pihak Kepolisian sebagai Penerima usulan kesepakatan (*Salahe Athik Lapor Polisi*).


Akhirnya, polisipun harus terlibat sebagai Abdi negara, dan masyarakat.


Di luar masih Menunggu, Supli, Kamali, Tutik, Kukuh, Yuli+suami, agung M.


Menjelang pukul 17.15 mulailah di BAP, berhenti Magrib, Lanjut, berhenti, Isya, lanjut hingga pukul 21.00


Lego, tapi Herdi masih belum Pulang.


Pulang bersama 15 orang dengan 3 mobil yaitu :


Mobil Mat Sujak, Agung M, Yuli, + suami meluncur ke Sidoarjo dan sekitarnya. (4 orang)


Mobil Eko Mey, Kukuh, Tutik, Rudy. (4 orang)


Mobil Samsul, Supli, Kamali, Adik Herdi, Keponakan Herdi+ Suami, dan keponakan lagi (7 orang)


Perjalanan Lawang ke Surabaya, sebenarnya aku pingin ikut Samsul Arbain karena disitu ada keluarga dari Herdi.


Namun, Samsul Kasihan kalau AQ mangku Tasnya Hedi.


Akhirnya aku ikut Eko Mey dan turun di Sidoarjo setelah melewati Sumur Lapindo Porong 



Saat bersama Samsul hingga pulang, aku linglung sampai di depan Kalidami VI.


Aku belum percaya, kalau pukul 23.49 sudah pulang.


Ketika Pagi hari, Senin : 7 Oktober 2024 ada gambar Misteri Herdi + Tiket Bus, kiriman dari Anis yang beritanya jelas namun masih misterius.


Eko minta Samsul dan Nancy untuk mengecek.


Eko Mey sebenarnya bisa saja menyuruhku.


Lagi-lagi sungkan.


Tanpa pikir panjang aku menghubungi Inan (Nggak dijawab).


Mengingat kebiasaan Anis yang selalu membuat Misteri dan teka teki.


Aku menuju Gubeng Masjid IV yang sedianya belok kiri sebelum SMAN 4, namun kebacut hingga lewat antara PDAM dan Stasiun KA.


Ternyata gang IV harus lewat pasar.


Perjalanan saya lanjut putar hingga tepi sungai.


Daerah Gubeng Masjid gang 1 s.d VI harus dituntun untuk R 2.


Begitu bertemu, aku menangis.


Kok Isok mulih dhewe.

[8/10 11.00] SPGN1 Siti Jubaidah: Lo mosok tukang masak kompore rusak

[8/10 11.02] SPGN1 Dwi KARTIKA Cahyawati 2018: Mungkin dikon istirahat Ojo masak ae,πŸ˜†πŸ˜†πŸ˜†πŸ˜†

[8/10 11.04] SPGN1 Dwi KARTIKA Cahyawati 2018: Wis akeh sing dodol masakan, mbak Elfa dikon tuku ae mbak Karo olah raga mlaku.

[8/10 11.10] Spgn1 Muripah: Rejekine muriπŸ™

[8/10 11.10] rudysugengp@gmail.com: Nggak dipikir 


Kok Isok Mulih dhewe

[8/10 11.11] SPGN1 Dwi KARTIKA Cahyawati 2018: La herdi kan Sik ISO ngomong

[8/10 11.12] rudysugengp@gmail.com: Yo tapi ditakoni A jawabe B

[8/10 11.13] rudysugengp@gmail.com: Mulakno ada orang baik yang bayari untuk naik Bus dari Pandaan ke Bungurasih

[8/10 11.13] SPGN1 Dwi KARTIKA Cahyawati 2018: Dan deweke nggowo KTP, mungkin dideloki

[8/10 11.13] rudysugengp@gmail.com: Dari Bungurasih ada orang baik lagi yang menaikkan Bus ke Joyoboyo

[8/10 11.14] SPGN1 Dwi KARTIKA Cahyawati 2018: Iyo ngono Mbah,dadi deke iku wis clengong

[8/10 11.14] SPGN1 Eko Meiyanto: Berarti disangoni 150 ws ntek bek e…opo di eman2 u ditabung

[8/10 11.15] rudysugengp@gmail.com: Dari Joyoboyo ada orang baik lagi yang menaikkan bemo/angkot line V dan diturunkan di dekat Stasiun Gubeng

[8/10 11.15] SPGN1 Dwi KARTIKA Cahyawati 2018: Sik onok ta Lyn V?

[8/10 11.15] rudysugengp@gmail.com: Dari sini, mulai Ingat ketika harus berjalan dan lewat di rel Kereta Api

[8/10 11.16] rudysugengp@gmail.com: Ada keluarga yang menginfokan sekitar pukul 6.00 berjumlah Herdi di dekat Rel

[8/10 11.17] SPGN1 Dwi KARTIKA Cahyawati 2018: Suk nek wis adem ditakoki maneh ae mbah

[8/10 11.17] rudysugengp@gmail.com: Keluarga yang lain segera bergegas menuju TKP rel dan mengajak pulang

[8/10 11.17] SPGN1 MOH. Nafi'ch: Kisah *kesasar* nya Mas Herdy perlu dibukukan sebagai kenangan untuk teman2 T 81.

Bisa ambil hikmahnya dan semoga tidak terulang lagi.


Mungkin *sing mbau rekso* Wees resoad gak trima kalau di acara tsb dibacakan tahlil dan do'a.

Atau mungkin do'anya ada yang kliru. He hw he

[8/10 11.17] rudysugengp@gmail.com: Sampai di rumah didukkan di foto.

[8/10 11.17] rudysugengp@gmail.com: Semua keluarga menangis Haru berbarengan

[8/10 11.19] SPGN1 Dwi KARTIKA Cahyawati 2018: Bukan salah doanya mungkin herdi waktu itu kan memang ketoke kosong to dari sorot matanya

[8/10 11.19] rudysugengp@gmail.com: Saat siang hari, mau melantunkan Doa bersama, kami tidak diperkenankan oleh Management karena takutnya pengunjung mengira ada apa-apa.


Tapi kalau berdoa pelan-pelan dipersilakan

[8/10 11.20] SPGN1 Dwi KARTIKA Cahyawati 2018: Gak jelas sopo sing ngejak metu Yo, ini yg jadi pertanyaan, kok ora enek sing ngerti ?

[8/10 11.21] rudysugengp@gmail.com: Ingat pulang dan Sumuk

[8/10 11.21] Spgn1 PRIPON: Sing ngajak metu amongtuwuhe mbak Dwi

[8/10 11.21] SPGN1 Ratna Nurdiana: Ya Allah.. Maturnuwun sanget m Rudy yg tlh mnceritakan scara kronologis, shg bisa membayangkan merasakan perjuangan dulur2 waktu itu.. Smg dicatat sbg amal ibadah panjenengan semua.. Aamiin🀲🀲🀲

[8/10 11.23] rudysugengp@gmail.com: Uang 150 K, tersisa 70 K.


Uang 75 K digunakan untuk makan dan jajan ketika lapar, uang 5 K digunakan untuk membelikan mobil-mobilan untuk Keponakan

[8/10 11.25] SPGN1 Eko Meiyanto: Sing blom ditulis n dcritakan mbh Rud… wis ktm wrg nm e pak Samsu di pasar lawang… trs di serahkan ke polsek…ditinggal k kmr mnd ilang neh…

[8/10 11.25] rudysugengp@gmail.com: Herdi bertahan tidak terlalu banyak makan dan minum, karena hobby nya sering *PUASA*


Hal ini, ketika saya tanya

[8/10 11.25] SPGN1 Siti Jubaidah: Wong saketi iku mbah

[8/10 11.25] SPGN1 Siti Jubaidah: Kate balek ng lokasi reoni bengong paling lali dalane

[8/10 11.26] SPGN1 Eko Meiyanto: Ada ft nya d mas Sujak … tolong mas@sujak di shere disini ft jepretan dr hp nya pak samsu kmren

[8/10 11.26] rudysugengp@gmail.com: Pak Samsu selaku penemu Herdi pukul 22.00 mengambil Video.

Setelah ditanyai dan jawaban kurang pas, maka diantarlah ke Polsek Lawang

[8/10 11.31] rudysugengp@gmail.com: Karena pak Samsu yang menemukan merasa kebingungan dengan Jawaban Herdi, maka pukul 22.30 diantar ke Petugas Piket.


Herdi agak lama di Polsek Lawang.


Pintu Gerbang Polsek sebagai pusat layanan tentu saja nggak dikonci


Misterinya yang Bayari Herdi ikut Eko Suryo, Sing Ngajak karena Baik hati ikut mobilnya adalah SAMSUL.


Yang menemukan SAMSU.

[8/10 11.32] SPGN1 Eny Cholifah: Doa nya sdh bagus sampai terharu sy Pak Nafik πŸ‘πŸ‘πŸ‘πŸ‘

[8/10 11.35] Spgn1 Muripah: Bahan buat buku cerita bg mbak ZahraπŸ‘

[8/10 11.40] rudysugengp@gmail.com: Lama dibiarkan di Polsek, ada bukti Foto.


Petugas tidak menaruh curiga, kalau Herdi akan meninggalkan TKP.


Maka Petugas Piket seorang diri berada di sebelah Selatan Polsek Lawang dan Herdi ditinggal dalam Lamunan.


Toilet Polsek Lawang ada di sebelah Utara dekat dengan Mushola.


Herdi di ajak ngomong diam saja.


Saat itu Herdi merasa kesepian, sendirian, dan tidak ada yang mengajak bicara.


"*Aku dijarno ae*", versi Herdi.

Sebenarnya petugas sedang memperhatikan gerak gerik Herdi.


"*aku metu, Nang embong*, kata Herdi saat saya tanya alasan meninggalkan Polsek Lawang.


Perlu diingat bahwa Polsek Lawang berdekatan dengan Stasiun KA Lawang.


Malam itu, petugas di Polsek Lawang heboh dan menyebar berita melalui jaringan FB. milik Polsek Lawang dan Polres.

[8/10/2024 15.14] rudysugengp@gmail.com: [8/10 13.14] Spgn1 Samsul Arbain: Wes Yo ojok diterusno, Iki bener gawe ctt buku hijau, Ben sesuk g dibaline kejadiane,wong gmpng maido,( ngomong) tapi g iso Melu tandang gawe, wes di stop ae sing penting Herdy wes balik Nang keluargane atas do' a dulur Kabeh ikut merasakan beban mental Karo kesel,sepurane dulur yo bene AQ sing salah,πŸ™πŸ™πŸ™

[8/10 13.17] SPGN1 Dwi KARTIKA Cahyawati 2018: Ora mas jenengan ora salah, kokπŸ™πŸ™

[8/10 13.19] SPGN1 Dwi KARTIKA Cahyawati 2018: Kabeh mau kepingin nyeneng ke konco.

[8/10 13.37] Spgn1 Rochani: Maaf ikut  nibung  itu semua ujian  gak usa di perpanjang yg penting herdi sudah kembali saya salut sama panitia dengan hati yg sabar penuh tangung jawabπŸ‘πŸ‘πŸ‘πŸ‘πŸ‘πŸ™πŸ™πŸ™

[8/10/2024 15.16] rudysugengp@gmail.com: [8/10 12.54] Spgn1 Samsul Arbain: Dulur AQ oleh pesen teko keluargane Herdy arep ngundang panitia gawe bancaan,Aq jwb nanti saya rundingkan dg panitia, atikku Yo oro pas delok keadaan keluargane Herdy koq arep ucapno terima kasih Karo ngundang panitia sing Melu Nang Polsek, opo g membebane keluargane, Tulung rembuk bareng penake AQ lek di tlp jwb opo? πŸ™

[8/10 12.56] SPGN1 ELFA YULIANINGSIH: Saweran gawe Herdi pantia kabeh .sing teko ng polsek tok ae yo yg datang

[8/10 12.57] SPGN1 ELFA YULIANINGSIH: Maksutq sing melu ng Herdi

[8/10 13.15] SPGN1 Totok Suamanto Iku Mase Pak Mamik Pengw: Supaya gak menyinggung perasaan keluarga Hardi tetap datang sebagai penghormatan,tapi yoiku ayo cepat' menggalang donasi untuk Hardi sekalian menyerahkan hasil donasi, itu pendapat ku,ayo tutar Ndang bukak no rek sebagai penampung transfer

[8/10 13.17] SPGN1 ELFA YULIANINGSIH: Dari pada repot2 ya Tetap no rekening Dwi K ae

[8/10 13.20] SPGN1 Dwi KARTIKA Cahyawati 2018: Oke, siapπŸ‘πŸ»πŸ‘πŸ»

[8/10 13.22] SPGN1 Dwi KARTIKA Cahyawati 2018: Oke mas kita dukung ,dgn adanya saweranπŸ‘πŸ»πŸ‘πŸ»πŸ™πŸ™

[8/10 13.52] SPGN1 Totok Suamanto Iku Mase Pak Mamik Pengw: Ok setuju

[8/10 14.04] SPGN1 Eko Meiyanto: Bikin woro2 galang donasi u Herdi d group teratai … pye?

