SINGKAP SEJARAH
Tahukah Anda, Keputusan Out of The Box Justru Merubah Jalannya Proklamasi Kemerdekaan RI?
Bukannya berjalan mulus, Proklamasi Kemerdekaan RI tidak akan dapat terlaksana tanpa kreativitas berpikir para tokoh bangsa saat itu.
17 Aug 2022 09:03
Sumber :
MALANG, NETRALNEWS.COM - Bukannya berjalan mulus, Proklamasi Kemerdekaan RI tidak akan dapat terlaksana tanpa kreativitas berpikir para tokoh bangsa saat itu. Tanpa berpikir dan bertindak “out of the box,” bisa jadi Proklamasi RI akan semakin tertunda atau bahkan tidak akan terlaksana sama sekali.
Apa itu berpikir out of the box? Berpikir out of the box merupakan istilah yang dipakai untuk menggambarkan cara berpikir tanpa batasan diri. Makna “box” adalah batasan diri. Jadi seseorang berpikir out of the box adalah seseorang yang mampu berpikir melampaui batasan diri tersebut sehingga menghasilkan ide yang baru dan tidak terpikirkan orang lain sebelumnya.
Proklamasi kemerdekaan RI merupakan momen puncak kebebasan bangsa Indonesia dari sistem penjajahan negara lain. Sebenarnya di balik peristiwa bersejarah tersebut ada momen yang “semestinya berjalan". Namun berkat keberanian dalam berpikir ala out of the box para tokoh bangsa saat itu, justru “merubah jalannya sejarah” dan menjadikan proklamasi sebagai sebuah keniscayaan.
Ada 3 momen peristiwa yang bisa jadi merupakan hasil dari pemikiran dan keputusan out of the box para tokoh bangsa saat itu. Momen tersebut adalah:
Momen Pertama
Proklamasi kemerdekaan Indonesia seharusnya Hari Kamis, 16 Agustus 1945. Jika kita merujuk pada pendapat Hatta dalam otobiografinya, agenda pada tanggal tersebut adalah rapat oleh Panitia Persiapan Kemerdekaan Indonesia (PPKI) di Kantor Dewan Sanyo Kaigi di Pejambon pukul 10.00 untuk membahas proklamasi kemerdekaan Indonesia.
Namun, momen penculikan para pemuda terhadap Sukarno dan Hatta ke Rengasdengklok pada tanggal 16 Agustus 1945 membuyarkan semua rencana tersebut.
Apa tujuan dari penculikan para pemuda tersebut? Sering diungkapkan dalam tulisan sejarah bahwa tujuan para pemuda adalah mengamankan Sukarno dan Hatta dari revolusi rakyat yang akan menyerang Jakarta untuk melucuti Jepang. Kenyataannya bahkan tidak terjadi apa-apa.
Ternyata dari sisi keputusan out of the box para pemuda untuk menculik Sukano dan Hatta ada hasilnya juga. Hal ini merujuk pada usulan Syahrir kepada Sukarno dan Hatta tanggal 14 Agustus 1945.
Syahrir menceritakan bahwa Jepang telah minta damai kepada Sekutu (menyerah tanpa syarat). Sebab itu, pernyataan kemerdekaan janganlah dilakukan oleh PPKI sebab Indonesia merdeka yang lahir semacam itu akan dicap Sekutu sebagai Indonesia buatan Jepang
Sebaiknya, Bung Karno sendiri saja menyatakan sebagai pemimpin rakyat dengan perantaraan corong radio. Namun usulan tersebut ditolak Sukarno karena tidak ingin melangkahi panitia PPKI sedangkan beliau menjabat sebagai ketuanya.
Momen Kedua
Momen ini berlangsung setelah kepulangan Sukarno, Hatta, dan Ahmad Subardjo dari Rengasdengklok. Mereka bertiga berupaya mengatur cara bagaimana meneruskan rapat PPKI yang tidak jadi diadakan paginya.
