Sabtu, 05 Agustus 2023

PASAR KLEWER dan CARA BELANJA

 ASAL USUL PASAR KLEWER


Pada zaman pendudukan Jepang di Indonesia, kawasan di Pasar Klewer merupakan tempat pemberhentian kereta api yang digunakan sebagai tempat berjualan para pedagang pribumi. Oleh karena digunakan sebagai tempat berjualan, kawasan tersebut terkenal dengan sebutan Pasar Slompretan. Kata slompretan diambil dari suara kereta api ketika akan berangkat yang mirip dengan tiupan terompet (slompret). Pasar Slompretan ini merupakan tempat para pedagang kecil yang menawarkan barang dagangan berupa kain batik yang diletakkan dipundaknya sehingga tampak menjuntai tidak beraturan atau berkleweran jika dilihat dari kejauhan. Dari barang dagangan kain batik yang berkleweran itu, pasar ini terkenal dengan nama Pasar Klewer. Pedagang di Pasar Klewer pada awalnya adalah para pedagang yang berjualan di daerah Banjarsari dan Supit Urang. Pasar Klewer mulai berkembang pada tahun 1942-1945 dan semakin berkembang hingga tahun 1968. Kemudian dibangunlah bangunan pasar bertingkat permanen pada 9 Juni 1970 untuk menampung para pedagang yang diresmikan oleh Presiden Soeharto.


Bencana kebakaran pada penghujung tahun 2014 lalu membuat aktivitas perdagangan di Pasar Klewer lumpuh total. Para pedagang merugi ratusan juta karena si jago merah melahap dagangan mereka.


Pasar Klewer wajah baru yang sekarang telah berhasil diperbaiki dan direnovasi. Renovasi tersebut rampung pada tahun 2017 dan telah dibuka kembali pada tanggal 21 April tahun 2017. 


Adanya revitalisasi dan renovasi lokasi pasar sejak tahun 2019 ke tempat yang baru membuat wisatawan dapat berbelanja dengan lebih nyaman.


Berlokasi tepat di sebelah Alun-alun Utara Keraton Kasunanan. Belum lama berselang pasar dengan dua lantai tersebut kembali dibuka setelah menjalani perombakan dan revitalisasi, pada Juli 2020. Kini suasana di luar dan di dalam pasar cukup nyaman untuk berjualan dan sekaligus ramah untuk wisatawan.


Pasar Klewer buka mulai pukul 08.00-17.00 WIB. Belanja di Pasar Klewer jangan lupa tawar-menawar supaya mendapatkan harga yang sesuai.

Coba ikuti tips di bawah ini, ya!


1. Menawar Produk Setengah Harga

Jangan ragu untuk menawar harga dari pedagang.


2. Gunakan Bahasa Jawa Halus

Masyarakat Solo umumnya memakai bahasa Jawa untuk berkomunikasi sehari-hari.


Berapa: Pinten

Iya: Nggih

Tidak: Mboten

Bahasa Jawa yang dilontarkan akan membuat masyarakat lokal merasa lebih dihargai, lho.


3. Sedikit 'Jual Mahal' dengan Pedagang

Meski terdengar angkuh, trik ini nyatanya berhasil menarik hati para pedagang di berbagai tempat, lho.


4. Berkenalan dengan Warga Lokal

Tidak ada salahnya untuk berkenalan dengan warga asli Kota Solo. Hal ini bisa membuat pengunjung mengenal berbagai tempat baru untuk disinggahi.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Selain Punya Sulistiyo, Ternyata Banjarnegara Menginspirasi Berdirinya Satgas PGRI

  Selain Punya Sulistiyo, Ternyata Banjarnegara Menginspirasi Berdirinya Satgas PGRI 07 Jan 2025 15:49 Walaupun bukan pendiri PGRI, namun Su...