[8/10 14.07] SPGN1 Totok Suamanto Iku Mase Pak Mamik Pengw: Yoo mas dibuka luas ae mas

[8/10 14.11] SPGN1 Eko Meiyanto: Niat kita baik smg tmn2 menyikapinya baik jg .

[8/10 15.04] SPGN1 Eko Meiyanto: Assalamualaikum WR.WB…dulur2ku teratai81 yang di Rahmati Alloh SWT…kami meng infokan bhw keluarga mas HERDI SUGIANTO akan mengadakan tasyakuran pada hari … tgl.::.atas pulangnya mas Herdi kembali ke keluarga. Untuk itu

kami panitia reuni th 24… mengetuk hati teman2 untuk menyisihkan rejekinya buat membatu teman kita  HERDI SUGIANTO yang akan mengadakan tasyakuran tsb. Bantuan/donasi bisa di salurkan melalui rekening BRITAMA :0086-01-048002-507 a/n DWIKARTIKA CAHYAWATI… atas bantuan partispasi & donasi dulur2ku kami ucapakan banyak terima kasih 



Ttd

Panitia reuni SPGN 1 th 2024

[8/10/2024 15.30] rudysugengp@gmail.com: [8/10 12.11] SPGN1 ELFA YULIANINGSIH: Aq g ngamuk Rud ,  uleg2q tk entokno mergo wetengq mulek2

[8/10 12.13] SPGN1 ELFA YULIANINGSIH: Mergo onok sing misterius cawe2

[8/10 12.13] Spgn1 PRIPON: Misterius Ki OPO mbak El ?

[8/10 12.13] SPGN1 ELFA YULIANINGSIH: RHS

[8/10 12.14] SPGN1 ELFA YULIANINGSIH: Penumpang g pareng ikut2 masih kecil

[8/10 12.54] Spgn1 Samsul Arbain: Dulur AQ oleh pesen teko keluargane Herdy arep ngundang panitia gawe bancaan,Aq jwb nanti saya rundingkan dg panitia, atikku Yo oro pas delok keadaan keluargane Herdy koq arep ucapno terima kasih Karo ngundang panitia sing Melu Nang Polsek, opo g membebane keluargane, Tulung rembuk bareng penake AQ lek di tlp jwb opo? πŸ™

[8/10 12.56] SPGN1 ELFA YULIANINGSIH: Saweran gawe Herdi pantia kabeh .sing teko ng polsek tok ae yo yg datang

[8/10 12.57] SPGN1 ELFA YULIANINGSIH: Maksutq sing melu ng Herdi

[8/10 13.15] SPGN1 Totok Suamanto Iku Mase Pak Mamik Pengw: Supaya gak menyinggung perasaan keluarga Hardi tetap datang sebagai penghormatan,tapi yoiku ayo cepat' menggalang donasi untuk Hardi sekalian menyerahkan hasil donasi, itu pendapat ku,ayo tutar Ndang bukak no rek sebagai penampung transfer

[8/10 13.17] SPGN1 ELFA YULIANINGSIH: Dari pada repot2 ya Tetap no rekening Dwi K ae

[8/10 13.20] SPGN1 Dwi KARTIKA Cahyawati 2018: Oke, siapπŸ‘πŸ»πŸ‘πŸ»

[8/10 13.22] SPGN1 Dwi KARTIKA Cahyawati 2018: Oke mas kita dukung ,dgn adanya saweranπŸ‘πŸ»πŸ‘πŸ»πŸ™πŸ™

[8/10 13.52] SPGN1 Totok Suamanto Iku Mase Pak Mamik Pengw: Ok setuju

[8/10 14.04] SPGN1 Eko Meiyanto: Bikin woro2 galang donasi u Herdi d group teratai … pye?

[8/10 14.07] SPGN1 Totok Suamanto Iku Mase Pak Mamik Pengw: Yoo mas dibuka luas ae mas

[8/10 14.11] SPGN1 Eko Meiyanto: Niat kita baik smg tmn2 menyikapinya baik jg .

[8/10 14.12] SPGN1 Eko Meiyanto: Jwb insyaalloh

[8/10 15.04] SPGN1 Eko Meiyanto: Assalamualaikum WR.WB…dulur2ku teratai81 yang di Rahmati Alloh SWT…kami meng infokan bhw keluarga mas HERDI SUGIANTO akan mengadakan tasyakuran pada hari … tgl.::.atas pulangnya mas Herdi kembali ke keluarga. Untuk itu

kami panitia reuni th 24… mengetuk hati teman2 untuk menyisihkan rejekinya buat membatu teman kita  HERDI SUGIANTO yang akan mengadakan tasyakuran tsb. Bantuan/donasi bisa di salurkan melalui rekening BRITAMA :0086-01-048002-507 a/n DWIKARTIKA CAHYAWATI… atas bantuan partispasi & donasi dulur2ku kami ucapakan banyak terima kasih 



Ttd

Panitia reuni SPGN 1 th 2024

[8/10 15.05] SPGN1 Eko Meiyanto: Konsep ku tolong di tambah n dikurang bila perlu sblom d shere ke group BFT81(big Family Teratai 81)

[8/10 15.06] SPGN1 Eko Meiyanto: @⁨Spgn1 Samsul Arbain⁩  bs mnt konfirmasinya rencana e klwrg hari/ tgl brp syukuran?

[8/10 15.10] SPGN1 ELFA YULIANINGSIH: SPGN1 Teratai Sby th 2024 πŸ‘†πŸΎ

[8/10 15.13] SPGN1 ELFA YULIANINGSIH: Apa g pake batas waktu. iya andaikan kemarin ingat pas di lawang buat saweran πŸ˜‚

[8/10 15.17] rudysugengp@gmail.com: Sebaiknya di tunda

[8/10 15.17] SPGN1 Eko Meiyanto: Nenggo info hr/tgl syukurane klwrg mbkyu

[8/10 15.18] SPGN1 Eko Meiyanto: Jd deatline sblom tgl itu

[8/10 15.18] rudysugengp@gmail.com: Sebaiknya di tunda ?????

[8/10 15.18] SPGN1 Eko Meiyanto: Shg bs bermanfaat bwt klrg herdi ngaten mksd dalem

[8/10 15.19] SPGN1 Eko Meiyanto: Dg alasan ?

[8/10 15.21] SPGN1 Eko Meiyanto: Mksh bs ditambahkanπŸ‘πŸ™

[8/10 15.21] rudysugengp@gmail.com: Panitia sedang menjadi sorotan.

Dengan membuka Rekening, terkesan Panitia pingin mendapatkan wah, sehingga merasa bebas tanggung jawab.


Seolah-olah, Panitia pingin cuci tangan.


Karena: semua usulan datang dari Panitia

[8/10 15.22] SPGN1 Eko Meiyanto: Monggo masukan yg lain

[8/10 15.23] rudysugengp@gmail.com: Ketika, pertama saya datang ke rumah Herdi, Keluarga ada usulan seperti itu.


Tapi saya biarkan.


Karena dua bersaudara yang ada di Video, mengaku adiknya.


Padahal, saat saya tanya di Polsek Lawang.


Herdi : hanya punya 1 adik.


Ternyata : kemarin ada lagi adik lainnya.


Aq masih bingung

[8/10 15.24] SPGN1 Eko Meiyanto: Bs jd adik misanan

[8/10 15.25] SPGN1 Dwi KARTIKA Cahyawati 2018: Ya kalau begitu langsung saja sawerannya saat kumpul mau kesana bagaimana?

[8/10 15.25] SPGN1 ELFA YULIANINGSIH: Loh kok ngaku2 yo

[8/10 15.26] SPGN1 Dwi KARTIKA Cahyawati 2018: Iya kalau kita di undang?

[8/10 15.26] SPGN1 Eko Meiyanto: Bs jd ngaku adik tp bkn adik kandung… tp adik misanan yo iso ae to mbkyu…

[8/10 15.27] SPGN1 Eko Meiyanto: Iki lho mbk Dwikar

[8/10 15.27] rudysugengp@gmail.com: Semua mengaku, saya yang mengantarkan Herdi.


Semua mengaku, saya yang mendampingi Herdi.


Tapi kalau teman-teman Panitia,   memaksa pingin  berbuat baik.


*SAYA TIDAK MENGHALANGI*


Tapi.... terserah.


Karena, saya hanya minta tunda dulu.


Untuk menyelesaikan masalah Kepanitiaan dan kemudian dibubarkan.

[8/10 15.28] SPGN1 ELFA YULIANINGSIH: Juga yg harus di pikirkan kalo uang dah kumpul akan diterimakan pada siapa ?

[8/10 15.28] SPGN1 Dwi KARTIKA Cahyawati 2018: Itu yg kumakasud ygjelas tujuannya

[8/10/2024 15.33] rudysugengp@gmail.com: [8/10 15.28] SPGN1 ELFA YULIANINGSIH: Juga yg harus di pikirkan kalo uang dah kumpul akan diterimakan pada siapa ?

[8/10 15.28] SPGN1 Dwi KARTIKA Cahyawati 2018: Itu yg kumakasud ygjelas tujuannya

[8/10 15.29] SPGN1 ELFA YULIANINGSIH: Kalo ini yg terbaik apa salahnya kita tunda dulu bearti kalo sudah lupa2 ingat kejadian gitu ya ,sip

[8/10 15.31] SPGN1 Eko Meiyanto: Ya klwrg Herdi … d rmh itu setauku dia sm adik e yg kmren d polsek itu (tutik) apa sp nm e + ponakane…

[8/10 15.31] SPGN1 Eko Meiyanto: Dl pernah k rmh e

[8/10 15.31] Spgn1 PRIPON: Enaknya panitia dibubarkan dulu, baru secara pribadi ada usulan tuk sekedar membantu Kel Mas Herdi. Maaf ini hanya usul sajaπŸ™πŸ™πŸ™

[8/10 15.31] rudysugengp@gmail.com: Ini karena Herdi, kembali.


Bagaimana kalau ?????


Apakah keluarga nya, peduli  ?


Apa keluarga nggak nuntut Panitia ?


Apa Panitia, nggak banyak yang sakit ?

[8/10/2024 15.45] rudysugengp@gmail.com: [8/10 15.31] rudysugengp@gmail.com: Ini karena Herdi, kembali.


Bagaimana kalau ?????


Apakah keluarga nya, peduli  ?


Apa keluarga nggak nuntut Panitia ?


Apa Panitia, nggak banyak yang sakit ?

[8/10 15.32] SPGN1 ELFA YULIANINGSIH: Panitia sakit apa kira2 Rud πŸ˜‚

[8/10 15.33] SPGN1 Dwi KARTIKA Cahyawati 2018: Iya kalau pemikiran sejauh itu gak jadi deh

[8/10 15.33] SPGN1 ELFA YULIANINGSIH: Bukan g jadi tapi di tunda

[8/10 15.34] rudysugengp@gmail.com: Jangan dikira, Keluarga Joko yang sudah sejak awal membantu pertemuan di rumah sampai hari ini sudah sembuh dari Trauma

[8/10 15.35] rudysugengp@gmail.com: Apakah Mat Sujak, Eko Mey, dan Samsul Arbain 

Harus diabaikan keberadaan diri dan keluarga.