Hatta selanjutnya meminta Ahmad Subardjo menelepon ke Hotel des Indes untuk menyediakan ruangan untuk rapat tersebut. Namun Hotel des Indes membalas bahwa lewat pukul 22.00 tidak boleh mengadakan kegiatan apa-apa lagi karena sudah menjadi peraturan dari dahulu terkait jam malam.
Seandainya para tokoh kita menyerah terkait jam malam, bisa jadi rapat Proklamasi tertunda esoknya tanggal 17 Agustus 1945 namun serasa terlambat karena masih memulai merancang teks proklamasi. Sedangkan Pemerintah Jepang bisa jadi menolak mendukung dan bahkan membubarkan rapat tersebut mengingat adanya kebijakan baru dari Sekutu terhadap wilayah Indonesia (setelah ini kita bahas di momen ketiga).
Bagaimana menyikapi permasalahan berdasarkan keputusan out of the box? Ahmad Subardjo mengusulkan dan menelepon atasannya Admiral Maeda untuk meminjamkan ruang tengahnya supaya digunakan untuk rapat PPKI. Maeda pun menerima permintaan tersebut.
Selanjutnya, Ahmad Subardjo menelepon anggota-anggota PPKI yang semuanya menginap di Hotel des Indes untuk datang ke rumah Maeda pukul 24.00 guna melanjutkan rapat yang tidak jadi tadi pagi.
Bagaimana jawaban Maeda atas kesediaannya meminjamkan rumahnya? Beliau menjawab “Itu kewajiban saya yang mencintai Indonesia merdeka".
Momen Ketiga
Momen ini terjadi sebelum Sukarno dan Hatta berangkat ke rumah Admiral Maeda. Mereka dihubungi oleh Mayor Jenderal Nishimura selaku pimpinan Jepang untuk menghadap beliau.
Setelah bertemu, Sukarno dan Hatta menyampaikan rencana rapat mereka pada pukul 24.00 di rumah Maeda. Nishimura menjawab “Apabila rapat itu berlangsung tadi pagi (16 Agustus 1945 pagi), akan kami bantu. Akan tetapi, setelah tengah hari (pukul 13.00), kami harus tunduk kepada perintah Sekutu dan tiap-tiap perubahan status quo tidak dibolehkan. Jadi sekarang rapat PPKI itu terpaksa kami larang.”
Betapa kecewanya Sukarno dan Hatta mendengar hal itu. Namun, apakah mereka menyerah mendengar keputusan tersebut?
Untuk menunjukkan perlawanannya terhadap keputusan Jepang sebagai bentuk tindakan out of the box, maka Hatta berkata “Apakah itu janji dan perbuatan samurai? Dapatkah Samurai menjilat musuhnya yang menang untuk memperoleh nasib yang kurang jelek? Apakah Samurai hanya hebat terhadap orang yang lemah di masa jayanya, tetapi hilang semangatnya waktu kalah? Baiklah, kami akan jalan terus apa juga yang akan terjadi. Mungkin kami akan menunjukkan kepada Tuan bagaimana jiwa samurai semestinya menghadapi suasana yang berubah.”
Begitulah sekelumit momen sekitar proklamasi. Patut kita apresiasi para tokoh bangsa mengambil keputusan out of the box dalam upayanya mencari solusi demi kemerdekaan RI.
Selepas dari pertemuan dengan Nishimura, Sukarno dan Hatta lanjut menyusun teks Proklamasi di rumah Maeda dan akhirnya Sejarah menulis tinta emasnya betapa Proklamasi Kemerdekaan berhasil dikumandangkan pada tanggal 17 Agustus 1945.
Dirgahayu Republik Indonesia ke -77 tahun. Semoga Indonesia semakin jaya!
Penulis: Risang Tunggul Manik
Pengajar dan Pemerhati Sejarah
DAFTAR PUSTAKA
1. Adams, Cindy. 2014. Bung Karno Penyambung Lidah Rakyat Indonesia. Yayasan Bung Karno. Penerbit Media Pressindo
2. Hatta, Mohammad. 2011. Menuju Gerbang Kemerdekaan 3 (Untuk Negeriku Sebuah Otobiografi). Kompas.
3. www.penerbitbukudeepublish.com