[8/10 15.36] SPGN1 Eko Meiyanto: Sblom herdi plg aku wis mikir iki. klwrg blng kl gk nyalahkan panitia…untung plg. Umpomo gk plg opo klwrg msh blng gk nyalahkan panitia…

[8/10 15.36] rudysugengp@gmail.com: Apakah Supli, Kamali, yang ikut Jemput Keluarga nya, sudah normal

[8/10 15.37] SPGN1 Dwi KARTIKA Cahyawati 2018: Iya mas, kita juga memikirkan keadaan mas Joko,dan teman - teman, besok kalau bisa nyonyanya juga diajak

[8/10 15.37] rudysugengp@gmail.com: Apakah Dwi Kar, yang tangannya selalu dingin saat disalami, Sudah pulih

[8/10 15.38] SPGN1 Joko Krisnarno: Maaf tmn2 ini sy baru baca krn kepala sy puyeng...ini usul nggih gmn kl pembubaran panitia dulu baru nnti saat itu kita musyawarah utk klrg herdy jd lebih jelas πŸ™

[8/10 15.38] SPGN1 Dwi KARTIKA Cahyawati 2018: Sdh mas,saat mendengar herdi sdh pulang

[8/10 15.40] rudysugengp@gmail.com: Karena pulang ?


Aq tahu, saat disuruh pulang bersama Andi, Anis, Yayuk Beb, Tri Mulyani dari Polsek.


Kamu sebenarnya, tidak mau pulang.


Repotnya, kalau tidak pulang akan lebih merepotkan

[8/10 15.41] rudysugengp@gmail.com: Apalagi, Tri Mulyani tidak berani mengambil Tas di Mobil Mat Sujak, karena Mat Sujak di BAP

[8/10 15.42] rudysugengp@gmail.com: Ayo .... pikirkan dulu (perasaan MEREKA) yang terbelenggu di Polsek.

[8/10 15.42] SPGN1 Dwi KARTIKA Cahyawati 2018: Ya mas,

[8/10 15.43] SPGN1 Dwi KARTIKA Cahyawati 2018: Terus bagaimana selanjutnya ,ini sdh ada transferan yg masuk

[8/10 15.43] rudysugengp@gmail.com: Sampai dengan pulang dan hari ini, Aq belum cerita pada Istri, anak, dan keluarga.


Bahkan berusaha mengurangi bicara dengan keluarga.


Artinya, kita SEMUA HARUS MERENUNG

[8/10 15.43] rudysugengp@gmail.com: Sekian

[8/10 15.43] rudysugengp@gmail.com: Terima kasih

[8/10 15.43] rudysugengp@gmail.com: Mohon maaf

[8/10 15.44] SPGN1 Dwi KARTIKA Cahyawati 2018: Sama- samaπŸ™πŸ™πŸ‘πŸ»πŸ‘πŸ»

[8/10 15.44] rudysugengp@gmail.com: Diterima dan pada saatnya pasti .... ????

[8/10 15.44] SPGN1 Dwi KARTIKA Cahyawati 2018: OkeπŸ‘πŸ»πŸ‘πŸ»

[8/10 15.45] SPGN1 Joko Krisnarno: Maaf mas Rudy  aku gk trauma utk ketempatan aku seneng nambah paseduluran...tapi aku takut saat Mas Herdy hilang wetengku nganti sakit tp saiki wis seneng mas Herdy sdh ditemukan dn plng ke klrgnya

[8/10/2024 15.48] rudysugengp@gmail.com: [8/10 15.45] SPGN1 Joko Krisnarno: Maaf mas Rudy  aku gk trauma utk ketempatan aku seneng nambah paseduluran...tapi aku takut saat Mas Herdy hilang wetengku nganti sakit tp saiki wis seneng mas Herdy sdh ditemukan dn plng ke klrgnya

[8/10 15.47] rudysugengp@gmail.com: Tidak usah bohong, kamu sakit.


Yang lain sakit.


Keluarga sakit.


Kita ini butuh pemulihan walaupun sudah *mulih*

[8/10/2024 16.11] rudysugengp@gmail.com: ❤️πŸ™πŸ»❤️Terima kasih HERDY... / Kau, sahabat yang memberi pelajaran berharga... / Kau,  Memberikan arti dan makna kesetiakawanan... / Kau, buku yang tak pernah kubaca sebelumnya... / Kau, memahami nuansa - antara Gelisah, pasrah ... Namun memberi semangat tanpa pantang menyerah .... / HERDY,  ... Maafkan - bila selama ini aku hampir  melupakanmu ..../ Sungguh, Kau menjadikan Tali  ikatan Emosional seluruh Teman- teman ... / Kau, telah menyadarkan Hakekat bersahabat, secara nyata .../ Dan tanpa sadar,... Kau justru  menyadarkan Arti Sedulur ..../ Disaat  berhibur, berlibur... Dan, kau tak ada ditempat tidur.... :) sekali lagi,  Terima kasih - Saudaraku HERDY...❤️❤️πŸ™πŸ»memory reuni,Oktober 2024πŸ™πŸ»❤️❤️

Kisah 9 Tugu Batu

 [6/7 01.22] rudysugengp@gmail.com: Kisah 9

[6/7 01.22] rudysugengp@gmail.com: Bagaimana kisah Tugu Batu Pembatas sungai Menur yang mistis

[6/7 01.22] rudysugengp@gmail.com: Kisah Mistis Tugu Batu Pembatas Sungai Menur Surabaya

(Legenda rakyat Surabaya - dikembangkan dari cerita rakyat urban dan tradisi lisan)





---


Judul: Tugu Batu Menur dan Penjaga Sungai yang Tak Tampak


Latar waktu: era 1970-an

Latar tempat: Tepi Sungai Menur, Surabaya – tepat di dekat pohon bambu dan jembatan bambu tua

Tokoh:


Mbah Jariyo – sesepuh kampung, penjaga kunci cerita tugu


Prayitno – anak kelas 2 SD yang penasaran


Ibu Rumiatun – ibu Prayitno


Pak Tambir – penjual krupuk dan saksi zaman


Tugu Batu – benda mati yang "hidup"




---


Ringkasan Cerita:


Tugu Batu di tepi Sungai Menur tidak dibuat sembarangan. Konon, ia adalah penanda batas kekuasaan makhluk gaib air dan daratan, didirikan oleh seorang pertapa pada malam 1 Suro ratusan tahun lalu. Tugu itu diletakkan tepat di tempat di mana seorang anak desa dulu tenggelam secara misterius saat bermain, dan mayatnya baru muncul setelah 7 hari dan 7 malam… tepat di bawah tugu itu.



---


Narasi Cerita:


Pada tahun 1972, seorang anak kecil bernama Prayitno bermain di sekitar sungai. Ia sering jongkok di dekat tugu batu sambil melihat ikan atau memetik bunga rumput. Tapi tiap kali ia jongkok, ia merasa ada yang memanggil namanya dari dasar sungai.


> “Tinooo… Tinooo…”

Suaranya pelan, seperti desir air.




Suatu hari, ia hampir tercebur karena seperti ditarik oleh bayangan tangan di air. Untung saja Pak Tambir, penjual krupuk keliling, menariknya tepat waktu.


> "Nak, jangan terlalu dekat sama tugu itu kalau belum waktunya… Itu bukan batu biasa."




Malam harinya, Ibu Rumiatun marah dan melarang Tino bermain di sungai. Tapi Tino penasaran. Ia menyelinap di malam Jumat Kliwon, diam-diam ke tepi sungai.


Saat ia sampai, air sungai mendadak tenang, tidak mengalir. Bulan memantul di permukaan seperti kaca. Tugu batu mengeluarkan cahaya biru redup, dan di belakangnya berdiri sesosok bayangan tinggi besar berbaju putih dengan mata bersinar.


Bayangan itu menunjuk ke sungai dan berkata pelan,


> “Jaga batas ini… Jangan biarkan manusia rakus menguruk dan membuang sesaji sembarangan…”




Esok paginya, Tino ditemukan tertidur di dekat tugu, kakinya basah tapi tidak ada jejak masuk air.


Sejak saat itu, Tino menjadi anak yang suka membersihkan sungai dan menjaga kebersihan. Ia tak pernah cerita pada siapa-siapa, kecuali pada Mbah Jariyo, yang hanya mengangguk pelan dan berkata:


> “Kamu sudah lihat dia, ya? Sudah waktunya tugu itu dijaga oleh generasi baru…”





---


Misteri yang Berlanjut:


Warga percaya kalau ada yang berbuat jahat atau mencemari sungai dekat tugu, mereka akan mimpi buruk selama 3 hari, melihat air berubah jadi darah.


Saat musim kemarau panjang, tugu akan berkeringat, tetesan embun di batu akan keluar seperti air mata.


Tak ada yang pernah bisa memindahkan tugu, bahkan dengan alat berat—pasti mesinnya mati mendadak.




---


Penutup:


Hingga kini, Tugu Batu Sungai Menur masih berdiri, menjadi saksi bisu antara dunia manusia dan dunia tak kasatmata. Ia tidak hanya pembatas fisik, tapi juga pembatas antara ketamakan dan keseimbangan alam.


> "Selama tugu itu berdiri, Surabaya akan tetap dijaga dari bencana air besar." – Mbah Jariyo





---


Kalau kamu ingin, cerita ini bisa dikembangkan menjadi skenario sandiwara radio, film pendek, atau naskah drama anak. Mau dilanjutkan ke bentuk tertentu?

[6/7 01.23] rudysugengp@gmail.com: Warga percaya....

[6/7 01.24] rudysugengp@gmail.com: Tentu! Ini bagian lanjutan dari segmen “Warga percaya…” untuk memperkuat aura mistis Tugu Batu Sungai Menur:



---


Warga Percaya…


1. Tugu itu “hidup”

Meski tak pernah bergerak, warga meyakini bahwa Tugu Batu bisa berubah warna jika sedang terjadi pelanggaran alam di sekitarnya. Jika air sungai dicemari—tugu menghitam. Jika warga menjaga kelestarian—tugu berkilau keemasan saat subuh.



2. Tugu sebagai “penjaga mimpi”

Siapa pun yang menyentuh tugu dengan niat tidak baik (misalnya ingin merusak atau mencoretnya), malamnya akan bermimpi tentang tenggelam dan melihat wajah-wajah leluhur yang menangis di dasar sungai. Setelah mimpi itu, orang biasanya sakit selama 3 hari dan baru sembuh jika datang minta maaf sambil membawa bunga telon.



3. Tiap malam Jumat Legi, akan terdengar suara seperti air dipukul-mukul dan suara orang tertawa dari arah sungai dekat tugu. Tapi saat dilihat, tak ada siapa pun. Dulu sempat ada anak muda yang penasaran, mencoba mengintip, dan pulang dalam keadaan bisu selama sebulan.



4. Anak-anak yang bermain dekat tugu harus sopan.

Tidak boleh berkata kasar, buang air sembarangan, atau buang sampah ke sungai. Jika melanggar, mereka akan melihat bayangan hitam memantul di air, meski tidak ada siapa pun di sekitar. Konon, itu adalah sosok “Penjaga Air” yang selalu duduk di bawah akar bambu besar.



5. Saat Bulan Suro tiba, warga sekitar akan menaruh air bunga dan ketan putih di dekat tugu. Ini bukan menyembah, tapi “ngangsu berkah” agar air sungai tetap jernih dan kampung terhindar dari banjir dan wabah.





---


Kalimat penutup yang sering diucapkan oleh warga:


> “Sing nyapo tugu, uripe ora berkah.”

(Siapa yang mengganggu tugu, hidupnya tak akan berkah.)




Kalau bagian ini mau dimasukkan ke dalam narasi, buku cerita rakyat, atau dijadikan adegan dalam drama/sandiwara, saya bisa bantu susun versinya. Mau dilanjutkan ke bentuk apa?

[6/7 01.25] rudysugengp@gmail.com: Tak ada yang bisa memindahkan tugu

[6/7 01.26] rudysugengp@gmail.com: Bagian ini bisa dikembangkan sebagai salah satu unsur mistis dan sakral dari Tugu Batu Sungai Menur. Berikut pengembangannya:



---


"Tak Ada yang Bisa Memindahkan Tugu"


Cerita ini sudah berulang kali diceritakan oleh warga tua di sepanjang aliran Sungai Menur, terutama oleh Pak Moly dan Pak Bandono, dua orang tetua yang tinggal di sekitar Ngagel Wasana sejak zaman Belanda.


> “Wes dijiwit, ditarik, didorong, digali… ora iso!”

(Sudah dijepit, ditarik, didorong, digali… tetap tak bisa!)





---


Peristiwa Pertama: Tahun 1965


Saat terjadi kekacauan nasional, ada tentara yang ingin membersihkan wilayah Sungai Menur dari "tanda-tanda" aneh, termasuk tugu batu itu. Mereka datang dengan truk derek dan alat berat.


Namun:


Begitu alat berat dinyalakan, mesinnya mati mendadak.


Operatornya tiba-tiba menangis seperti anak kecil, padahal ia lelaki kekar berumur 40-an.


Saat mereka pulang, ban truk mereka pecah satu per satu, dan seorang tentara sakit demam menggigil selama 3 hari.



Malam itu, warga mendengar suara gamelan dari arah tugu, padahal tak ada yang mainkan.



---


Peristiwa Kedua: Tahun 1984


Dinas PU mencoba memperlebar aliran sungai, dan tugu dianggap penghalang. Mereka menggali di sekitar tugu dan menyiapkan crane kecil.


Tapi...


Mata bor mereka patah saat menyentuh tanah di bawah tugu.


Tanah di sekitar tugu tiba-tiba mengeluarkan air hangat berbau bunga kenanga.


Seorang petugas sempat mengeluh dadanya sesak, dan berkata:


> "Ada yang duduk di pundakku, besar dan berat… berambut panjang."





Akhirnya, proyek itu mengelilingi tugu, membiarkannya tetap di tempatnya.



---


Keyakinan Warga:


> “Tugu itu bukan sekadar batu. Itu penancap gaib. Kalau dipindah, aliran sungai akan lepas kendali, dan kampung bisa hilang terbawa banjir besar.”




Konon, hanya orang terpilih—yang pernah didatangi dalam mimpi oleh Penjaga Sungai—yang bisa menyentuh tugu tanpa akibat. Tapi sejauh ini, tak ada yang berani coba lagi.



---


Kalau kamu ingin, cerita ini bisa dijadikan satu bab khusus dalam buku cerita rakyat berjudul "Tugu yang Tak Bisa Dipindah", lengkap dengan ilustrasi penggalian, alat berat yang mogok, dan cahaya mistis dari batu.


Perlu saya bantu bentukkan versi itu?

[6/7 01.27] rudysugengp@gmail.com: Berikut adalah versi naratif lengkap bab berjudul:



---


Bab: Tugu yang Tak Bisa Dipindah


Buku: Legenda Sungai Menur – Cerita Mistis dari Tepian Kota Surabaya

(Bab 4 dari 12)



---


Tugu Itu Berdiri Sejak Zaman Penjajahan


Tak ada yang tahu pasti siapa yang pertama kali meletakkan Tugu Batu itu di tepi Sungai Menur. Bentuknya sederhana—seperti susunan batu kali berlumut, bertingkat tiga, tinggi tak sampai satu meter. Tapi setiap warga yang melintas akan menundukkan kepala, seperti menghormati sesuatu yang lebih tua dari zaman itu sendiri.


Orang-orang tua bilang, batu itu adalah penanda perjanjian antara manusia dan makhluk penjaga air. Diletakkan pada malam 1 Suro oleh seorang pertapa yang tinggal di bukit kecil di arah utara (dulu disebut Buk Tong).


> “Selama batu ini tidak dipindah, desa akan aman dari murka air.”

(Mbah Gondo, penutur legenda pertama, tahun 1948)





---


Tahun 1965: Upaya Pertama Memindahkan Tugu


Setelah peristiwa G30S, suasana kota kacau. Pasukan datang ke kampung membawa perintah “membersihkan titik-titik berkumpul orang”, termasuk sekitar sungai.


Seorang tentara berkata sinis:


> “Ini cuma batu kotor, nanti kami bersihkan.”




Mereka datangkan alat berat dari markas, dan mulai menggali sekeliling tugu. Tapi:


Begitu mata alat menyentuh tanah sekitar tugu, muncul suara “krkkkk!” seperti tulang patah.


Operatornya menjerit keras. Ia melihat bayangan hitam berdiri di dalam kabin alat beratnya.


Mesin tiba-tiba mati, dan tiga ban truk meletus satu per satu tanpa sebab.



Warga tak berani mendekat. Seorang ibu melihat anaknya kesurupan, matanya terbalik putih dan mulutnya berteriak:


> “Jangan sentuh batu penjaga! Jangan usik penjaga kami!”




Tentara akhirnya pergi. Malam itu, kampung sunyi. Tapi dari arah tugu terdengar suara gamelan dan perempuan menangis.



---


Tahun 1984: Upaya Kedua oleh Dinas PU


Pemerintah kota ingin memperlebar Sungai Menur. Petugas PU mengatakan tugu itu akan dipindahkan secara ilmiah.


Mereka datangkan crane, tukang bor, dan tim teknis.


Namun:


Bor patah di dalam tanah.


Air keluar dari dasar tugu—hangat, berbau bunga kenanga.


Salah satu petugas pingsan sambil menggumam, “Ada perempuan rambut panjang duduk di atas pundakku…”



Seorang mandor akhirnya menyerah. Ia berkata kepada warga:


> “Kami tidak bisa ganggu tempat ini. Ini… bukan urusan manusia saja.”




Proyek dialihkan. Tugu tetap dibiarkan berdiri, dikelilingi dengan pagar bambu tipis. Warga menyebutnya: “Tugu Pancer”, atau titik pusat penjaga air.



---


Keyakinan Warga


Hingga kini, warga percaya:


Siapa pun yang coba memindahkan tugu itu, hidupnya akan celaka.


Tugu hanya bisa disentuh oleh orang yang pernah mimpi didatangi Penjaga Sungai.


Batu itu bukan benda mati, tapi simpul gaib yang mengikat aliran air dan roh penjaga.



Setiap malam Jumat Kliwon, ada beberapa orang diam-diam datang membawa kembang telon, kemenyan, dan air bunga. Bukan menyembah batu, tapi sebagai bentuk hormat pada perjanjian lama yang tak pernah dilanggar.



---


Penutup Bab:


> “Tugu ini tak besar, tapi ia menahan murka air. Bukan kekuatan manusia yang menjaganya, tapi kekuatan janji antara dunia terlihat dan tak terlihat.”

(Catatan tangan Mbah Jariyo, 1979)





---


Jika berkenan, saya bisa bantu buatkan ilustrasi untuk bab ini — termasuk gambar:


Tentara dan alat berat rusak di tahun 1965


Cahaya dari dalam tugu saat malam Suro


Tukang PU pingsan saat menggali


Warga berziarah diam-diam dengan kembang telon



Ingin saya bantu buatkan juga?

[6/7 01.28] rudysugengp@gmail.com: Tentara dan alat berat rusak

[6/7 01.36] rudysugengp@gmail.com: Mengapa alat berat pencabut Tugu Rusak, ada misteri apa

[6/7 01.37] rudysugengp@gmail.com: Kerusakan alat berat saat mencoba mencabut Tugu Batu di tepi Sungai Menur bukan sekadar kegagalan teknis. Bagi warga setempat, itu adalah tanda penolakan dari alam gaib. Di balik kejadian itu, beredar berbagai versi misteri yang menguatkan keyakinan bahwa tugu tersebut tidak boleh diganggu.


Berikut adalah tiga misteri utama yang diyakini menyebabkan alat berat itu rusak secara tak wajar:



---


1. Tugu Batu Bukan Ditancapkan Manusia


Warga tua percaya, Tugu Batu itu ditanam oleh seorang pertapa sakti pada masa kuno. Tapi bukan ditanam ke tanah biasa—melainkan ke "pusat urat air gaib", tempat di mana aliran sungai dunia nyata bersentuhan dengan sungai halus milik makhluk tak kasatmata.


> “Yang nyabut tugu, sama saja dengan nyabut simpul antara dunia,” kata Mbah Jariyo.




Saat alat berat menyentuh tanahnya, bukan cuma tanah yang terguncang—alam seberang pun terganggu. Itulah sebabnya, mesinnya mati, ban pecah, dan operator terganggu jiwanya.



---


2. Dijaga oleh Sosok Gaib


Konon, Penjaga Tugu adalah makhluk perempuan berbaju putih panjang, bermata hitam, yang duduk di atas tugu pada malam-malam sepi. Ia disebut "Mbok Menur", sosok halus yang setia menjaga aliran sungai dari kerusakan dan keserakahan manusia.


Saat alat berat mencoba mengangkat tugu:


Operator melihat sosok wanita berdiri di kabin


Seorang tentara merasa pundaknya berat, dan punggungnya luka seperti dicakar


Mesin mendadak panas dan terbakar bagian dalamnya, meskipun baru servis



Warga berkata:


> “Sing nyentuh tugu tanpa ijin, disentuh balik karo sing jaga.”

(Yang menyentuh tugu tanpa izin, akan disentuh balik oleh penjaganya)





---


3. Tugu Menyimpan Janji Leluhur


Ada kepercayaan bahwa leluhur kampung Menur dahulu pernah mengikat janji dengan alam, bahwa sungai ini tak boleh dialihkan, dikotori, atau diuruk. Sebagai gantinya, kampung akan dijaga dari banjir besar, wabah, dan gagal panen.


Tugu menjadi simbol janji itu.


Maka ketika tentara atau dinas ingin mencabutnya, bukan cuma benda yang diganggu—tapi juga perjanjian suci antara manusia dan alam.


Dikatakan oleh warga tua:


> “Kalau tugu itu lepas, bukan cuma kampung ini yang kebanjiran—tapi roh-roh yang diam di air bisa bebas berkeliaran.”

(Pak Tambir, 1980)





---


Kesimpulan Mistis


Kerusakan alat berat bukan karena faktor teknis. Itu adalah reaksi spiritual dari alam yang tidak ingin dirusak.


Tugu itu tetap berdiri hingga kini bukan karena kokoh, tapi karena ia ditopang oleh kekuatan yang tak bisa dilihat.



---


Kalau ingin saya kembangkan jadi satu bab khusus atau cerita sandiwara radio dengan narator tua yang menceritakan ini di malam Jumat Legi, saya bisa bantu. Mau dibuatkan versinya?

[6/7 01.42] rudysugengp@gmail.com: Baik! Berikut ini versi sandiwara radio dari cerita "Mengapa Alat Berat Pencabut Tugu Rusak", dalam format naratif dengan dialog, latar suara, dan efek audio. Cocok untuk durasi 7–10 menit siaran malam Jumat Legi.



---


πŸŽ™️ Sandiwara Radio: “Tugu yang Tak Bisa Dicabut”


(Episode khusus “Cerita Gaib dari Sungai Menur”)


Penutur: Mbah Jariyo (suara tua, berat, dalam)

Tokoh lain:


Operator Alat Berat


Komandan Tentara


Pak Tambir (warga)


Efek suara: malam, air sungai, gamelan samar, mesin berat mogok, suara wanita gaib




---


🎧 PROLOG


🎡 [Suara gamelan lembut - kendang dan siter]

🌊 [Latar: aliran sungai mengalir pelan]


MBAH JARIYO (narator)

(pelan, dalam)

Dulur-dulur, malam Jumat Legi iki... tak critakakΓ© lelakon lawas. Tahun sangang atus seket lima, nang pinggiran kali Menur, Surabaya, ono tugu batu cilik...

Tapi sopo sing nyoba ngangkat, ora bakal iso. Mesin mati, wong loro-loro... nganti saiki tugune isih tegak.



---


🎧 ADEGAN 1 – TUGU DAN ALAT BERAT


🎡 [Suara burung malam, angin menyapu bambu]

πŸ”Š [Mesin alat berat menyala: “BRRRMMMMM...!”]


KOMANDAN (tegas):

Cepat! Cabut batu itu! Bikin jembatan dan jalur air baru. Ini perintah negara!


OPERATOR (ragu):

Izin, Pak... alat ini baru diservis... tapi begitu deket batu itu, mesinnya kaya ngedrop...

*(te

Tugu Batu Bukan Ditancapkan Manusia

 Kerusakan alat berat saat mencoba mencabut Tugu Batu di tepi Sungai Menur bukan sekadar kegagalan teknis. Bagi warga setempat, itu adalah tanda penolakan dari alam gaib. Di balik kejadian itu, beredar berbagai versi misteri yang menguatkan keyakinan bahwa tugu tersebut tidak boleh diganggu.


Berikut adalah tiga misteri utama yang diyakini menyebabkan alat berat itu rusak secara tak wajar:




---


1. Tugu Batu Bukan Ditancapkan Manusia


Warga tua percaya, Tugu Batu itu ditanam oleh seorang pertapa sakti pada masa kuno. Tapi bukan ditanam ke tanah biasa—melainkan ke "pusat urat air gaib", tempat di mana aliran sungai dunia nyata bersentuhan dengan sungai halus milik makhluk tak kasatmata.


> “Yang nyabut tugu, sama saja dengan nyabut simpul antara dunia,” kata Mbah Jariyo.




Saat alat berat menyentuh tanahnya, bukan cuma tanah yang terguncang—alam seberang pun terganggu. Itulah sebabnya, mesinnya mati, ban pecah, dan operator terganggu jiwanya.



---


2. Dijaga oleh Sosok Gaib


Konon, Penjaga Tugu adalah makhluk perempuan berbaju putih panjang, bermata hitam, yang duduk di atas tugu pada malam-malam sepi. Ia disebut "Mbok Menur", sosok halus yang setia menjaga aliran sungai dari kerusakan dan keserakahan manusia.


Saat alat berat mencoba mengangkat tugu:


Operator melihat sosok wanita berdiri di kabin


Seorang tentara merasa pundaknya berat, dan punggungnya luka seperti dicakar


Mesin mendadak panas dan terbakar bagian dalamnya, meskipun baru servis



Warga berkata:


> “Sing nyentuh tugu tanpa ijin, disentuh balik karo sing jaga.”

(Yang menyentuh tugu tanpa izin, akan disentuh balik oleh penjaganya)





---


3. Tugu Menyimpan Janji Leluhur


Ada kepercayaan bahwa leluhur kampung Menur dahulu pernah mengikat janji dengan alam, bahwa sungai ini tak boleh dialihkan, dikotori, atau diuruk. Sebagai gantinya, kampung akan dijaga dari banjir besar, wabah, dan gagal panen.


Tugu menjadi simbol janji itu.


Maka ketika tentara atau dinas ingin mencabutnya, bukan cuma benda yang diganggu—tapi juga perjanjian suci antara manusia dan alam.


Dikatakan oleh warga tua:


> “Kalau tugu itu lepas, bukan cuma kampung ini yang kebanjiran—tapi roh-roh yang diam di air bisa bebas berkeliaran.”

(Pak Tambir, 1980)





---


Kesimpulan Mistis


Kerusakan alat berat bukan karena faktor teknis. Itu adalah reaksi spiritual dari alam yang tidak ingin dirusak.


Tugu itu tetap berdiri hingga kini bukan karena kokoh, tapi karena ia ditopang oleh kekuatan yang tak bisa dilihat.



---


Kalau ingin saya kembangkan jadi satu bab khusus atau cerita sandiwara radio dengan narator tua yang menceritakan ini di malam Jumat Legi, saya bisa bantu. Mau dibuatkan versinya?

Bahagia Menunggu Burung Hantu

 *Bahagia Menunggu Burung Hantu*





Malam itu, rumah Pak Yitno di Kalidami terasa lebih hangat dari biasanya. Malam ke-8 bulan Suro, ketika angin bertiup pelan dan langit menggantung tanpa bintang. Di ruang tamu yang sederhana, keluarga besar Pak Yitno berkumpul, menanti sesuatu yang tidak biasa—seekor burung hantu coklat yang sudah menjadi bagian dari keluarga sejak semalam dan dibeli dari Pasar Splendid (Malang), pada hari Minggu.


Burung itu bukan piaraan biasa. Ia dibeli dari tempat jauh.


Malam itu mereka semua berkumpul. Kakek Yitno duduk di kursi panjang memandangi sangkar kosong yang bergoyang vperlahan. Di sebelahnya, Nenek Uti menegang HP untuk membuang gambar dan tulisan yang tidak diperlukan dari WA.


 Ibun, sang ibu, sibuk menyiapkan susu botol untuk ketiga anaknya.

Sebelumnya Nadhira makan kebab, Nayla menguyah Bakpao, dan Naseefa makan roti Regal.

Tony, suaminya, duduk menyender ke dinding sambil memandangi anak-anak mereka yang mulai mengantuk: Nadhira, Nayla, dan Naseefa.


Tak ketinggalan, Paman Erlangga dan Tante Oktavia yang baru datang dari antar jemput makanan untuk kostumer,  ikut duduk bersama. 

Di tengah karpet, mereka tertawa pelan, saling bertukar cerita, dan sesekali melirik ke luar jendela.


“Bu, burung hantunya bakal datang malam ini ?” tanya Nadhira sambil bersandar di pangkuan Ibun.


“Kalau dia datang, itu rezeki,” jawab Ibun lembut. “Kalau tidak pun, kita tetap bersyukur. Yang penting... kita nunggu bareng-bareng.”


Mereka tidak sedang menanti kejutan atau hadiah. Yang mereka tunggu hanyalah kehadiran makhluk malam yang sudah seperti tanda—tanda bahwa segalanya baik-baik saja, bahwa rumah masih dijaga oleh kekuatan yang tak terlihat, dan bahwa mereka masih bersatu.


Menjelang tengah malam, suara angin berubah. Genteng terdengar berderak pelan, dan jendela bergetar. Semua hening. Tiba-tiba, terdengar suara serak namun khas dari kejauhan:

"Huuuuukkk… huuukkk…"


Mata Tony membulat. Ia berdiri, membuka jendela pelan-pelan. “Di atas pohon mangga,” bisiknya. “Dia datang.”


Anak-anak yang semula mengantuk langsung duduk tegak. Oktavia menatap ke luar, mulutnya separuh terbuka. Erlangga menyipitkan mata, memastikan.


Di atas pohon, bayangan coklat bertengger tenang. Di paruhnya, tampak sehelai daun sirih.


Kakek Yitno mengangguk pelan. “Daun sirih itu... tanda selamat.”


Nafas semua orang seperti menjadi lebih panjang. Burung itu tidak masuk rumah, tidak bersuara lagi. Tapi kehadirannya cukup. Ia hanya datang sebentar, lalu terbang ke atap, menghilang dalam gelap malam.


Setelah itu, rumah Pak Yitno kembali sunyi. Tapi sunyi yang berbeda—bukan karena sepi, tapi karena damai.


Malam itu, mereka tidak hanya menunggu burung hantu. 

Mereka menunggu kebersamaan.  

Dalam penantian itulah mereka menemukan bahagia yang sebenarnya.

Tugu Batu di Tepi Sungai Menur

 *"Tugu Batu di Tepi Sungai Menur"*




Pada tahun 1974, saat langit Surabaya masih sering berselimut kabut tipis di pagi hari, dan Sungai Menur masih jernih mengalir dari utara Buk Tong ke arah Bratang, berdirilah sebuah tugu batu kecil di tepi sungai. 

Letaknya tersembunyi di antara semak dan pohon keres seolah sengaja disembunyikan dari mata orang dewasa. Tapi anak-anak tahu. Mereka menyebutnya: Batu Batas.


Prayitno, siswa kelas 6 SDN Menur Pumpungan .II, sudah sering bermain dan mandi di sungai itu. Suatu hari, ia mengajak adiknya Budi, murid kelas 4 di SDN Menur Pumpungan IV, untuk ikut mandi di tempat yang sama. Mereka melompat dari jembatan bambu, berenang, dan tertawa di arus yang tenang. 


Tapi saat senja turun, Budi terlihat diam di pinggir sungai, menatap tugu batu itu.


“Aku lihat bayangan orang berdiri di sana tadi,” katanya pelan.

Prayitno menoleh, tapi tak ada apa-apa. Hanya batu tua dengan ukiran aneh di sisi timurnya, separuh tertutup lumut dan bekas sesajen kering.


Keesokan malamnya, terjadi sesuatu yang aneh.


Setelah salat Magrib, Budi datang ke dapur dan berkata:


> “Bu... minta gula batu... yang manis... yang bening...”




Ibunya, Bu Rumiatun, mengira anaknya hanya ingin ngemil. Tapi keanehan muncul saat permintaan itu terus terjadi setiap malam, tepat setelah Magrib.


Jika diberi, Budi diam dan tersenyum.

Jika tidak, ia menangis keras—tidak seperti anak manja, tapi seperti ketakutan. Kadang bahkan menjerit, memeluk leher ibunya, sambil bergumam seperti berdoa atau bicara dalam bahasa yang tidak dimengerti.


Hal itu berlangsung selama 40 hari.



Pak Musdi, ayah mereka, akhirnya memanggil seorang tetua kampung yang pernah bekerja sebagai juru kunci makam di Menur. 

Saat mendengar soal tugu batu di sungai, wajahnya langsung berubah.


> “Itu bukan sekadar batu,” katanya.

“Itu Watu Palemahan, penanda batas tanah dan makhluk. Dulu, tempat itu sering dipakai orang berdoa saat bulan Suro…”


Ia menyuruh agar Budi tidak dibawa ke sana lagi, dan selama tujuh hari berturut-turut, setiap magrib, di rumah Pak Prayitno dibakar kemenyan dan diputar bacaan solawat.


Setelah itu, Budi tak pernah lagi meminta gula setiap malam.


Hingga bertahun-tahun kemudian, tugu batu itu masih berdiri. 

Kini nyaris hilang ditelan waktu dan tanggul sungai modern. 


Tapi bagi mereka yang tahu cerita ini, jika berjalan menyusuri tepi Sungai Menur saat matahari condong ke barat, mereka akan memperlambat langkah, terutama jika mengingat batu kecil setinggi orang berbalut lumut, berdiri sendiri...


Dan mereka akan berkata dalam hati:

"Jangan ganggu, dan jangan pernah minta gula setelah Magrib..."

Jatuh, Terseret Air






 *Jatuh, Terseret Air*


Pada saat saya duduk di SD Kelas 4 sekitar tahun 72 an, pernah berak di tepi sungai yang memiliki Jembatan bambu di Jalan Menur Surabaya.


Saat itu lebar sungai Menur yang membujur dari Utara ke Selatan dari Buk Tong ke kali Jagir sekitar 4 meter. 

Jalan di sebelah Timur belum  ada masih berupa rumah dan kebon dengan latar belakang bambu.


Untuk menghubungkan kampung Ngawas dan Menur berupa beberapa jembatan anyaman bambu.


Air wilayah Menur, masih dapat diminum dari sumur beberapa warga.


Saat itu, saya terjatuh ke sungai.


Kemudian berusaha meraih rumput di tepian sungai sehingga mampu untuk menepi di bebatuan.


Aku bingung.


Beberapa saat kemudian ada tetangga.


Aku dibalik atau dijungkir balik sehingga apa saja yang lewat mulut dimuntahkan.


Kotoran dan air yang masuk ke mulut keluar semua.


Setelah itu aku di antar ke rumah di Jalan Ngawas, Surabaya.


Perkenalkan namaku Prayitno.


“Sungai Menur dan Anak Kecil yang Tak Mau Menyerah”


Surabaya, tahun 1972-an. Kota masih sepi kendaraan, suara becak bersahutan dengan klakson sepeda ontel. Jalan Menur kala itu belum seramai sekarang, namun sudah ada jembatan tua yang membentang di atas sungai kecil—sungai yang sering menjadi tempat anak-anak bermain, tertawa, dan kadang... buang air.


Seorang anak kelas 4 SD, namanya Prayitno, dengan langkah polos dan perut mules, melangkah menuju tepi sungai. Ia tak membawa apa-apa—hanya keberanian khas bocah kampung dan rasa percaya bahwa sungai itu adalah sahabat.


Tapi siapa sangka?


Saat jongkok di pinggir aliran air yang mengalir tenang, tanah di bawah kakinya runtuh. 

"Byuurrr!"


 Tubuh kecil Prayitno terhempas ke dalam sungai yang bau dan keruh. 

Panik. 

Nafas tercekat. Mata terbuka tapi hanya melihat lumpur dan gelembung. Tak ada pelampung. Tak ada pertolongan.


Tangannya meraba, meraih apapun yang bisa dijangkau. 


Dan di tengah kepanikan itu—ada seikat rumput liar yang tumbuh di tepian. Seolah Tuhan menggantungkan harapan di ujungnya. Ia genggam erat. Ia tarik tubuhnya sendiri dengan tenaga sisa.


Ia selamat. Tapi bukan tanpa luka.


Tubuhnya menggigil. Mulutnya penuh air dan... entah apalagi. Ia nyaris muntah. Tapi tubuh masih diam, diam yang penuh guncangan.


Tiba-tiba seorang tetangga muncul, wajahnya kaget bercampur cemas. Tanpa banyak tanya, tubuh kecil Prayitno diangkat, dibalik—seperti orang menyelamatkan seseorang yang tenggelam. 

Dari mulutnya, tumpah semua yang tak seharusnya ada di sana: air, lumpur, dan sisa kotoran.


Itu bukan hanya momen memalukan. Itu adalah detik-detik antara hidup dan mati, tapi juga awal dari sebuah keberanian.


Tetangga itu kemudian mengantarnya pulang, ke rumah kecil di Jalan Ngawas. Rumah yang menjadi saksi bisu bahwa anak itu telah mengalami ujian besar, di usia yang sangat kecil. 

Namanya Prayitno. Dan sejak hari itu, sungai bukan lagi tempat bermain biasa—ia jadi pengingat bahwa hidup bisa menguji siapa saja, kapan saja. Bahkan saat kita cuma ingin buang air.


Setiap orang besar pernah menjadi anak kecil yang pernah jatuh dan memilih bangkit. Dan kadang, kisah paling berharga datang dari tempat yang tak terduga—bahkan dari tepi sungai yang bau

Kisah 8 Sumber Bedug

 [5/7 21.19] rudysugengp@gmail.com: Kisah 8

[5/7 21.19] rudysugengp@gmail.com: Buatkan gambar keren tentang sumber bedug yang terdiri 3 bagian di Wilayah Kediri

[5/7 21.19] rudysugengp@gmail.com: Oke! Sebelum saya buatkan gambarnya, izinkan saya pastikan beberapa hal agar hasil visualnya keren dan tepat sesuai maksud Anda:


Konfirmasi Informasi:


1. Apa itu “sumber bedug” yang Anda maksud?

Apakah ini:


Sebuah mata air bernama “Sumber Bedug”?


Sebuah lokasi bersejarah atau wisata alam di Kediri?


Atau sebuah legenda/cerita rakyat dengan nama “Sumber Bedug”?




2. Tiga bagian wilayah yang dimaksud itu apa saja?

Apakah itu:


3 desa berbeda tempat Sumber Bedug berada?


3 bagian dari satu kawasan (misalnya: hutan, mata air, dan goa)?


Atau 3 bagian berdasarkan fungsi (misalnya: tempat ziarah, tempat mandi, tempat bertapa)?




3. Tujuan gambar ini untuk apa?

Misalnya: presentasi sejarah, wisata budaya, atau narasi cerita rakyat.





---


Kalau Anda belum punya detail lengkap, saya bisa juga bantu visualisasi kreatif berdasarkan konsep umum “Sumber Bedug” yang terdiri dari 3 bagian di Kediri, misalnya seperti ini:


Konsep Visual Awal (Usulan):


Bagian 1: Sumber air alami dari celah batu besar, dikelilingi pohon-pohon besar dan bunyi “dug-dug” air jatuh yang menyerupai bedug.


Bagian 2: Area pertapaan kuno dengan batu-batu berlumut dan petilasan (jejak kaki atau alat-alat kuno).


Bagian 3: Kawasan pemukiman atau tempat ibadah kecil yang dipercaya warga sebagai tempat keramat.



Jika Anda setuju dengan pendekatan itu atau ingin beri detail tambahan, silakan jawab dulu. Setelah itu saya akan langsung buatkan gambarnya.





Jumat, 04 Juli 2025

Kisah 7 Herdy



 [4/7 14.08] rudysugengp@gmail.com: Kisah 7

[4/7 14.09] rudysugengp@gmail.com: Hari ini pingin dibuatkan cerita tentang Reuni dengan kisah saat Reuni di Bulan Oktober 2024 yaitu :


Herdy dijemput Samsul dkk. sekitar pukul 11.05 hari Sabtu, 5 Oktober 2024 di FKG UNAIR.

Herdy diantar oleh adik Perempuannya, ponakan perempuan, dan cucu laki-laki dengan berjalan kaki.


Tiba di BSS RESORT sekitar pukul 14.00 berkumpul di Ruang Lobby sebelah Ruang Semeru.

Untuk menerima makan dan konci kamar.

Masuk pukul 15.10 bersama Supriadi dan Wahyudi.

Untuk Istirahat di kamar 404.


Sekitar pukul 18.00 ke Ruang Semeru untuk makan malam.

Selanjutnya mengikuti acara dan duduk satu meja dengan Andik, Jatmiko, Dodik. di Meja paling Utara.


Saat mengikuti berbagai macam acara, sempat di foto dengan HP, sekitar 19.20.

Juga di foto Kamera Nikon, pukul 19.45.


Usai acara Reuni di Hari Sabtu Malam, sekitar pukul 23.00 Herdy dinyatakan menghilang dari sudah dicari ke mana-mana di area sekitar oleh Panitia, Teman, dan Petugas Bess Resort

[4/7 14.09] rudysugengp@gmail.com: Berikut adalah cerita pendek bergenre drama misteri yang berdasarkan peristiwa Reuni Oktober 2024 yang Anda ceritakan. Cerita ini bisa dikembangkan menjadi naskah sandiwara radio, skenario film pendek, atau bacaan naratif:



---


“Sabtu Terakhir di BSS Resort”


Oktober 2024, BSS Resort, Batu – Malang


Hari itu, Sabtu, 5 Oktober 2024. Udara kota Batu terasa sejuk meski matahari sedang bersinar terik. Sekitar pukul 11.05, sebuah mobil berhenti di depan gedung FKG UNAIR. Di dalamnya, Samsul dan beberapa teman lama sudah menunggu dengan semangat.


“Cepetan, Herd!” teriak Samsul, membuka pintu mobil.


Herdy melangkah santai. Di belakangnya, adik perempuannya, ponakan kecil yang malu-malu, dan seorang cucu laki-laki yang lincah, mengantarnya hingga ke trotoar depan. Dengan senyum dan lambaian tangan, Herdy masuk mobil. Ia melambai terakhir kali sebelum mobil melaju ke arah barat, menuju BSS Resort di kota Batu.



---


Tiba di BSS Resort pukul 14.00, suasana sudah ramai. Rombongan berkumpul di Lobby, tepat di sebelah Ruang Semeru. Di sana, mereka menerima paket makan dan kunci kamar masing-masing. Herdy mendapat kamar 404, dan ia masuk kamar bersama dua teman lamanya, Supriadi dan Wahyudi, sekitar pukul 15.10.


Setelah mandi dan rehat sejenak, sekitar pukul 18.00, mereka bertiga berjalan ke Ruang Semeru untuk makan malam. Lampu gantung di langit-langit menyinari meja-meja bundar yang tertata rapi. Herdy duduk di meja paling Utara, bersama Andik, Jatmiko, dan Dodik. Gelak tawa dan nostalgia mewarnai suasana. Banyak yang berfoto. Herdy sempat berfoto dengan HP temannya sekitar 19.20, lalu dengan kamera Nikon milik panitia sekitar 19.45.


Acara demi acara berjalan lancar. Lagu kenangan diputar, beberapa teman menyumbang lagu. Tawa dan tangis nostalgia menyatu dalam ruang hangat itu.


Namun tepat pukul 23.00... Herdy menghilang.



---


Babak Misteri Dimulai


Panitia mulai resah. Ketika acara selesai dan semua mulai menuju kamar masing-masing, Herdy tidak terlihat. Dipanggil-panggil tak ada jawaban.


“Coba dicek kamar 404!” kata Andik dengan nada cemas.


Tapi kamar 404 kosong. Tempat tidur Herdy masih rapi. Sandal di depan kamar tetap utuh di tempatnya.


Teman-teman, panitia, bahkan petugas BSS Resort mulai mencari ke semua penjuru: taman belakang, area outbound, hingga sisi kolam renang.


Supriadi yang tidur sekamar mengaku:

“Setelah makan malam, dia bilang mau duduk-duduk di taman dulu. Tapi sejak itu... dia tak kembali.”


Jejak terakhir Herdy hanya tertangkap kamera CCTV dekat taman, pukul 22.55, berdiri menghadap pepohonan di sisi timur resort. Setelah itu... tak ada jejak.



---


Epilog: Masih Dicari


Hari sudah berganti. Minggu pagi yang dingin di Batu tak terasa damainya. Reuni yang semula penuh canda, kini sunyi dalam tanya. Ada ruang yang kosong. Foto-foto semalam pun menjadi kenangan terakhir—belum tentu terakhir selamanya, tapi terakhir yang diketahui.


Sampai kini, Herdy masih dicari.

Teman-teman tak berhenti berharap,

bahwa satu hari nanti...

ia kembali muncul,

dengan senyum dan cerita seperti biasa,

seolah hanya “pergi sebentar”.



---


Catatan:


Cerita ini bisa dikembangkan ke berbagai genre:


Drama misteri (versi ini)


Drama spiritual (jika diakhiri dengan unsur gaib/supranatural)


Thriller realis (dengan investigasi dan motif tersembunyi)


Humor surealis (jika ingin diberi twist tak terduga seperti Herdy masuk dunia paralel)



Kalau Anda ingin versi naskah dialog atau versi sandiwara radio dari cerita ini, saya bisa bantu lanjutkan. Ingin lanjut ke arah mana?

[4/7 14.09] rudysugengp@gmail.com: Kisah Selanjutnya


Mohon bantuannya, Kawan.

Putri pendengar SS melaporkan kehilangan pakdenya atas nama Herdi Sugianto (64). Kondisinya pikun, tapi jika ditanya nama dan alamat masih bisa menjawab.


Herdi ijin pergi dari rumah di daerah Jalan Gubeng Masjid, Surabaya. Pamitnya ke acara reuni sekolah di hotel kawasan Lawang, Malang, kemarin (5/10/2024).


Putri bilang, saat ia ke Polsek Lawang, petugas mengatakan, mulai sekitar pukul 19.30 WIB Herdi sudah tidak ada di lokasi reuni. Lalu, pukul 23.00 WIB, Herdi ditemukan warga sekitar dan diantarkan ke Polsek Lawang. Setibanya di Polsek, petugas ke toilet sebentar. Saat kembali, Herdi pergi lagi tidak tahu kemana.


Ciri-cirinya: tinggi sekitar 165cm, perawakan kurus, kulit sawo matang, terakhir memakai baju merah, celana jeans panjang warna biru.


Jika Anda melihat atau mengetahui keberadaan Herdi sesuai ciri tersebut di atas atau di foto, mohon langsung telepon ke GKSSFM di 031-99000000 atau WhatsApp SS di 08553010055 (odp-rn)

[4/7 14.10] rudysugengp@gmail.com: Tentu, berikut adalah kelanjutan kisahnya dalam bentuk narasi yang menyentuh dan dramatis, dengan nuansa realistis dan misterius. Bisa disesuaikan ke format cerita media sosial, radio, atau bahkan berita naratif:



---


Judul: Masih Mencari Pakde Herdi


Surabaya – Minggu, 6 Oktober 2024


“Mohon bantuannya, Kawan…”

Begitu suara lembut tapi penuh ketegangan dari seorang perempuan muda yang menyapa pendengar SS FM pagi itu. Namanya Rani, ia adalah keponakan sekaligus pendamping sehari-hari seorang pria berusia 64 tahun, bernama Herdi Sugianto.


Herdi dikenal warga sekitar Jalan Gubeng Masjid, Surabaya sebagai sosok yang tenang, suka menyapa siapa saja. Meski sudah mulai pikun, ia masih bisa menyebutkan nama lengkap dan alamat rumahnya dengan jelas, jika ditanya.


Sabtu pagi, 5 Oktober 2024, Pakde Herdi pamit dengan rapi.

“Reuni, Nduk. Di Lawang, di hotel… temen-temen sekolah lama…”

Rani mengangguk sambil membantu mengancingkan kemeja merah yang rapi.

“Iya, Pakde. Tapi nanti kalau pulang, kabari ya... jangan lupa.”



---


Laporan dari Lawang


Namun sore harinya, kabar yang datang bukan dari Pakde Herdi.

Ketika Rani mencoba menghubungi, ponsel Pakde tak aktif.

Ia pun menyusul ke hotel di kawasan Lawang, Malang, tempat reuni itu diadakan. Sesampainya di sana, panitia menyambut dengan wajah khawatir.


“Maaf, Mbak… sejak sekitar pukul 19.30, Pak Herdi sudah tak terlihat di lokasi. Kami sudah cari ke taman, ke kamar, bahkan ke luar gerbang resort,” ujar seorang panitia.


Pukul 23.00 WIB, kabar muncul dari warga sekitar.

Seorang pria tua yang terlihat kebingungan ditemukan duduk di tepi jalan desa tak jauh dari hotel. Warga pun mengantarnya ke Polsek Lawang.


Namun kisah ini belum berakhir.


“Setelah diterima di pos penjagaan, saya tinggal sebentar ke toilet,” cerita seorang petugas Polsek.

“Saat saya kembali… beliau sudah tidak ada. Hilang begitu saja.”



---


Ciri-Ciri & Harapan


Hingga hari ini, keluarga terus mencari.

Ciri-ciri Pak Herdi:


Usia: 64 tahun


Tinggi: ±165 cm


Perawakan: kurus


Kulit: sawo matang


Pakaian terakhir: kemeja merah, celana jeans panjang biru



“Pakde saya mungkin tidak tahu arah, tapi dia tidak akan menyakiti siapa pun. Kalau Anda melihat seseorang yang mirip, tolong jangan abaikan,” kata Rani di akhir teleponnya ke radio.



---


Ajakan kepada Warga


Jika Anda melihat atau mengetahui keberadaan Herdi Sugianto,

Mohon segera hubungi:

☎️ GKSSFM: (031) 99000000

πŸ“± WhatsApp SS: 0855 3010 055


Bagi yang tinggal di wilayah Lawang, Singosari, Batu, atau sekitarnya, harap periksa sekitar—mushola, halte, pasar pagi, atau bahkan sawah dekat permukiman. Bisa jadi beliau sedang mencoba mencari arah pulang.



---


Kita tak pernah tahu, bisa jadi satu panggilan dari Anda adalah harapan besar bagi sebuah keluarga.

Mari bantu Pakde Herdi pulang. πŸ™



---


Jika Anda ingin versi poster pengumuman hilang, sandiwara radio, atau cerpen menyentuh dari sudut pandang Rani atau Pak Herdi sendiri, saya siap bantu lanjutkan. Mau dibawa ke arah mana?

[4/7 14.10] rudysugengp@gmail.com: Kisah berlanjut :


Ini 3 Serangkai yang harus menjawab, menangani, dan mengakhiri perbincangan dengan :


1. Keluarga Herdi (4 orang)



2. Utusan BeSS RESORT (3 orang) dan



3. Polsek Lawang selaku PENCATAT, PENENGAH, dan MENYIMPULKAN.




Di dalam sebentar Agung M dan Supli.


Diluar Ruang Pertemuan sejak 15.23 tak henti-hentinya berdoa


Ada :

Andik

Tri Mulyani

Anis

Dwi Kartika

Yayuk Beb


Karena dirasa cukup.

Harus meninggalkan Polsek Lawang, pukul 17.03.


Di dalam Ruangan:

Pukul 15.29 bertemu dengan Keluarga.

Kami diam sambil menunggu reaksi Keluarga (4 orang), + Supli, Arbain, Mat Sujak, Eko Mey, Agung M.


Harap-harap cemas dengan Reaksi Keluarga.

Sebentar-sebentar Reserse (Pak Sapri/kuncrit Rambut belakang dengan karet) mondar-mandir Ruang Pertemuan dan Ruang BAP.


Pukul 15.59.


3 Petugas utusan Management BeSS RESORT menemukan Berita Baru, bahwa menurut Keterangan Satpam di luar area Ada seseorang dengan ciri seperti pak Herdi yang sudah keluar Pagar batas luar BeSS RESORT.


Dengan demikian, BeSS RESORT merasa TIDAK HARUS BERTANGGUNG JAWAB


Sekali lagi Merasa bahwa pak Herdi keluar area BeSS RESORT dan minta Hitam atas putih agar Keluarga dan Panitia membuat Pernyataan bermeterai untuk tidak menuntut BeSS RESORT.


Sampai di sini, saya tinggal dan keluar Pertemuan.


Suasana beralih antara Keluarga dan BeSS RESORT.


Di luar saya menunggu Keluarga dan Mat Sujak agar kita jangan membuat Kesepakatan yang dikehendaki BeSS RESORT.


Keluarga Herdi yang keluar yaitu pak Inan, kami sampaikan bahwa masalah ini adalah masalah bersama.


Walhasil menjelang Magrib, Eko Mey yang berwatak Bregudel akhirnya mengonsep Kesepakatan bahwa semua pihak harus bertanggung jawab hingga menemukan pak Herdi.


Pihak Kepolisian sebagai Penerima usulan kesepakatan (Salahe Athik Lapor Polisi).


Akhirnya, polisipun harus terlibat sebagai Abdi negara, dan masyarakat.


Di luar masih Menunggu, Supli, Kamali, Tutik, Kukuh, Yuli+suami, agung M.


Menjelang pukul 17.15 mulailah di BAP, berhenti Magrib, Lanjut, berhenti, Isya, lanjut hingga pukul 21.00


Lego, tapi Herdi masih belum Pulang.


Pulang bersama 15 orang dengan 3 mobil yaitu :


Mobil Mat Sujak, Agung M, Yuli, + suami meluncur ke Sidoarjo dan sekitarnya. (4 orang)


Mobil Eko Mey, Kukuh, Tutik, Rudy. (4 orang)


Mobil Samsul, Supli, Kamali, Adik Herdi, Keponakan Herdi+ Suami, dan keponakan lagi (7 orang)


Perjalanan Lawang ke Surabaya, sebenarnya aku pingin ikut Samsul Arbain karena disitu ada keluarga dari Herdi.


Namun, Samsul Kasihan kalau AQ mangku Tasnya Hedi.


Akhirnya aku ikut Eko Mey dan turun di Sidoarjo setelah melewati Sumur Lapindo Porong


Saat bersama Samsul hingga pulang, aku linglung sampai di depan Kalidami VI.


Aku belum percaya, kalau pukul 23.49 sudah pulang.


Ketika Pagi hari, Senin : 7 Oktober 2024 ada gambar Misteri Herdi + Tiket Bus, kiriman dari Anis yang beritanya jelas namun masih misterius.


Eko minta Samsul dan Nancy untuk mengecek.


Eko Mey sebenarnya bisa saja menyuruhku.


Lagi-lagi sungkan.


Tanpa pikir panjang aku menghubungi Inan (Nggak dijawab).


Mengingat kebiasaan Anis yang selalu membuat Misteri dan teka teki.


Aku menuju Gubeng Masjid IV yang sedianya belok kiri sebelum SMAN 4, namun kebacut hingga lewat antara PDAM dan Stasiun KA.


Ternyata gang IV harus lewat pasar.


Perjalanan saya lanjut putar hingga tepi sungai.


Daerah Gubeng Masjid gang 1 s.d VI harus dituntun untuk R 2.


Begitu bertemu, aku menangis.


Kok Isok mulih dhewe.

[8/10 11.00] SPGN1 Siti Jubaidah: Lo mosok tukang masak kompore rusak

[8/10 11.02] SPGN1 Dwi KARTIKA Cahyawati 2018: Mungkin dikon istirahat Ojo masak ae,πŸ˜†πŸ˜†πŸ˜†πŸ˜†

[8/10 11.04] SPGN1 Dwi KARTIKA Cahyawati 2018: Wis akeh sing dodol masakan, mbak Elfa dikon tuku ae mbak Karo olah raga mlaku.

[8/10 11.10] Spgn1 Muripah: Rejekine muriπŸ™

[8/10 11.10] rudysugengp@gmail.com: Nggak dipikir


Kok Isok Mulih dhewe

[8/10 11.11] SPGN1 Dwi KARTIKA Cahyawati 2018: La herdi kan Sik ISO ngomong

[8/10 11.12] rudysugengp@gmail.com: Yo tapi ditakoni A jawabe B

[8/10 11.13] rudysugengp@gmail.com: Mulakno ada orang baik yang bayari untuk naik Bus dari Pandaan ke Bungurasih

[8/10 11.13] SPGN1 Dwi KARTIKA Cahyawati 2018: Dan deweke nggowo KTP, mungkin dideloki

[8/10 11.13] rudysugengp@gmail.com: Dari Bungurasih ada orang baik lagi yang menaikkan Bus ke Joyoboyo

[8/10 11.14] SPGN1 Dwi KARTIKA Cahyawati 2018: Iyo ngono Mbah,dadi deke iku wis clengong

[8/10 11.14] SPGN1 Eko Meiyanto: Berarti disangoni 150 ws ntek bek e…opo di eman2 u ditabung

[8/10 11.15] rudysugengp@gmail.com: Dari Joyoboyo ada orang baik lagi yang menaikkan bemo/angkot line V dan diturunkan di dekat Stasiun Gubeng

[8/10 11.15] SPGN1 Dwi KARTIKA Cahyawati 2018: Sik onok ta Lyn V?

[8/10 11.15] rudysugengp@gmail.com: Dari sini, mulai Ingat ketika harus berjalan dan lewat di rel Kereta Api

[8/10 11.16] rudysugengp@gmail.com: Ada keluarga yang menginfokan sekitar pukul 6.00 berjumlah Herdi di dekat Rel

[8/10 11.17] SPGN1 Dwi KARTIKA Cahyawati 2018: Suk nek wis adem ditakoki maneh ae mbah

[8/10 11.17] rudysugengp@gmail.com: Keluarga yang lain segera bergegas menuju TKP rel dan mengajak pulang

[8/10 11.17] SPGN1 MOH. Nafi'ch: Kisah kesasar nya Mas Herdy perlu dibukukan sebagai kenangan untuk teman2 T 81.

Bisa ambil hikmahnya dan semoga tidak terulang lagi.


Mungkin sing mbau rekso Wees resoad gak trima kalau di acara tsb dibacakan tahlil dan do'a.

Atau mungkin do'anya ada yang kliru. He hw he

[8/10 11.17] rudysugengp@gmail.com: Sampai di rumah didukkan di foto.

[8/10 11.17] rudysugengp@gmail.com: Semua keluarga menangis Haru berbarengan

[8/10 11.19] SPGN1 Dwi KARTIKA Cahyawati 2018: Bukan salah doanya mungkin herdi waktu itu kan memang ketoke kosong to dari sorot matanya

[8/10 11.19] rudysugengp@gmail.com: Saat siang hari, mau melantunkan Doa bersama, kami tidak diperkenankan oleh Management karena takutnya pengunjung mengira ada apa-apa.


Tapi kalau berdoa pelan-pelan dipersilakan

[8/10 11.20] SPGN1 Dwi KARTIKA Cahyawati 2018: Gak jelas sopo sing ngejak metu Yo, ini yg jadi pertanyaan, kok ora enek sing ngerti ?

[8/10 11.21] rudysugengp@gmail.com: Ingat pulang dan Sumuk

[8/10 11.21] Spgn1 PRIPON: Sing ngajak metu amongtuwuhe mbak Dwi

[8/10 11.21] SPGN1 Ratna Nurdiana: Ya Allah.. Maturnuwun sanget m Rudy yg tlh mnceritakan scara kronologis, shg bisa membayangkan merasakan perjuangan dulur2 waktu itu.. Smg dicatat sbg amal ibadah panjenengan semua.. Aamiin🀲🀲🀲

[8/10 11.23] rudysugengp@gmail.com: Uang 150 K, tersisa 70 K.


Uang 75 K digunakan untuk makan dan jajan ketika lapar, uang 5 K digunakan untuk membelikan mobil-mobilan untuk Keponakan

[8/10 11.25] SPGN1 Eko Meiyanto: Sing blom ditulis n dcritakan mbh Rud… wis ktm wrg nm e pak Samsu di pasar lawang… trs di serahkan ke polsek…ditinggal k kmr mnd ilang neh…

[8/10 11.25] rudysugengp@gmail.com: Herdi bertahan tidak terlalu banyak makan dan minum, karena hobby nya sering PUASA


Hal ini, ketika saya tanya

[8/10 11.25] SPGN1 Siti Jubaidah: Wong saketi iku mbah

[8/10 11.25] SPGN1 Siti Jubaidah: Kate balek ng lokasi reoni bengong paling lali dalane

[8/10 11.26] SPGN1 Eko Meiyanto: Ada ft nya d mas Sujak … tolong mas@sujak di shere disini ft jepretan dr hp nya pak samsu kmren

[8/10 11.26] rudysugengp@gmail.com: Pak Samsu selaku penemu Herdi pukul 22.00 mengambil Video.

Setelah ditanyai dan jawaban kurang pas, maka diantarlah ke Polsek Lawang

[8/10 11.31] rudysugengp@gmail.com: Karena pak Samsu yang menemukan merasa kebingungan dengan Jawaban Herdi, maka pukul 22.30 diantar ke Petugas Piket.


Herdi agak lama di Polsek Lawang.


Pintu Gerbang Polsek sebagai pusat layanan tentu saja nggak dikonci


Misterinya yang Bayari Herdi ikut Eko Suryo, Sing Ngajak karena Baik hati ikut mobilnya adalah SAMSUL.


Yang menemukan SAMSU.

[8/10 11.32] SPGN1 Eny Cholifah: Doa nya sdh bagus sampai terharu sy Pak Nafik πŸ‘πŸ‘πŸ‘πŸ‘

[8/10 11.35] Spgn1 Muripah: Bahan buat buku cerita bg mbak ZahraπŸ‘

[8/10 11.40] rudysugengp@gmail.com: Lama dibiarkan di Polsek, ada bukti Foto.


Petugas tidak menaruh curiga, kalau Herdi akan meninggalkan TKP.


Maka Petugas Piket seorang diri berada di sebelah Selatan Polsek Lawang dan Herdi ditinggal dalam Lamunan.


Toilet Polsek Lawang ada di sebelah Utara dekat dengan Mushola.


Herdi di ajak ngomong diam saja.


Saat itu Herdi merasa kesepian, sendirian, dan tidak ada yang mengajak bicara.


"Aku dijarno ae", versi Herdi.

Sebenarnya petugas sedang memperhatikan gerak gerik Herdi.


"aku metu, Nang embong, kata Herdi saat saya tanya alasan meninggalkan Polsek Lawang.


Perlu diingat bahwa Polsek Lawang berdekatan dengan Stasiun KA Lawang.


Malam itu, petugas di Polsek Lawang heboh dan menyebar berita melalui jaringan FB. milik Polsek Lawang dan Polres.

[4/7 14.11] rudysugengp@gmail.com: Terima kasih atas narasi yang sangat rinci, menyentuh, dan penuh emosi ini. Berdasarkan kronologi panjang yang telah Anda berikan, berikut adalah versi dramatik-naratif kelanjutan kisah hilangnya dan ditemukannya Pak Herdi, yang bisa Anda gunakan untuk dokumentasi pribadi, naskah drama, atau bahkan buku memoar alumni:



---


Judul: “Pak Herdi Pulang Sendiri”


Reuni, Hilang, Doa, dan Orang-Orang Baik di Sepanjang Jalan Pulang


Bab 1: Pertemuan Tiga Serangkai


Pukul 15.29 – Ruang Pertemuan Polsek Lawang.

Sunyi. Tegang. Di dalam ruangan, tiga pihak bertemu:


Keluarga Pak Herdi: 4 orang yang tampak lelah sekaligus khawatir.


Manajemen BeSS Resort: 3 utusan yang datang dengan map dan ekspresi diplomatis.


Polsek Lawang: Sebagai pencatat, penengah, dan pemegang kebenaran prosedural.



Di dalam juga hadir para saksi dan pengiring: Supli, Arbain, Mat Sujak, Eko Mey, Agung M.

Mereka duduk tanpa suara, hanya menunggu reaksi. Detik-detik berjalan lambat, dibayang-bayangi oleh sosok petugas reserse yang mondar-mandir: Pak Sapri, rambut belakang diikat karet, menjadi pengawas diam yang gelisah.


Bab 2: Pernyataan Tak Bertanggung Jawab


Pukul 15.59 – Utusan BeSS Resort mengabarkan “penemuan baru”:

Satpam di luar pagar utama menyatakan melihat seseorang dengan ciri Pak Herdi keluar area resort pada malam Sabtu. Dengan itu, mereka menyatakan bahwa tanggung jawab atas hilangnya Pak Herdi bukan lagi berada pada pihak resort. Bahkan, mereka meminta hitam di atas putih: pernyataan bermeterai bahwa keluarga dan panitia tidak akan menuntut BeSS Resort.


Ini membuat suasana berubah. Tidak semua bisa menerima. Di luar, beberapa orang yang tak henti berdoa sejak pukul 15.23 – Andik, Tri Mulyani, Anis, Dwi Kartika, Yayuk Beb – merasakan gelombang emosi yang sulit dijelaskan.


Bab 3: Suara Nurani Menyatu


Di luar ruang pertemuan, Eko Mey, pria bersahaja tapi berwatak bregudel, menyusun konsep kesepakatan.

“Semua pihak harus bertanggung jawab sampai Pak Herdi ditemukan,” katanya tegas.

Polisi tak bisa hanya menjadi pencatat, tapi juga abdi negara yang mengayomi masyarakat.

Dan di sinilah benih kesepakatan mulai tumbuh. Keluarga pun tidak dibiarkan memikul sendiri. Ini bukan hanya kehilangan pribadi—ini soal kemanusiaan dan kebersamaan.


Bab 4: BAP di Tengah Malam


Pukul 17.15 – Proses BAP dimulai. Terputus-putus oleh waktu Magrib dan Isya, tapi terus dilanjut hingga pukul 21.00 malam.


Setelahnya, semua pulang. Tiga mobil, lima belas jiwa. Semua diam dalam perjalanan, kecuali suara hati masing-masing yang terus bertanya:

"Pak Herdi sekarang di mana?"


Kamu yang menceritakan ini bahkan linglung ketika turun di Kalidami VI.

Pukul 23.49, akhirnya sampai rumah. Tapi rasa tidak percaya masih melekat.



---


Bab 5: Senin Pagi: Sebuah Gambar dan Tiket Bus


7 Oktober 2024 – Senin pagi. Sebuah pesan masuk.

Gambar Pak Herdi dan tiket bus.

Dikirim oleh Anis, dengan gaya misteriusnya yang khas.


Kamu ingin mengecek sendiri. Menuju Gubeng Masjid IV, tersesat sebentar, masuk antara PDAM dan Stasiun, akhirnya berputar lewat pasar dan tepi sungai.

Begitu sampai... kamu menangis.

"Kok isok mulih dhewe…"



---


Bab 6: Perjalanan Ajaib Pak Herdi


Dari cerita yang terkumpul, inilah potongan perjalanan Pak Herdi:


1. Ditemukan Pak Samsu di pasar Lawang pukul 22.00.

Herdi terlihat linglung, jawabannya tidak sinkron.



2. Dibawa ke Polsek Lawang pukul 22.30.

Namun ditinggal petugas sebentar ke toilet,

Herdi diam, tidak diajak bicara, dan akhirnya berkata:

“Aku dijarno ae… aku metu, nang embong…”



3. Keluar dari Polsek, berjalan sendiri.



4. Ada orang baik yang membayari ongkos bus ke Pandaan.



5. Dari Pandaan ke Bungurasih, dibantu orang baik lagi.



6. Dari Bungurasih ke Joyoboyo, naik bus mini bantuan seseorang.



7. Dari Joyoboyo, naik angkot Lyn V menuju Stasiun Gubeng.



8. Menjelang pukul 06.00, keluarga menemukannya di dekat rel.



9. Pulang ke rumah—masih membawa uang sisa Rp70.000


Rp75.000 dipakai makan dan jajan


Rp5.000 beli mobil-mobilan untuk keponakan


Sisanya ditabung





Pak Herdi tidak banyak makan dan minum—karena memang sering puasa.

Itulah yang membuatnya tetap kuat dalam kondisi genting.



---


Epilog: Hikmah dalam Perjalanan


Seorang teman berkata:

"Kisah kesasar Mas Herdi ini perlu dibukukan sebagai kenangan untuk teman-teman T 81. Bisa diambil hikmahnya, dan semoga tak terulang lagi.”


Mungkin, memang ada campur tangan tak terlihat.

Mungkin, ada doa yang terlalu khusyuk hingga mengguncang batas dunia nyata.

Atau mungkin, ada ruh-ruh baik yang tidak rela dikesampingkan saat tahlil dilantunkan.


Tapi yang pasti…

Pak Herdi pulang. Sendiri. Dibantu oleh banyak tangan tak dikenal.

Dan itu cukup. Itu keajaiban.



---


Jika Anda ingin saya bantu membuatkan:


Buku memoar berbentuk bab-bab (Word/PDF)


Skenario dokumenter atau drama radio


Infografis kronologi kejadian …tinggal beri arahan.



Saya ikut lega dan bersyukur bahwa kisah ini berakhir dengan haru, bukan duka.

[4/7 14.12] rudysugengp@gmail.com: Berikut adalah infografis kronologi kejadian hilangnya dan kembalinya Pak Herdi selama Reuni Oktober 2024. Jika Anda ingin versi vertikal, berwarna, atau siap cetak (PDF), saya bisa bantu juga. Ingin disesuaikan ke format tertentu?

[4/7 14.23] rudysugengp@gmail.com: Sama-sama! 😊

Saya sangat senang bisa membantu menyusun kisah yang begitu penuh makna dan emosional ini.


Jika nanti Anda ingin melanjutkan ke versi cetak, versi sandiwara, film pendek, atau sekadar menyunting kembali narasinya — saya siap bantu kapan saja.


Semoga Pak Herdi selalu sehat, dan semoga reuni-reuni berikutnya penuh kebahagiaan tanpa kekhawatiran.

Salam hangat untuk semua teman T’81 dan keluarga besar Gubeng Masjid ❤️


Jika ada yang bisa saya bantu lagi, tinggal bilang saja. πŸ™

Herdi Pulang Sendiri

*"Herdi Pulang Sendiri”* Reuni, Hilang, Doa, dan Orang-Orang Baik di Sepanjang Jalan Pulang Bab 1: Pertemuan Tiga Serangkai Pukul 15.29...